30 - Papa Kayak Magnet

508 63 147
                                    

--------------------------------
Happy Reading!
--------------------------------

"Obat tidur?"

Tama sempat terdiam sebentar, pikirannya langsung berputar mundur dan berhenti pada ucapan dokter semalam.

"— kemungkinan besar Indira mengendarai mobil dalam keadaan mengantuk berat karena pengaruh dari obat tidur."

Semalam, Tama merasa tidak yakin jika Indira mengkonsumsi obat tidur. Sesulit-sulitnya Indira menghadapi sebuah masalah, gadis itu tidak akan berbuat hal buruk. Tidak masuk akal juga jika Indira meminum obat itu disaat sehabis ia bertemu dengan Anggi, dan Indira masih harus mengendarai kendaraan.

Sekarang, Tama menemukan jawabannya.

Anggi.

Tama mengacak rambutnya gusar, ia juga menggeram kesal. Gadis yang juga dikhawatirinya semalam, ternyata kelicikkannya menjadi penyebab kecelakaan Indira.

"Tam?"

Tama mendongak, melihat Anggi yang sudah kembali dari toilet. Tanpa ingin basa-basi lagi, Tama mengambil tas Anggi yang berada di pangkuannya, kemudian mencengkram kuat pergelangan tangan Anggi dan membawa gadis itu ke tempat yang sepi.

"Tam–Aws."

Anggi meringis kesakitan ketika Tama menyudutkan dirinya ke dinding dan semakin kuat mencengkram pergelangan tangannya.

Selama dekat dengan Tama, Anggi tidak pernah melihat Tama seperti ini. Raut wajah laki-laki di depannya terlihat dingin, berbeda sekali dengan perlakuan manis Tama sebelum ia pergi ke toilet.

"Ini apa, Nggi?" Tama menunjukkan obat tidur tadi ke depan wajah Anggi.

"Aku gak tau—"

"JANGAN BOHONG!" Anggi tersentak sambil memejamkan matanya.

"Kamu kenapa sih, Tam? Aku beneran gak tau itu apa! Kamu dapet itu dari mana?"

Tama melepaskan cengkraman tangannya pada pergelangan tangan Anggi, ia melihat ke arah lain lalu tersenyum miring.

"Indira kecelakaan di kondisinya yang lagi ngantuk. Kata dokter, itu karena pengaruh dari obat tidur. Aku yakin Indira gak mungkin sebodoh itu, minum obat tidur disaat dia masih harus nyetir."

"Indira kecelakaan saat dia jalan pulang sehabis ketemu kamu, Nggi. Aku tau kamu masih benci sama Indira, dan barusan, aku nemu obat tidur ini di tas kamu." Tama kembali menatap Anggi sembari menujukkan obat tidur itu.

"Kamu masukin obat ini kan, di makanan atau minuman Indira?" Tama bertanya dengan sedikit berbisik, wajahnya kini lebih dekat dengan wajah Anggi.

Anggi memejamkan matanya singkat, menarik napas dalam dan menghembuskannya dengan perlahan, kemudian menatap kedua bola mata Tama.

"Aku emang masih benci sama Indira, tapi aku gak sejahat yang kamu pikirin, Tam." katanya ikut berbisik, serta menekan setiap kata yang diucapkan.

Tama menjauhkan jarak keduanya, "kamu udah gak punya alasan lagi, Nggi. Buktinya udah jelas."

"Tapi bukan aku, Tam. Bahkan aku gak tau ada obat itu di tas aku." suara Anggi terdengar lirih.

"Bisa aja kamu pura-pura gak tau." Tama meniru kalimat yang beberapa waktu lalu pernah Anggi lontarkan untuk Indira.

Anggi maju satu langkah, ingin memegang jari-jari tangan Tama namun laki-laki itu lebih dulu menghindar.

"Tam.. percaya sama aku, ya?" suara Anggi semakin lirih.

Presence Of FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang