Part 39

1.7K 149 7
                                    

_Ana nuktah FII tahtil ba_

~Luciaameerazahra~

*************

Jangan lupa tinggalkan jejak!!!

Happy reading!!!





"Akibat luka tusukan yang terlalu dalam. Menyebabkan pendarahan hebat yang bisa berujung kematian."

Deg

"Apalagi tusukan itu mengenai salah satu ginjal anak bapak. Yang mengakibatkan pendarahan pasif di daerah perut nya. Hal ini sangat berakibat fatal, Pak."

Deg

Semua orang yang berada di sana terdiam kaku. Anak, adik, kakak, bahkan sahabat mereka kini tengah berbaring lemah tak sadarkan diri. Rasanya seperti mimpi, lima jam yang lalu mereka masih mengobrol bahkan bertarung bersama. Tapi kini, Yusuf tengah berjuang mempertahankan hidupnya sendirian.

"Jika bapak setuju, kami akan melakukan tindakan operasi terhadap pasien untuk mengurangi pendarahan terhadap pasien, dan mengambil salah satu ginjal anak bapak."

Semua mata menatap dokter tak percaya.

Mengambil salah satu ginjal Nya?

Apakah separah itu?

"Salah satu ginjal nya h-harus di ambil, d-dok?" Tanya Buya di angguki sang dokter.

"Benar, Pak. Jika tidak, pendarahan tersebut tidak akan berhenti. Dan mungkin, pasien bisa saja Kehilangan nyawanya."

Deg

"Kehilangan nyawanya?" Gumam Buya lirih.

"Tapi dok, jika Yusuf hanya memiliki satu ginjal saja, bukankah itu tidak bagus?" Ikhsan bersuara membuat rasa cemas di hati mereka semakin menjadi-jadi.

"Itu benar. Tapi akan tidak bagus lagi jika ginjalnya di pertahankan."

Semua terdiam untuk berfikir sejenak untuk menimbang-nimbang keputusan apa yang tepat.

Apa mereka harus menyetujui ucapan dokter agar Yusuf selamat?

Tapi jika iya, mereka tidak mungkin tega melihat Yusuf hidup dengan satu ginjalnya saja. Itu akan susah untuknya bertahan hidup.

Lantas, keputusan apa yang paling tepat?

"Apa ada cara lain agar Gus Yusuf tidak hidup dengan satu ginjal saja, dok?" Tanya Dirga.

Dokter itu mengangguk membuat sedikit kelegaan di hati mereka.

"Apa itu?"

"Donor ginjal."

******

Di dalam kamar dengan nuansa rock and rool, seorang pria berbaju biru terang dengan noda darah yang setia menempel di baju bahkan di tangannya. Tengah terduduk membelakangi pintu dengan kaki yang di lipat di depan tubuhnya.

Pandangannya setia menatap kedua tangannya yang dilumuri darah, bahkan air matanya turun tanpa bisa ia cegah. Ia menangis? Ya, pria itu menangis dalam diam.

Guz & Ning Jatuh Cinta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang