---------------------------------
Happy Reading!
---------------------------------
• • • • •"Iya, ayo ikut."
Anggi maju beberapa langkah untuk menghampiri Tama, "kemana?"
"Ketemu temenku, mau ikut atau pulang?"
Anggi diam beberapa detik, berfikir apakah harus ikut dengan tama atau pulang saja. Namun jika ia pulang, kasihan Tama harus bolak-balik mengantarnya lalu pergi lagi. Disisi lain juga kalau ia ikut, takut mengganggu Tama dengan... Indira?
"Kamu capek gak?" tanya Tama lagi.
"Capek sih,"
"Mau pulang aja?"
"Enggak, mau ikut."
Tama mengangguk, memberikan satu helmnya pada Anggi, disusul Anggi yang naik ke motornya.
Tak butuh waktu berpuluh-puluh menit untuk mereka sampai di tempat yang Tama tuju. Setelah turun dari motor dan melepaskan helm, Tama membalikkan tubuhnya melihat Anggi, memegang pergelangan tangan Anggi untuk ia gandeng masuk ke restaurant.
"Tama!"
Suara seseorang memanggil namanya membuat Tama melihat ke seluruh penjuru restaurant untuk menemukan keberadaan orang yang akan ia temui itu.
"Udah nunggu lama?" tanya Tama pada gadis di depannya.
"Nggak, gue juga baru sampe. Duduk dulu,"
Tama mengangguk, menuntun Anggi untuk duduk di sebelahnya.
"Ini, Anggi?"
"Ah, iya." Anggi mengangguk sopan.
"Salam kenal, Indira." Gadis yang baru saja menyebutkan namanya itu menyodorkan tangannya ke hadapan Anggi.
"Anggi,"
"Gua gak diajak kenalan?" ujar Tama meledek, tujuannya untuk mencairkan suasana, agar tidak canggung-canggung banget.
"Basi lo mah," sahut Indira ketus.
Indira beralih pada Anggi, "gimana jadi pacarnya Tama, Nggi? Kalo dia ngeselin tampol aja."
Tama mendengar itu bergidik ngeri, sedangkan Anggi hanya bisa senyum malu-malu. Tidak tau saja Indira, kalau tangan Tama sudah beberapa kali menjadi korban kekerasannya.
Tapi ya Anggi tetaplah Anggi, tidak berani menyampaikan hal itu pada Indira. Tetap sulit baginya berbaur dengan orang baru, untungnya Indira memiliki sikap yang berbanding terbalik dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Presence Of Feel
किशोर उपन्यास-𝙀𝙉𝘿- ❁❁❁ ❝ Lo pernah baca gak, quotes tentang kenapa kebanyakan manusia lebih suka senja dibandingkan fajar?" Anggi menggeleng. "Enggak, emang kenapa?" "Karena terkadang manusia lebih banyak meratapi kepergian dari pada menyambut yang datang." "...