Part 18

1.8K 150 1
                                    


Happy Reading all!!!





Di pagi hari yang cerah ini, sosok gadis cantik berkerudung merah maron, tengah menyapu teras depan ndalem. Ia ingin membantu para santriWati yang tengah menyapu di sana.

Gadis itu agak sedikit canggung pada mereka, tapi Karna tekatnya, dia mulai terbiasanya akan hal itu.

Saat asyik menyapu sambil sedikit mengobrol dengan mba Kia, salah satu santri kelas Tsanawiyah yang juga baru beberapa menit yang lalu ia kenal.

Tiba-tiba Ada 2 orang siswa yang menyapa mereka berdua dan di balas sapaan balik oleh Zahra dan Kia.

"Mau kemana, Mba?" Tanya Zahra ramah.

"Ke Pasar, Ning." Jawab mereka seadanya.

"Wahh, benarkah? Naik apa mba ke pasarnya?" Tanya Zahra antusias.

Gimana gak antusias, orang selama di Jakarta dia gak pernah menginjakkan kaki nya di pasar. Mungkin kalo ada keperluan dia pergi ke mall.

Maka dari itu, ia sangat antusias jika mendengar kata pasar. Sudah lama dia tidak pergi ke pasar.
Terakhir kali saat dia masih kecil.

"Mungkin naik becak Ning, kalo Ndak Yo mlaku," Ujar gadis dengan jilbab hitam--Tika.

"Wahh, pasti seruu." Serunya dengan mata berbinar. "Ara ikut ya, Mba?" pintanya menatap mereka memohon.

Sedangkan mereka yang di tatap begitu gelagapan sendiri.

"Eh, emm, anu Ning, pasarnya jauh, sumpek juga. Nanti kalo Ning Zahra ikut, malah jadi capek lagi, mending Ning di sini aja." Ucap gadis di sebelah Tika, Merli namanya.

Kia mengangguk "Benar itu, Ning. Ning Zahra di sini saja. Itukan sudah tugas mba Tika sama mba Merli." .

Ini nih yang membuat Zahra kesal jika sudah berada di pesantren kakek nya, mau itu nggak boleh, ini gak boleh.

Mau ngelakuin ini, nanti di bilang 'Jangan Ning, biar saya saja.'
'jangan Ning, nanti tangannya kotor lh, capek lah' dan macam-macam lagi.

Hal itu membuat Zahra muak sendiri. Zahra ingin di anggap sama seperti yang lain. Zahra juga sama kaya mereka, Manusia biasa. Belum lagi mereka lebih tua di banding Zahra.

Zahra 'kan jadi tidak enak.

"Ayo lah mba, plisss Ara pingin ikut ya mba ya, plisss... Ara bosen disini, ya mba?" Ucap Ara memohon sambil menggoyangkan tangan Tika dengan mata penuh binar harapan.

"Piwe Iki, mba?" Tanya Tika pada Merli. Sedangkan Merli menghembuskan nafas kasar karena harus mencari alasan.

"Yowes, Ning boleh ikut, tapi, kalo Ning Zahra di bolehin ke pasar sama kiyai," Ucap Merli pasrah.

Lagian Gak enak juga 'kan kalo dia mau nolak? Mana Zahra kelihatan bahagia banget lagi.

"Yeeeyyy!! Ara izin dulu ya mba, mba nya di sini aja, jangan di tinggal Ara nya!" Ucap Ara antusias dan di balas anggukan oleh mereka.

Setelah mendapat anggukan, Zahra berlari masuk kedalam.

"Ara, jangan lari-lari!" Teriak seseorang yang baru saja akan masuk ke dalam rumah.

Mendengar teriakannya, Zahra langsung berhenti dan berbalik badan. Dia mendapati sosok ikhsan yang tengah berdiri menatapnya datar.

Sedangkan Zahra yang di tatap begitu langsung menyengir, lantas ia berjalan menghampiri Iksan yang tengah berdiri di tangga teras rumahnya.

"Kak Ikhsan dari mana?" Tanyanya basa-basi.

"Pondok Putra. Ara ngapain lari-lari kaya tadi? Kalau jatuh gimana?" Tanya Ikhsan dengan raut wajah yang tidak berubah.

Guz & Ning Jatuh Cinta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang