-------------------------------
Happy Reading!
-------------------------------"Indira meninggal, Nggi."
Spontan Anggi menutup mulut menggunakan telapak tangannya. Terkejut? Sangat. Ia langsung memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi, salah satunya, tentang reaksi Tama.
"Lo bohong, kan, Kyr?"
"Buat apa gue bohong masalah ginian, Nggi. Justru gue kira lo udah tau karna lo lagi bareng Tama di rumah sakit, taunya belum."
"Gue udah pulang duluan, sekarang lo masih di sekolah, kan?"
"Iya, nanti pulang sekolah gue sama yang lain langsung ke rumah Indira. Btw, lo emang gak dikabarin sama Tama?"
"Enggak, mungkin dia juga masih kaget. Ya udah, ya, gue mau ke rumah sakit lagi. Makasih infonya."
"Iya, sama-sama."
Anggi memutuskan sambungan telfon dan menaruh ponselnya di meja makan dengan lemas, bersamaan dengan Anggara dan Gina yang sedari tadi sudah menatapnya bingung.
"Kenapa, Nggi?" tanya Anggara.
"Indira meninggal."
"Indira siapa?" tanya Gina panik.
"Sahabatnya Tama, yang kecelakaan itu."
"Terus kamu mau ke rumah sakit lagi?"
Anggi mengangguk lesu, "Anggi kesana, ya?"
"Makan dulu, Nggi. Belum makan, kan kamu?" suruh Anggara.
"Tadi disana Anggi udah makan bubur sama Tama, pah. Anggi langsung kesana, ya?" bujuknya sedikit merengek, ia ingin segera bertemu dan menguatkan Tama, walaupun entah kehadirannya akan dianggap atau tidak oleh lelaki itu.
"Nanti kalau udah disana kamu jadi lupa makan. Makan dulu aja, ya? Nanti baru papa izinin kesana lagi."
"Pah, please."
Anggara tidak menjawab lagi, ia malah menyendokkan nasi untuk Anggi, "makan, sebentar."
Anggi menghembuskan napasnya pasrah, ia memilih untuk menurut saja daripada harus mengulur waktu lebih lama.
Setelah selesai makan yang dilakukan dengan terburu-buru itu, Anggi segera naik ke kamarnya untuk berganti baju, mengambil tas, dan kembali turun ke bawah berpamitan dengan Anggara dan Gina.
Tujuan Anggi saat ini ingin ke rumah sakit terlebih dahulu diantar pak Roni, semoga saja Tama masih ada disana, karena Anggi tidak tau dimana rumah Indira. Ingin bertanya, namun sedari tadi Tama tidak sekalipun menjawab pesan dan mengangkat telfonnya.
Sesampainya di ruang ICU sudah sepi, kebetulan Anggi berpapasan dengan salah satu suster yang ingin masuk ke ruangan itu.
"Suster!" Anggi menghampiri susternya.
"Iya, ada yang bisa saya bantu?"
"Maaf mau tanya, sus. Pasien bernama Indira yang dikabarkan baru saja meninggal, masih ada di rumah sakit ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Presence Of Feel
Novela Juvenil-𝙀𝙉𝘿- ❁❁❁ ❝ Lo pernah baca gak, quotes tentang kenapa kebanyakan manusia lebih suka senja dibandingkan fajar?" Anggi menggeleng. "Enggak, emang kenapa?" "Karena terkadang manusia lebih banyak meratapi kepergian dari pada menyambut yang datang." "...