42

797 51 8
                                    

“Anjing lo!”

Bugh

Bugh

Bugh

Revan tak henti-hentinya memukuli Ardi. Sudah banyak luka yang diterima Ardi, sedangkan Revan hanya sedikit.

Revan menarik kerah baju Ardi dengan kuat, hingga lelaki itu kesulitan bernapas. “Gara-gara lo, hubungan gue kandas, Anjing!” Revan kembali memukul sudut bibir Ardi hingga lelaki itu terpental ke samping.

Ardi menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya yang robek. Sedetik kemudian, dia tersenyum sinis. “Itu akibatnya lo ambil Gabi dari gue,” ujar Ardi penuh percaya diri.

Revan berjongkok, mensejajarkan wajahnya dengan Ardi. “Gue nggak pernah ngambil Gabi dari siapapun. Dari awal, Gabi itu milik gue,” ucap Revan penuh penekanan.

Ardi berdecih. “Lo pikir Gabi ada rasa sama lo? Nggak. Dia cuman pura-pura suka karena kasihan sama lo,” ucap Ardi membuat Revan tersulut emosi.

“Jaga omongan lo!”

“Nggak percaya? Tanya sama Gabi langsung.”

“Nggak mungkin tuh cewek mau sama cowok urakan kaya lo, kalau nggak karena kasihan.”

“Oh iya, satu lagi. Yang sabotase cafe nyokap lo, itu orang terdekat lo sendiri,” ucap Ardi membuat Revan terdiam. “Omongan gue yang pertama, boleh nggak lo percaya. Tapi, yang kedua, lo harus percaya. Dan inget, Gabi nggak sebaik yang ada dipikiran lo.” Ardi berdiri dengan susah payah, dan menaiki motornya. Pergi meninggalkan Revan yang masih termenung.

Drrt.. drrtt...

Dering ponsel menyadarkan Revan dari ketidaksadarannya. Ternyata sepupunya.

Gue tau siapa yang sabotase makanan di cafe nyokap lo,” ucapnya to the point.

“Siapa?” tanya Revan tak sabar menghabisi orang yang berani menyabotase makanan dan minuman di cafe milik Mami nya.

“Sarah.”

Rasanya, dunia Revan benar-benar runtuh sekarang. “Bercanda lo?!” tanya Revan tak santai.

Gue punya bukti kalo lo nggak percaya.”

Revan mematikan sambungan teleponnya. Kenapa harus Sarah? Gadis itu adalah karyawan pertama di cafe Mami nya. Gadis yang membantu Maminya membangun cafe hingga seterkenal sekarang.

Tanpa pikir panjang lagi, Revan menaiki motornya. Lelaki itu mengendarai motornya dengan ugal-ugalan, jalanan sedikit lenggang karena ini sudah malam. Tujuan Revan hanya satu, menghampiri sepupunya itu untuk mengambil buktinya.

Dari arah berlawanan, sebuah truk bermuatan barang, melaju dengan cepat pula. Bahkan truk tersebut sering oleng, sepertinya pengemudinya tengah mabuk.

Revan membelokan motornya di tikungan, bertepatan dengan truk yang melaju kencang itu. Tubuh Revan terpental hingga kepalanya terbentur pembatas jalan.

***

Gabi masih setia dengan buku-bukunya, gadis itu belajar agar melupakan masalahnya dengan Revan sebentar. Walaupun sudah putus, tak dapat dipungkiri bahwa Gabi merasa cemburu saat melihat Revan dan Laura pulang bersama.

Dering ponselnya membuat Gabi tersadar dari fokusnya. Tertera nama Arfan di sana. Tumben. Ada apa lelaki itu menghubunginya malam-malam begini?

“Halo?”

Gabi, Revan—

“Gue bukan siapa-siapanya Revan lagi. Jadi, jangan hubungin gue cuman buat bahas dia.” Gabi hendak mematikan sambungannya, tapi perkataan Arfan membuat tubuh Gabi menegang.

GR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang