23 - Malam Itu

599 71 109
                                    

--------------------------------
Happy Reading!
--------------------------------

+62 822 - 54XX - XXXX
Anggi
Kalo lo berani, ke belakang sekolah sekarang
Sendiri.

Anggi:
Siapa?

+62 822 - 54XX - XXXX
Gak perlu tau
Cepet kesini
Kalo nggak, adek lo celaka

Anggi berdecak kesal, siapa lagi coba malam-malam cari masalah. Tadinya ia tidak ingin menggubris, namun ketika mendapati pesan terakhir dari nomor tak dikenal itu jelas ia langsung cemas. Mengapa bisa orang itu mengancamnya dengan membawa-bawa Adleen.

Merasa hal ini tidak dapat dibiarkan, Anggi segera bangun dari tempat tidur. Mengganti pakaian, menata rambutnya kembali, memasukkan ponselnya ke saku celana, dan terakhir mengambil kunci mobil di laci nakasnya.

Anggi benar-benar pergi ke tempat orang itu berada tanpa rasa takut sedikitpun, juga tanpa memperdulikan apa yang akan terjadi nanti. Ia tidak terima salah satu anggota keluarganya menjadi bahan ancaman dari masalahnya sendiri. Walaupun Anggi sendiri belum tahu siapa orang dibalik nomor itu, dan dari mana orang tersebut mendapatkan nomornya.

Mobilnya ia kendari pada kecepatan sedang, melihat kendaraan sudah sepi di jalan raya tetap tidak membuat Anggi mempercepat laju mobilnya.

Tiba di belakang sekolah, Anggi memarkirkan mobilnya di depan sebuah taman yang dulu menjadi tempat bertemunya dengan Tama. Jujur saja, sebenarnya ia sedikit takut karena hanya beberapa lampu taman yang menerangi tempat itu. Bahkan ia belum melihat seorang pun di luar mobilnya.

Ting!

+62 822 - 54XX - XXXX
Keluar aja
Gue udah liat mobil lo

Rasa takutnya semakin besar ketika Anggi membaca pesan yang baru saja masuk. Rasanya ingin pulang saja ke rumah, tapi ia kembali ingat dengan ancaman orang dibalik nomer itu. Dengan ragu, Anggi membuka pintu mobilnya, menoleh ke belakang tidak ada siapa-siapa. Saat dirinya sudah berada di depan mobil, munculah empat orang perempuan yang datang dari balik tembok belakang sekolah dengan senyum meremehkan.

"Gue kira lo gak akan berani kesini," ucap salah satu perempuan yang berada di paling depan sendiri.

"Kalian lagi?"

"Iya, kenapa? Takut?"

Anggi mengepalkan tangannya, "cepet langsung bilang aja, kenapa kalian nyuruh gue kesini?"

"Santai dong," perempuan itu melipat tangannya di depan dada.

"Kayaknya, ada yang abis dikecewain karna cowoknya lebih milih jalan sama sahabat ceweknya dibanding sama pacarnya sendiri,"

"Haha, mantap Grizel!"

Oh, Grizel namanya.

"Gimana? Nyesek ya?" sindirnya lagi.

Anggi membuang napasnya kasar, semakin kuat mengepalkan tangannya, berusaha untuk tidak terpancing emosi.

"Kalo cuma mau bahas itu aja, mending gue balik."

Belum sempat Anggi melangkah untuk kembali ke mobilnya, kedua tangannya sudah lebih dulu dicekal kuat oleh dua teman Indira yang lain.

Grizel ikut mendekati Anggi, "gue gak akan ngelepasin lo pergi sebelum lo janji sama satu hal."

Presence Of FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang