10 - Tentang Fajar dan Senja

805 73 141
                                    

--------------------------------
Happy Reading!
--------------------------------

'Terkadang manusia lebih banyak meratapi kepergian daripada menyambut yang datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Terkadang manusia lebih banyak meratapi kepergian daripada menyambut yang datang.'

• • • • •

"Maaf jadi nunggu lama," ucap Anggi setelah ia masuk ke mobil Tama.

"Kalo makeup selama ini, ya?"

"Ih, enggak!" elak Anggi.

"Terus lama ngapain?"

"Tadi Adleen nangis, minta ikut. Jadi diemin dia dulu."

"Kenapa gak diajak?" Tama mulai menjalankan mobilnya.

"Nanti ngerepotin."

"Lo juga ngerepotin,"

Anggi menoleh melihat Tama, "lah?"

"Gara-gara mama lo suruh kita pergi naik mobil, gua jadi harus pulang dulu ambil mobil."

"Kan tadi mama nawarin pake mobil gue aja, lo nya gak mau!" Anggi mulai tersulut emosi.

"Tadi kalo emang terpaksa, mending gak usah!" lanjut Anggi, ia memalingkan wajahnya melihat jendela. Matanya pun mulai berkaca-kaca, mood nya memang sedang tidak bagus.

Tama gelagapan sendiri, niatnya hanya bercanda. Tetapi Anggi malah beneran marah.

Tama menoleh ke arah Anggi. Ingin memegang tangan Anggi namun si pemilik tangan langsung menepisnya.

"Nggi, gua bercanda." ucap Tama lirih, merasa bersalah. "Mood lo emang cepet berubah gini ya?"

Anggi tetap tak menjawab.

"Nggi.."

"Anggi,"

"Nggi, plis maaf.."

"Anggiiiiii," rengek Tama seperti anak kecil, matanya kadang melihat ke depan, kadang juga menoleh ke Anggi.

Tama menyerah, Anggi tak kunjung meresponnya. Ia kembali fokus menyetir. Butuh waktu dua puluh menit untuk sampai ke mall yang mereka tuju.

"Nggi, udah sampe. Masih marah?" tanya Tama lembut.

"Sorry, Nggi.."

Presence Of FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang