_Awal bahagia belum tentu menjadi akhir yang menyedihkan. Bisa jadi, akhir yang menyedihkan itu yang menjadi awal perjalanan sebuah cerita bahagia_
~SAYA~
Happy reading all
Menjadi ibu dari tiga balita di usia 18 tahun bukanlah hal yang mudah. Itulah yang Zahra alami saat ini. Dimana semua teman-teman seangkatannya tengah sibuk menyiapkan persiapan untuk Ujian ke lulusan. Dirinya malah sibuk mengurus 3 bayi sekaligus.
Rencana Allah memang tidak bisa di tebak.
Shalatullah salamullah, alla toha Rasulillah..
Zahra tengah menimang-nimang Syifa sambil bersholawat. Tadi malam, Syifa tak henti-hentinya menangis, hingga Zahra kualahan mengurusnya.
Bukan hanya Syifa, tapi Syafi juga begitu. Apa ikatan saudara kembar memang seperti itu?
Demam? Tidak. Di beri ASI juga sudah. Tapi, entah kenapa mereka berdua terus saja menangis.
Zahra benar-benar lelah, bahkan, Zahra sampai meninggal Sholat tahajud karena Syifa dan Syafi yang terus menerus menangis. Di tambah, anak nya Syafa. Yang semalam tidak mau tidur tapi tidak menangis.
Tok, tok, tok
Suara ketukan pintu Membuat Zahra menyudahi Sholawat nya. Dengan Syifa yang berada di gendongan nya, Zahra membuka pintu.
Disana sudah ada karin dan Elen yang tengah tersenyum manis menatap wajah sayu Zahra.
"Assalamualaikum Mahmud,"
"Wa'alaikumsalam kakak ipar," Jawab Zahra membuat ketiga wanita itu tertawa bersama.
"Gak disuruh masuk, Ra?" Tanya Karin membuat Zahra menoleh ke belakang untuk melihat keadaan kamarnya.
"Tapi kamar Zahra lumayan berantakan, Mba."
Karin dan Elen melongok ke dalam. Benar saja, kamar Zahra lumayan berantakan. Ada beberapa kain bedong yang berserakan di karpet berbulu yang dilantai. Ada beberapa pempes di atas meja terus juga asa beberapa banyak bayi yg berserakan.
"Gak papa kok, nanti kita bantu beresin." Karin berujar sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar Zahra di ikuti Elen di belakangnya.
"Semaleman gak tidur, Ra?" Tanya Elen yang tengah berjalan ke arah keranjang bayi Syafa. Elen tersenyum melihat Syafa yang tidur dengan pulas.
"Tidur, kok."
"Mata panda kaya gitu kok bilang tidur."
Zahra menoleh kearah Karin yang tengah menimang-nimang Syafi yang menangis.
"Kalau gak pintar bohong, mending jujur aja." Timpal Karin diangguki Elen.
Zahra mendudukkan dirinya di sofa yang ada di dalam kamarnya.
"Dari semalam Syifa sama Syafi nangis terus, Mba. Ditambah, Syafa yang gak bisa tidur semalam. Ini aja Syafa baru bisa tidur." Jelas Zahra Membuat Kedua Karin dan Elen menatapnya kasihan.
"Kenapa harus tatapan itu sih yang selalu kalian kasih ke Ara?!" Ucap Ara kesal.
Karin dan Elen kompak memutar bola matanya malas, mereka berfikir dikeadaan seperti ini, masih aja Zahra memikirkan tatapan kasihan yang mereka berikan?
Dasar Mahmud!
"Berati kamu nggak subuhan, Ra?" Tanya Elen sambil duduk disamping Zahra.
Zahra menggeleng, "Belum,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Guz & Ning Jatuh Cinta (End)
Teen FictionJangan hanya baca di awal, kalian tidak akan tau keseruan nya jika hanya berhenti membaca setelah melihat part awal! Cobalah baca di pertengahan, jika memang tidak tertarik tidak apa Happy reading!!! Ini kisah tentang mereka, kisah tentang dua manus...