25 - Sebenarnya

532 62 124
                                    

--------------------------------
Happy Reading!
--------------------------------


Setelah kejadian kemarin siang, tentang Tama yang mengharuskan Anggi untuk percaya dengan hal yang mereka perbincangkan kemarin, Anggi tetap terus memikirkan hal itu. Rasa curiga terhadap Indira terus menghantui pikirannya.

Anggi membuang kotak pocky yang isinya sudah ia makan habis ke tempat sampah di depan kelasnya, sampai saat ini pun, Anggi belum tau siapa orang yang menaruh pocky di kolong mejanya, tapi ia selalu berfikir bahwa yang melakukan semua itu adalah Tama. Habisnya siapa lagi?

"Hai, pacar!" sapa Althaf pada Kyra.

Laki-laki itu tiba-tiba saja datang dan sempat mengagetkan Kyra yang sedang menunggu Anggi dan Freta mengenakan sepatu.

"Ngagetin!" sentak Kyra.

"Ayo!"

Paham dengan maksud Althaf yang sudah pasti ingin mengajaknya ke kantin bersama, Kyra langsung menggandeng tangan Althaf dan berlalu begitu saja tanpa pamit dengan kedua temannya.

"Tumben lo gak sama Tama?" tanya Freta tiba-tiba, kini mereka berdua sudah melangkahkan kaki menuju kantin.

"Tumben lo gak sama Rayhan?" tanya balik Anggi yang langsung mendapat lirikan sinis dari Freta.

"Dih! Mana pernah gue ke kantin berdua sama dia,"

"Halah, waktu itu gue sama Tama pernah liat lo di meja kantin yang pojok, lagi makan bekel satu tupperware berdua," ungkap Anggi.

"H-hah? Udah lah gak usah dibahas, tadi pertanyaan gue belum lo jawab."

"Apa?"

"Kenapa gak sama Tama?"

"Apa urusannya sama lo?"

"Ya eng--Anjir! Ngeselin ya lo, ditanya malah nanya balik mulu." omel Freta.

Anggi terkekeh pelan, "nanti juga ketemu di kantin, gak harus berangkat berdua terus."

"Iya sih. Tuh, Tama." Freta menunjuk Tama yang sedang mengobrol dengan temannya yang lain di meja kantin biasanya.

"Tuh Rayhan," balas Anggi.

Freta menoleh pada Anggi di sampingnya, menatap Anggi dengan ekspresi datar lalu mendengus sebal.

"Hehe, ayo samperin!" ajak Anggi.

Keduanya berjalan santai menghampiri Tama dan teman-temannya, Kyra dan Althaf tidak ada disana, mereka berdua menempati meja berbeda dengan jarak yang tidak begitu jauh dari meja yang Tama tempati.

Tama tersenyum kala melihat Anggi yang tengah menghampirinya, ia mengangkat tangan seakan mengode untuk Anggi jalan lebih cepat.

"Kok gak makan?" tanya Anggi saat dirinya sudah duduk di samping kanan Tama.

"Nunggu kamu,"

"Ini aku udah dateng, beli makan sana," suruh Anggi.

Tama mengubah posisi duduknya menjadi sedikit menghadap Anggi, kemudian mengusap pelan rambut Anggi yang terurai, sesekali juga mengangkat ujung rambut gadis itu.

"Kamu mau makan apa? Biar aku beliin sekalian,"

Anggi membalas menatap Tama, "enggak, aku masih kenyang tadi sarapan banyak."

"Yakin?" Anggi mengangguk.

"Enggak karena lagi marah sama aku?" tanya Tama serius.

"Marah kenapa?"

Presence Of FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang