43 - One Last Thing

695 70 190
                                    

Hola!
Seneng kemarin rame, thankyou gais!
Sesuai janji, nih aku up lagi.
Ramein lagi bisa gak? Biar up cepet lagi😘

----------------------------------
Happy Reading!
----------------------------------

----------------------------------Happy Reading!----------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Playlist : Sekali Ini Saja
-Glenn Fredly-
Cover : Anggi Marito

• • • • •

Suara alarm ponsel berbunyi bersamaan dengan jam weker milik Tama. Si penghuni kamar terbangun, mengerjapkan matanya, tangannya terulur mematikan jam weker berbentuk bola sepak di atas nakas.

Tama mengubah posisinya menjadi duduk, mengumpulkan nyawa dengan satu guling yang masih setia ia peluk di depan tubuhnya. Hari ini ia sengaja bangun lebih awal. Sebelum berangkat ke sekolah, rencananya pagi ini Tama ingin lebih dulu ke makam Indira.

Soal kejadian kemarin di pesta ulang tahun Adleen, Tama langsung memilih pulang ketika Anggi meninggalkannya di teras. Ia membiarkan Lauren pulang bersama kedua orang tuanya sebab dirinya sudah malas berurusan dengan perempuan licik itu.

Setelah dirasa sudah tidak ada yang tertinggal, Tama melajukan motornya menembus jalanan. Tak sampai setengah jam, ia sudah sampai di area pemakaman tempat Indira di makamkan.

"Permisi, pak." Tama menyapa seorang pria yang tengah menyapu daun-daun kering disekitaran makam, pria itu tersenyum mempersilahkan.

Laki-laki berseragam putih abu itu menatap banyaknya jejeran batu pada setiap sisinya, menyusuri rerumputan hingga langkahnya terhenti di hadapan gundukan tanah merah dan nisan putih yang berukir nama sahabat perempuan satu-satunya.

Tama tidak pernah mendatangi makam Indira setelah pemakaman tepat satu minggu lalu, mulai hari ini ia niatkan untuk berziarah satu minggu sekali kesini. Perlahan Tama berjongkok, membersihkan taburan bunga yang sudah layu, digantinya dengan sebuket bunga yang telah dibelinya kemarin sore.

Suasana begitu sepi, hanya terdengar suara sapu yang berasal dari pria tadi di kejauhan. Matanya tertuju pada nama yang terukir di nisan putih itu, sisa-sisa ingatannya tentang saat-saat terakhir Indira masih terekam jelas di benaknya.

"Maaf gue baru jenguk lo."

Senyum penyesalan terbit di wajah Tama, laki-laki itu menyentuh nisan putih dan mengusapnya lembut.

"Bangun sebentar gak bisa ya, Ra? Gue mau cerita banyak hal sama lo." Tanpa sadar air yang menggenang di pelupuk matanya menetes begitu saja.

"Lo liat kan Ra gue nangis? Biasanya lo langsung peluk gue." air mata Tama semakin mengalir membasahi pipinya.

"Gak apa-apa, tidur aja. Udah bahagia kan akhirnya ketemu papa mama lo?"

"Udah bisa lakuin apapun yang mau lo lakuin ke mereka."

Presence Of FeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang