39 - Merawat Sedih

561 63 81
                                    

--------------------------------
Happy Reading!
--------------------------------

"Yang dateng telat minta di jitak nih,"

"Gas jitak! Mana alesannya suka pada gak masuk akal."

Gerutuan-gerutuan itu berasal dari Rayhan dan Althaf, sebab ketiga temannya lagi belum juga datang, sampai Tama pusing sendiri dengernya.

"Sabar, bentar lagi juga dateng." kata Tama, entah sudah yang ke berapa kali ia mengatakan itu.

"Sabar mu—"

"Tuh dua dateng," ujar Tama saat melihat Gentala dan Dhava berjalan bersama menuju ke tempat mereka duduk.

"Lama bener."


"Tadi gue abis anter Naraya pulang dulu." Ini alasan Dhava, Rayhan mengangguk percaya.

"Gue juga abis anter pacar pulang dulu," ceplos Gentala santai.

Rayhan tertawa singkat, "kalo lo halu."

Terhitung tinggal sepuluh menit lagi pertandingan akan dimulai, tapi Arvin belum juga menampakkan dirinya. Entah kemana lelaki itu, biasanya Arvin selalu datang paling awal jika ada pertandingan seperti ini.

"Guys, sorry telat."

Kelimanya kompak menoleh ke sumber suara, ada Arvin disana dengan ransel kecil yang tersampir di bahu kanannya. Namun mereka dibuat menyerngit bingung kala melihat Arvin yang tidak datang sendiri, ada Anggi dan seorang batita kecil mengekor di belakangnya.

"Lah, Anggi?" heran Rayhan.

"Bareng gue,"

"Semalem kita ketemu di mall pas gue lagi beli sepatu, terus dia nanya soal ini dan akhirnya mau ikut. Jadi gue lama karna jemput dia dulu." jelas Arvin berbohong, lantaran ia tidak mau teman-temannya mengetahui soal perasaan yang sebenarnya pada Anggi.

"Emang gak dikasih tau sama Tama?" tanya Rayhan.

Gentala menyenggol lengan temannya yang baru saja melontarkan pertanyaan bodoh itu, "kan udah putus," bisiknya.

"Gue putus nyambung sama Freta gak lost contact tuh."


"Jenis pacaran lo sama Freta beda."

"ABANGG!!"

Adleen memekik kencang sambil berlari menghampiri Tama, laki-laki itu juga berjongkok menyamakan tingginya, kemudian menarik Adleen ke dalam pelukannya.

"Huh~ Alen mau malahin abang kalna abang nda main ladi ke lumah Alen, tapi Alen nda bicaa!"

Tama tertawa mendengar rengekan batita yang sedang dipeluknya, walaupun sebenarnya tidak terlalu terdengar, sebab Adleen memeluknya sangat erat.

"Iya nanti abang main lagi." ucap Tama lembut, tangannya tak berhenti mengelus punggung Adleen.


Presence Of FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang