-------------------------------
Happy Reading!
-------------------------------Saat bel istirahat berbunyi, Tama buru-buru untuk keluar kelas. Ia menuju balkon depan kelasnya lalu menghadap ke bawah, mengamati satu persatu siswa-siswi yang sedang berolahraga di lapangan, tujuannya mencari seseorang untuk ia ajak ke kantin. Hingga pandangannya tertuju pada gadis yang sedang duduk anteng di bawah pohon seorang diri.
"Tam! Ayo," Tama menolehkan kepalanya saat merasakan bahunya dipukul pelan, ternyata pelakunya Dhava. Disana juga sudah ada empat orang temannya yang lain.
"Duluan aja, gua mau bareng Anggi." Seluruhnya mengangguk, lalu pergi meninggalkan Tama sendiri.
Lelaki itu terus berlari kecil di sepanjang koridor, agar cepat sampai, ia memilih menaiki lift untuk turun ke lantai paling dasar.
Tadi pagi saat ia mengantar Anggi ke kelasnya, gadis itu memberi tahu bahwa di jam sebelum istirahat pertama, ia ada mata pelajaran olahraga.
"Hai, sayang!" Ujar Tama saat dirinya sudah berada di depan punggung Anggi, karena posisi Anggi membelakangi lapangan.
Anggi menoleh ketika mendengar suara yang sudah tak asing lagi di telinganya, ia juga memutar posisi duduknya. "Loh? Kok kesini kamu?"
Sebelum menjawab, Tama lebih dulu duduk di sebelah Anggi. "Harusnya aku yang tanya, kamu kenapa gak ke kantin?"
"Males,"
Tama menyentil pelan dahi Anggi, "mageran!"
"Capek, Tama. Abis olahraga," keluh Anggi.
"Tapi kamu jadi gak makan."
"Makan kok, aku lagi nitip bubur ayam."
"Nitip ke Kyra sama Freta?" Tanya Tama.
"Bukan," Anggi mengangkat dagunya ke arah Kyra dan Freta yang sedang mendribble bola basketnya masing-masing di tengah lapangan, "itu mereka lagi main,"
"Aku nitip ke Fahri."
Tama menaikkan sebelah alisnya, "Fahri?"
"Iya. Tadi dia nawarin ada yang mau nitip atau gak, kebetulan aku lagi males ke kantin jadi aku nitip."
"Gak boleh nitip-nitip sama cowok!" Sentak Tama.
Anggi berdecak sebal, apa-apaan coba nitip makanan aja gak dibolehin. "Kenapa sih?"
"Kalo kamu males ke kantin, telfon aku aja, nanti aku yang beliin. Jangan cowok lain!"
"Cemburu?" Tama tak menjawab.
"Nanti aku jadi nyuruh-nyuruh kamu dong," lanjut Anggi.
"Kamu juga udah nyuruh-nyuruh Fahri."
"Itu kan dia yang nawarin,"
"Aku juga nawarin."
Anggi mendengus kesal, laki-laki macam Tama ini pintar sekali dalam hal balas-membalas percakapan.
"Ini Nggi, titipannya." Anggi mendongakkan kepalanya, laki-laki bernama Fahri itu menyodorkan styrofoam yang sudah pasti berisi bubur ayam pesanannya tadi.
Anggi menerimanya, "berapa, Ri?"
"Sepuluh ribu sama dua satenya,"
Anggi mengangguk, baru saja ingin mengambil uang disakunya, Tama sudah lebih dulu memberikan uang dua puluh ribuan ke hadapan Fahri.
"Nih, kembaliannya ambil aja." Kata Tama jutek.
Fahri mengambil uang berwarna hijau itu, "makasih, bang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Presence Of Feel
Teen Fiction-𝙀𝙉𝘿- ❁❁❁ ❝ Lo pernah baca gak, quotes tentang kenapa kebanyakan manusia lebih suka senja dibandingkan fajar?" Anggi menggeleng. "Enggak, emang kenapa?" "Karena terkadang manusia lebih banyak meratapi kepergian dari pada menyambut yang datang." "...