Part 11

2K 194 0
                                    

_hati ku tenang karena mengetahui apa yang sudah melewati ku tidak akan pernah menjadi takdir ku, dan apa yang sudah menjadi takdir ku tidka akan pernah melewati ku._

~guz&Ning jatuh cinta~

***

Happy Reading all!!












Tepat pukul 10:25 WIB. Umi, Abi, pakde, dan bude sampai.
Mereka asik bercanda tawa dan saling melempar pertanyaan. Hinga suatu pernyataan dari mulut abi, menjadikan suasana menjadi hening.

"Zahra," panggil Abi.

"Dalem "

"Kelas 2 SMP, kamu pindah ke sini, Ya? kamu mondok di tempat kakek, sekalian jagain kakek." kata Abi tiba-tiba, yang membuat Zahra terkejut.

"T-tapi 'kan, Zahra ingin sekolah formal."

"Kamu bisa sekolah di sini, Ra. Ara Gak perlu khawatir. Kasian kakek jika tidak ada yang menjaga." kata Abi.

"Tapi 'kan, ada kak Zidni dan kak Ikhsan?" Zahra terus bernegosiasi.

Bukannya tidak ingin menjaga kakek, hanya saja, dia lebih suka berbaur dengan orang-orang yang tidak mengetahui identitasnya.

Jika disini, dia akan dihormati layaknya penjabat. Hal itu Membuatnya jengkel. Kenapa sih, mereka tidak bersikap biasa aja padanya?

"Kak Zidni harus mengurus pondok pakdemu, Ra. Sedangkan kak Ikhsan akan menetap tergantung pilihan bagaimana. Jika Ikhsan jadi menikah dengan Ning Septi, otomatis dia akan menetap di pondok mertuanya." kali ini bukan Abi yang menjawab, melainkan kakek.

'Aku harus gimana?' batin Zahra.

"Emm, 'kan ada kak Hamzah atau kak Hamdan. Kenapa harus Zahra?" Tanya Zahra lagi.

"Kak Hamzah harus menyelesaikan studinya di Kairo. Dan kak Hamdan masih mondok, Ra. Sudahlah, Kakek tidak menerima bantahan."

Finally. Mau nolak sekeras apapun juga, nggak bakal bisa.

"Baik, Kek. Zahra bakal pindah pas kelas dua nanti." Pasrah Zahra.

"Alhamdulillah, "

"Yaudah, kamu siap-siap, Ra. besok pagi kang mas mu yang Antar kamu ke Jakarta." kata Kakek.

Zahra mengangguk dan melangkah menuju kamar.

Sudah setengah jam Zahra di dalam kamar. Bahkan Zahra tidak ada kegiatan apa-apa. Dia hanya tiduran sambil menatap atap langit kamarnya.

Hingga suara ketukan membangunkannya.

Tok, tok, tok

"Assalamu'alaikum Ra, boleh kakak masuk?" Tanya seseorang di luar pintu.

"Wa'alaikumsalam. Masuk aja kak, gak dikunci!" kata Zahra sedikit berteriak.

"Kakak ganggu gak?" Tanya Hamzah.

Zahra menggeleng, "Enggak kok , Kak. Kenapa, Kak?" Tanyanya.

Zahra melihat ada kesedihan di mata kakak Hamzah, sejak pembicaraan soal perjodohan Ikhsan dan Ning Septi. Dia jadi terlihat sedih begini. Sebenarnya ada apa sih?

"Ga ada apa-apa. Kakak hanya memastikan, kalo kamu gak nangis ." katanya tersenyum sambil mengelus kepala Zahra yang di baluti jilbab.

"Siapa yang nangis? Lagian ada hal apa sampai kakak berfikir begitu?"

"Kamu. Kamu menangis karna Ndak di bolehin sekolah di Jakarta lagi."

Zahra cemberut, "Ih kakaaaak! Ara itu gak bakal nangis gara-gara tadi. Ara bahagia kok bisa tinggal di sini, jadi kenapa Ara harus nangis?" Tanya Zahra.

Guz & Ning Jatuh Cinta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang