Part 26

1.6K 144 4
                                    

Happy reading!!!!



"Saya mohon Ning, jangan tinggalkan saya."

Zahra menatap Gus Anas, apa ia sungguh-sungguh Dengan ucapannya? Dia ragu dengan itu.

"Jika sampean jodoh saya, saya juga Ndak bakal pergi dari sampean Gus." Hanya kalimat itulah yang ada di otak Zahra untuk sekarang.

"Jadi, sampean Ndak bakal memutuskan pernikahan ini, 'kan?"

Zahra mengangguk ragu.

Senyum manis merekah di bibir Gus Anas, "Syukron Ning."

********

Lelaki berbaju biru dan bersarung hitam tengah bersandar di bawah pohon mangga yang menjulang tinggi. Tanpa di sadari, setetes air mata turun membasahi pipinya.

Matanya terpejam dan bibirnya terkantup rapat, kata-kata yang ia dengar beberapa menit yang lalu, benar-benar menyakiti hatinya.

'Apa aku akan di cap jahat, jika tega memisahkan dua orang yang saling mencintai? Apa aku jahat, jika menghancurkan cinta kakak ku sendiri?' batinnya bertanya-tanya.

Mata lelaki itu terbuka, mata merah dan wajah sembab mampu menggambarkan keadaannya  sekarang.

"Kenapa sakit sekali hati ini?"

"Kenapa ini lebih sakit dari pada saat mengetahui perasaan Rama dulu?"

"Ya Allah, aku harus apa?"

Gumaman kecil yang keluar dari mulutnya mewakili rasa sakit di hatinya.

Apa ia ikhlas jika harus melihat orang yang ia cintai bersanding dengan orang lain, apalagi dengan kakaknya sendiri?

Ia mencintai gadis itu hampir lima tahun, dan dengan mudahnya cinta itu berhasil membuatnya terluka.

"Assalamualaikum, Gus."

Salam seseorang membuat apa yang ia pikirkan lenyap. Ia menghapus sisa-sisa air matanya dan menoleh ke sumber suara.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh"

Gadis cantik bergamis hitam berdiri dengan anggun di hadapan Yusuf.

"Maaf Gus saya mengganggu waktu istirahat sampean." Katanya lembut.

Yusuf hanya mengangguk

"Saya di minta Gus Anas untuk memanggil sampean, untuk menggantikan beliau mengajar, Gus." Katanya lagi.

Yusuf terdiam sebentar, 'Apa mas Anas masih mengobrol dengan Zahra?' batinnya.

"Gus?" panggil Puput saat tak mendengar respon dari Yusuf.

"Ya?"

"Gimana Gus, sampean bersedia?" Tanyanya lagi.

Yusuf mengangguk, "Ya."

Puput tersenyum dengan kepala yang masih setia menunduk.

"Mari Gus, sudah di tunggu adek-adek nya." Ajak puput di angguki Yusuf lagi.

Guz & Ning Jatuh Cinta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang