27 - Akhir Pekan

555 62 93
                                    

---------------------------------
Happy Reading!
---------------------------------

Tama🐥:
Selamat pagi, nyonya
Saya sudah di depan

Anggi terbangun dari tidurnya kemudian langsung membaca pesan dari Tama, lebih tepatnya, tidurnya terganggu akibat Tama terus menelfon dan mengirimkan pesan. Melihat jam yang baru menunjukkan pukul setengah enam pagi, sangat heran mengapa laki-laki itu sudah ada di depan rumah padahal tidak ada rencana apapun yang dilakukan berdua pagi ini.

Tidak ingin Tama menunggu lebih lama, Anggi segera beranjak dari tempat tidur, berjalan ke depan rumah dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya, bahkan kedua matanya pun masih sulit dibuka lebar.

Anggi membuka pagar rumah yang tingginya melebihi tinggi tubuhnya. Saat pagar terbuka, matanya melihat Tama yang sedang berdiri tegap di hadapannya.

"Haii, baru bangun, ya?"

"Iya, ngapain kesini pagi-pagi?" Anggi bertanya dengan suara khas bangun tidur.

"Numpang sarapan,"

"Ya udah, ayo masuk."

"Bercandaa, makanya mata melek dulu, gak liat aku udah rapi gini?"

Anggi mulai melihat Tama dari atas sampai bawah, gak rapi-rapi banget kok, cuma pakai kaos polos lengan pendek warna hitam, celana pendek, dan sepatu sneakers.

Anggi menghela napas, perasaannya tidak enak.

"Jogging, yuk?" ajak Tama antusias.

Nah kan, benar dugaannya. Anggi tuh paling malas kalau diajak jogging atau lari pagi, baginya hal itu tidak memberi efek apapun untuk tubuhnya, karena paling habis itu tetap ia akan makan banyak. Jadi lebih baik melanjutkan tidur di hari libur begini, nikmat.

"Kamu sendiri aja, aku mau lanjut tidur." tolak Anggi.

"Ayolahh!!"

"Aku ngantuk berat, Tam."

"Ngantuknya aku gendong, biar kamu gak berat."

"Sumpah ih gak jelas."

"Ayo! Keliling sini aja," bujuk Tama lagi.

"Ya udah aku ganti baju dulu, kamu mau tunggu sini atau masuk?"

"Tunggu sini aja."

Anggi mengangguk, berbalik masuk ke dalam rumah untuk mengganti pakaiannya. Kemudian kembali dengan kaos oversize berwarna putih, celana training jogger, sneakers putih, dan... sepeda gunung.

"Ngapain sepedanya dikeluarin?" tanya Tama setelah melihat Anggi yang sedang sibuk memompa ban sepedanya.

"Aku naik sepeda, kamu aja yang lari."

Tama membuang napasnya kasar, nasib punya pacar yang gak ada romantis-romantisnya.

"Yuk!" ujar Anggi sembari menuntun sepedanya keluar dari halaman rumah.

"Nggi," panggil Tama terdengar dingin.

Anggi masih santai dan fokus menaiki sepedanya, "apa?"

"Gak usah pake sepeda, jalan aja deh gak usah lari."

Presence Of FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang