Extra Chapter & New Story

458 45 31
                                    

Haloo Haloo 😁😁😁
Akhirnya.. udah kangen banget sama komen-komen kocak, mewek, dan mleyodh kalian!

Sebelum kalian baca, aku mau ngaku dulu kalau haluku tinggi banget pas nulis extra chapter ini😂
So, udah siap ramein komen per-paragraf?
Ramein yuk biar cerita baru cepet-cepet lahir😘

---------------------------------
Happy Reading!
---------------------------------

"Aurora!!"

Anak perempuan berusia enam tahun berjalan cepat ketika namanya dipanggil, dengan semangat menaiki satu persatu anak tangga untuk menghampiri Mamanya yang sedang berada di kamar.

"Kakak, Mah! Jangan panggil nama saja," protes Aurora.

Anggi tersenyum hangat melihat anak sulungnya berdiri di depan pintu dengan raut kesal, Aurora tidak suka jika dirinya dipanggil hanya dengan namanya saja, paling tidak harus menggunakan 'Kakak' di awal, sebab katanya seperti sedang di marahi.

Anggi tersenyum hangat melihat anak sulungnya berdiri di depan pintu dengan raut kesal, Aurora tidak suka jika dirinya dipanggil hanya dengan namanya saja, paling tidak harus menggunakan 'Kakak' di awal, sebab katanya seperti sedang di marahi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya maaf, Kak. Sini rambutnya Mama kuncirin." Anggi melambaikan tangannya ke bawah, menyuruh Aurora untuk duduk di atas kasur.

Aurora menaiki kasur dengan sedikit perjuangan, pasalnya kasur kedua orang tuanya itu lebih tinggi dibanding kasur di kamarnya sendiri.

Sambil menunggu sang Mama mengambil sisir dan ikat rambut, Aurora merangkak ke tengah kasur. "Halo, Adik!" sapa Aurora seraya memainkan kaki adiknya yang tidak terbalut dengan apapun.

 "Halo, Adik!" sapa Aurora seraya memainkan kaki adiknya yang tidak terbalut dengan apapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Adiknya lagi bobo, Kak. Jangan bicara terlalu keras." Tama tiba-tiba muncul dari bilik kamar mandi, pria yang telah memiliki dua anak itu sudah rapi dengan celana jeans, kaos putih dan kemeja yang dijadikan outer. Outfit-nya masih seperti anak SMA walau sekarang sudah genap memasuki kepala tiga.

"Aku cuma mau Rero lihat kalau aku udah mandi dan udah cantik, Pah." Aurora menempelkan kedua telapak tangannya dengan kedua pipi gembulnya, sedikit memiringkan kepala ke kanan kemudian tersenyum menghadap sang adik yang masih memejamkan mata.

Presence Of FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang