-------------------------------
Happy Reading!
-------------------------------Tiba di rumah Anggi, Tama langsung membuka bagasi mobilnya untuk mengeluarkan belanjaan milik pacarnya tadi. Bi Resti juga datang membantu memasukkan kantong belanjaan ke dalam rumah.
"Tulun ta, Ndi.." Anggi menurunkan Adleen dari gendongannya, batita itu langsung berlari ke arah Gina yang sedang menonton televisi di ruang keluarga.
"Mamaa!!! Alen pulangg!!"
"Halo sayangg," Gina mengangkat Adleen, lalu ia dudukkan di pangkuannya, "seru nggak jalan-jalannya?"
"Seluu!! Alen bli banya es klim,"
"Mantapp!"
"Matapp!" Adleen mengikuti.
Pandangan Gina beralih pada dua sejoli yang sudah duduk anteng di sofa.
"Kebeli semua nggak, kak?" Tanya Gina, dibalas anggukan singkat oleh Anggi.
"Maaf ya, Tama. Tante jadi ngerepotin kamu,"
"Loh? Gak apa-apa, tan. Kalau dilain waktu tante butuh Tama, bilang aja ya."
"Terimakasih ya, nak." Tama tersenyum, "sama-sama."
Adleen menepuk pelan pipi Gina, "mama! Tadi Alen lihat adik bayi lohh, ucu syekalii!!"
"Oya?"
"Heem! Adik bayina pelempuan, cancik!"
"Maa.." panggil Adleen.
"Iyah?"
"Alen mau adik bayi, ma.. bole?"
Tidak hanya Gina yang terkejut mendengar permintaan Adleen barusan, tapi Anggi dan Tama pun ikut terkejut.
"Adleen aja masih bayi, nak. Masa mau punya adik bayi lagi?"
"Adik bayina yang lebi kecil dali Alen, ma.." rengek Adleen, seakan permintaannya harus dituruti.
"Bole ya ma? Adik bayi beli dimana yaa.." Adleen meletakkan jari telunjuk di dagunya, seperti sedang berfikir.
Gina melirik Anggi sekilas, lalu tersenyum jahil. "Coba minta sama kak Anggi."
"Astaga, ma!"
Adleen turun dari pangkuan Gina, kemudian menghampiri Anggi yang wajahnya sudah panik tidak tau harus menjawab apa jika ditanya perihal adik bayi oleh Adleen.
"Ta, Ndii.. mau adik bayii,"
"Pfttt," Tama berusaha menahan tawanya.
"Em--Adleen kan laki-laki, berarti gak boleh beli boneka," jawab Anggi asal.
"Hih! Alen mau adik bayi, taa.. butan bonetaa!!"
Anggi meneguk ludahnya kasar, ingin sekali ia menerkam mamanya. Bahkan sekarang Gina sudah kabur dari ruang keluarga, entah kemana.
"Gini deh, tadi kan Adleen mau mainan yang ada di lemari abang Tama, ambil itu aja ya?"
Adleen terdiam beberapa detik, "otee!" Ia beralih menatap Tama, "bole nda abang?"
"Iya, boleh."
"Yeay!"
"Sekarang bobo, ya?" Ucap Anggi.
Adleen menurut, lalu Anggi mengantarkan adiknya itu ke kamar.
Tersisa Tama di ruang keluarga, ia memilih menyalakan ponselnya lalu membuka grup pesan yang sedari tadi sudah ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Presence Of Feel
Ficção Adolescente-𝙀𝙉𝘿- ❁❁❁ ❝ Lo pernah baca gak, quotes tentang kenapa kebanyakan manusia lebih suka senja dibandingkan fajar?" Anggi menggeleng. "Enggak, emang kenapa?" "Karena terkadang manusia lebih banyak meratapi kepergian dari pada menyambut yang datang." "...