35

818 58 19
                                    

Udah pencet bintang, belom?!😼

Oiya, aku abis ganti nama Rafael menjadi Revandra Aldebaran. Gabi manggilnya Andra, kalo Laura manggilnya Al.

Satu lagi. Nama Irzan aku ubah jadi Arfan.

Semoga paham yaa...

Happy reading-!!

***

“Cium.” ucap Revan santai. Tapi, langsung mendapat pukul di bahunya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Gabi.

“Sembarangan!” kesal Gabi.

“Kok dipukul, sih? Kan bener,” tanya Revan pura-pura kesakitan.

“Halu!” ketus Gabi.

“Waktu di rumah sakit,” bisik Revan membuat pipi Gabi memerah seketika, dan di perutnya juga terasa seperti ada kupu-kupu berterbangan.

“Inget, nggak?” tanya Revan menjauhkan tubuhnya. Senyum Revan mengembang membuat Gabi benar-benar ingin mencakar wajahnya.

“Lo yang cium gue,” bisik Revan lagi disertai senyum jahilnya.

Gabi menutup wajahnya, rasanya benar-benar memalukan. Gabi menyesal melakukan hal itu.

“Kalian bisik-bisik apa, sih?” tanya Liora memandang aneh keduanya. Apalagi, Gabi yang sedang menutup wajahnya.

“Kepo,” sahut Daniel membuat Liora mendelik sinis padanya.

“Diem!”

Daniel bangkit dari duduknya, lalu menarik tangan Liora. “Eh, apaan, sih?!” kesal Liora saat tangannya ditarik tiba-tiba.

“Mau ngasih lo hukuman.”

“Hukuman apaan?!” tanya Liora tak paham. Gadis yang tangannya ditarik itu, menoleh ke belakang, ke arah Gabi dan Revan yang menatapnya. “Gue duluan, ya! Bye, Gabi!” seru Liora. Lalu, setelah itu, tubuh mereka tak terlihat lagi.

Sekarang, Gabi menatap Revan dengan tajam. Seakan siap membunuh Revan saat ini juga.

Bugh!

“Ngeselin banget lo!” ucap Gabi dengan suara cukup keras, hingga beberapa murid menatap mereka. Dari tadi, sih...

“Duh, Bi, lo doyan banget mukulin bahu gue,” keluh Revan mengusap-usap bahunya.

“Bodo! Gue males sama lo.” Gabi bangkit dari duduknya dan berjalan cepat keluar kantin diikuti Revan.

“Yah, masa ngambek, sih?” tanya Revan mengejar Gabi.

“Becanda, Bi.”

“Eh, beneran ngambek, nih?” tanya Revan menghalangi jalan Gabi.

Revan cari gara-gara, sih...

“Minggir!” Gabi mendorong bahu Revan. Tapi, lelaki itu tak mau menyingkir.

“Nggak.”

“Gue mau lewat!”

“Yaudah, lewat aja,” ucap Revan masih pada posisinya.

“Lo ngalangin!”

Perdebatan masih saja terjadi sampai mereka benar-benar menjadi pusat perhatian.

“Gue pikir, hubungan kalian bakalan hancur,” gumam seseorang yang berdiri tak jauh dari sana. Beberapa saat kemudian, dia pergi.

“Enak, ya, jadi Revan, bisa becanda sama Gabi, gitu,” kata salah satu cowok yang bersandar di tembok depan kelas bersama teman-temannya.

GR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang