30

848 53 53
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak.

Happy reading-!!✨

***

Malam ini, tepat pukul 19.30, Revan sampai di gerbang depan rumah Gabi. Laki-laki dengan setelan jas hitam itu tampak menawan sekali. Penampilannya yang biasanya acak-acakan kini tidak ada lagi.

“Mau cari siapa, Mas?” tanya Mang Asep dari dalam.

“Saya ... mau cari Gabi,” ucap Revan ragu-ragu.

“Mau ngapain nyari Non Gabi?” tanya Mang Asep masih belum membukakan gerbang.

“Saya ada janji, Pak.”

“Oh, begitu. Silahkan masuk, Mas.” Mang Asep membukakan gerbang dan Revan berjalan kembali menuju mobilnya.

“Makasih, Pak,” ucap Revan dari dalam mobil.

“Sama-sama.”

Revan menarik nafas dalam-dalam sebelum keluar dari mobil. Rumah Gabi sama seperti ketika pertama kali Revan mengantarnya pulang, sepi.

Tok ... Tok ... Tok ...!

Revan mengetuk pintunya tiga kali, dan muncul lah Mia—Bunda Gabi. “Assalamualaikum. Malam, Tante.” Revan tersenyum lalu menyalimi tangan Bunda.

“Waalaikumsalam, selamat malam,” balas Bunda tersenyum tipis.

“Gabi nya ada, Tan?” tanya Revan sambil melirik-lirik ke dalam rumah.

“Ada, dia masih siap-siap. Kamu masuk dulu, biar Tante panggilan.” Bunda membuka pintu rumahnya lebar-lebar, mempersilahkan Revan masuk. Setelah itu, Bunda pamit untuk memanggil Gabi di kamarnya.

Revan menatap sekeliling ruang tamu. Ada foto keluarga yang terpajang indah di dinding, foto Gabi sewaktu bayi, sewaktu kelulusan TK, SD, dan SMP. Mungkin sebentar lagi akan tertempel versi SMA. Dan beberapa foto keluarga lainnya.

Beberapa tanaman hijau berjejer indah di atas meja dan dinding. Ada juga beberapa gucci yang berjejer rapi di dalam lemari.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Gabi datang dengan dress putih bermotif bunga-bunga dan rambut yang digerai indah, jangan lupakan jepit yang selalu dipakainya.

“Maaf lama,” ucap Gabi berdiri di hadapan Revan yang kini menatapnya tanpa kedip.

Boleh tidak Revan bawa pulang Gabi? Gadis ini cantiknya berkali-kali lipat saat berdandan seperti sekarang.

“Andra!” Gabi menepuk pelan pundak Revan, membuat Revan terkejut. “Kok malah bengong?” tanya Gabi.

“Hah..? E-enggak. Gue nggak bengong,” ucap Revan menggaruk tengkuknya salah tingkah.

“Mending kalian buruan berangkat, nanti telat ke acaranya,” saran Bunda.

“Eh, iya, Tante. Tapi... Ayah nya Gabi kemana, ya? Saya mau izin bawa anaknya pergi malam-malam begini,” tanya Revan sambil melirik kesana-kemari.

“Ayah nya Gabi lagi nggak ada di rumah. Udah, sana berangkat,” ucap Bunda takut jika mereka berdua telat. Apalagi jalanan Jakarta itu sangat macet.

Revan manggut-manggut mengerti, lalu menyalimi tangan Bunda diikuti Gabi juga. “Izin bawa Gabi ya, Tan. Assalamualaikum,” ucap Revan dengan cengirannya.

“Gabi pergi dulu, Bun, assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam. Revan, bawa mobilnya jangan ngebut-ngebut! Harus pulang sebelum jam 10!” tegas Bunda.

GR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang