32 - Mencari Bukti

516 71 94
                                    

----------------------------------
Happy Reading!
----------------------------------


"Kebenaran apalagi yang mau kamu cari? Udah jelas obat itu ada di tas kamu."

"Obat itu memang ada di tas aku, tapi aku gak pernah taruh itu disana, Tam. Kalau misal aku ada niat jahat ke Indira, obat itu pasti udah aku keluarin dari tas."

"Please, Tam. Kasih aku waktu. Jangan ambil keputusan secepat ini."

"Aku kasih kamu waktu sampai besok. Kalau lusa kamu belum temuin bukti yang kuat buat aku percaya kalau kamu gak salah, kita selesai."

Malam ini, hujan turun dengan derasnya. Anggi berada di balkon kamar ditemani segelas air putih dan tiga kotak pocky yang isinya sudah ia makan habis. Mulutnya sedari tadi tidak berhenti mengunyah, sama persis dengan pikirannya yang tidak berhenti memikirkan bagaimana caranya mendapatkan bukti dalam waktu secepat yang telah Tama tentukan.

Ia ingin sekali bercerita dengan Kyra dan Freta, tapi ada rasa takut jika nanti kedua temannya itu malah akan tidak percaya dengannya.

"Micii, ta ndii?"

"Ada olang ndaa? Ta Ndi dimanaa?"

Anggi mendengar suara pintu kamarnya terbuka, bersamaan dengan suara lucu Adleen yang memanggilnya.

Anggi menggeser pintu kaca yang tertutup gorden abu-abu, sudah ada boneka hidup miliknya yang memakai baju tidur bermotif dinosaurus berwarna dasar hijau sedang berdiri sambil menangkup pipi tembamnya dengan kedua telapak tangan, kedua siku batita itu bertumpu pada kasur Anggi yang tingginya hanya sebatas dada Adleen.

"Kok belum bobo?" Anggi menghampiri adiknya lalu duduk di pinggir kasur.

"Alen tanen ta Ndi, hihi." Adleen tertawa kecil sambil menutup mulut dengan tangan mungilnya.

Anggi baru ingat, hari ini ia tidak sekalipun bermain bersama Adleen, "ka Nggi juga kangen, hari ini kita gak main yah?" Adleen mengangguk kecil.

"Eumm, mau main sekarang?" tanya Anggi.

"Main apa? Cuda malam."

"Sudah malam tapi kenapa Adleen belum bobo? Nanti kalau mama liat, mama marah loh. Papa juga marah, Adleen gak ingat kalau papa marah serem kayak zombie?" tutur Anggi dengan ekspresi wajah menakut-nakutkan.

"Nda mau dimalahin papa!"

"Makanya bobo, Adleen mau bobo sama ka Nggi?"

Adleen mengangguk semangat, "mauu!!"

"Sini naik!"

Anggi membantu Adleen menaiki tempat tidurnya. Sang kakak sudah mendapat posisi ternyaman untuk menyambut mimpi, sementara adiknya masih duduk sambil mengoceh.

"Oya Alen lupa!" seru Adleen tiba-tiba.

"Lupa apa?"

"Tadi papa bli tue cokyat dan teju. Alen nda cuka teju, jadi Alen cimpan di tulkas untu ta Ndii."

"Wahh, terimakasih ganteng!"

"Cama-camaa! Alen mau bobo cetalangg."

Anggi langsung berbaring miring, menidurkan Adleen di sampingnya, serta menepuk-nepuk bokong Adleen.

"Ta ndii.."

"Iyah?"

"Abang tenapa nda main-main kecini lagi?"

"Abang Tama lagi sibuk sekolah, jadi belum sempat kesini lagi."

"Ta Ndi lagi malahan ya cama abang? Abang jahat ya cama ta Ndi? Tenapa sekalang ta Ndi cendili telus?"

Presence Of FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang