10

977 67 0
                                    

Ini adalah part terakhir aku up tiap hari, setelahnya kalian harus menunggu beberapa hari wkwk

Happy reading 💗💗

***

Gabi berkali-kali me-lap ingusnya yang ingin keluar menggunakan tisu. Ini semua terjadi karena Gabi kurang tidur beberapa hari ini demi belajar dan membantu pekerjaan kantor Ayahnya.

Liora yang melihat Gabi seperti itu pun tidak tega, tapi gadis itu tetap keukeuh tidak ingin ke UKS. “Gab, udah sana ke UKS aja,” ucap Liora pelan karena guru di depan sana sedang mengajar.

“Apaan sih, gue cuman pilek kali,” alibi Gabi, padahal sebenarnya kepalanya ikutan pusing.

“Tapi sumpah deh, Gab, itu hidung sama mata lo merah,” ucap Liora tak tega.

“Nanti juga sembuh,” ucap Gabi tetap menulis materi. “Sumpah, keras kepala banget.”

***

Bukan Revan dan kawan-kawan namanya jika tidak melanggar aturan sekolah. Saat KBM berlangsung, mereka berempat malah asik memakan gorengan di kantin. Yang mengajak bolos tentu saja Revan, biang onar.

“REVANDRA!”

Irgie tersedak minumannya, Arfan tersedak gorengan, Daniel yang terkejut tapi berusaha tenang, dan Revan yang tadinya menunduk mengangkat kepalanya saat mendengar teriakan menggelegar itu.

“BUKANNYA BELAJAR KALIAN MALAH ASIK-ASIKAN DI SINI!” teriak Bu Sri menjewer telinga mereka secara bergantian.

“Merah dah ni kuping gue,” gumam Irgie mengusap-usap telinganya.

“Tau nih Bu Sri,” sahut Arfan pelan. Sedangkan Daniel, cowok itu hanya diam saja setelah telinganya di jewer.

“Aduh, aduh, Bu, kuping saja putus nanti,” ringis Revan saat Bu Sri menjewer telinganya dengan kuat.

“Biarin! Daripada kamu punya telinga tapi cuman dijadikan pajangan!” Bu Sri melepaskan jewerannya lalu berkacak pinggang. “Hukuman apa yang bisa membuat kalian kapok agar tidak membolos lagi? huh?!” tanya Bu Sri, prustasi sendiri.

“Bersihin toilet,” sahut Arfan yang mendapat geplakan dari Irgie. “Kalo ngomong dipikir dulu oon,” maki Irgie kesal.

“Yaudah sana, kalian bersihin toilet!” tegas Bu Sri.

“Toilet cewek, Bu?” tanya Revan dengan senyum tengilnya.

Bu Sri menarik napas dalam-dalam, emosinya selalu terpancing jika berhadapan dengan Revan. “Toilet cowok! Enak di kalian kalau bersihin toilet cewek!” dengus Bu Sri.

“Sana cepat!  Jangan berhenti sebelum bersih!” Bu Sri berkacak pinggang, menatap garang keempatnya, apalagi Revan.

“Arfan, sialan!” maki Daniel. Gara-gara omongan tidak disaring cowok itu, dirinya harus menderita.

“Lah, kok gue? Kan Revan yang ngajak bolos,” ucap Arfan tak ingin disalahkan.

“Udah lah, kita ke rooftop aja, ngapain nurutin Bu Sri,” ucap Revan semakin sesat. Arfan tersenyum lebar, merangkul Revan—sok akrab—“nah ini nih, baru temen gue.” lelaki itu tersenyum bangga.

GR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang