Bab 35

5.8K 1K 127
                                    

Malam harinya, Keluarga Alvarendra berkumpul di ruang santai, menyaksikan sebuah film keluarga. Sejak tadi, Fiqa membiarkan laptop miliknya menyala, tangannya merangkul lengan Aji.

"Fiqa, kalau kamu ngerasa kurang sehat, besok izin kerja dulu aja, ya." Mel membuka topik obrolan.

"Aku baru masuk kerja sehari, Ma. Aku gak apa-apa, kok," jawab Fiqa tanpa menoleh. Kedua matanya fokus menatap layar di depannya.

"Tuker hari aja, Kak," saran Aji.

"Gak mau, nanti diomongin senior." Fiqa menggeleng dengan cepat. Membayangkan dirinya menjadi buah bibir teman kerjanya.

Percakapan pun terhenti. Kini, hanya terdengar suara dari film yang mereka tonton.

"Fiqa, kalau besok di kantor tiba-tiba kamu ngerasa kurang nyaman, misal sedih atau mendadak kurang sehat, izin pulang aja, ya?"

Fiqa menoleh, senyum manisnya ia perlihatkan. "Ma, aku kuat. Mama percaya, kan?"

Mel tersenyum hangat. "Iya, sayang."

Namun, ucapannya berbanding terbalik dengan isi hatinya. Ia sangat khawatir. Bahkan, gestur tubuhnya tak dapat menutupi itu.

Gio yang menyadarinya pun membuka suara. "Fiqa," panggilnya.

"Iya, Pa?" Gadis itu menoleh.

"Kaela video call!" Aji menunjuk layar laptop milik Fiqa. Ada panggilan video masuk dari Qila.

Dengan panik, Aji bersembunyi di tempat di mana kamera milik laptop Fiqa tidak dapat menangkap keberadaannya. Fiqa menerima panggilan tersebut.

"Hai!" sapa Qila dengan senyum manisnya. "Loh, lagi pada ngumpul, ya?"

"Iya! Makanya kamu cepetan pulang, biar bisa gabung!" ucap Fiqa disertai tawa kecilnya.

"Qila, kamu udah makan?" tanya Gio.

"Udah, Pa." Gadis itu mengangguk. "Oh iya, dedek mana?"

"Udah tidur," jawab Gio tanpa ragu.

Ekspresi Qila tampak kecewa. "Yah, padahal aku kangen dedek."

Fiqa menoleh ke arah di mana Aji berada. Anak lelaki itu terlihat berkaca-kaca.

"Kamu bisa telepon dedek besok." Mel memberi saran.

Qila kembali tersenyum. "Oh, iya. Akhir tahun nanti Papa, Mama, Fiqa, sama Aji liburan di sini aja, ya?"

"Qila, kamu gak usah khawatir. Papa sama yang lain pasti ajak kamu liburan akhir tahun. Jangan diambil pusing, ya? Yang penting kamu udah melakukan yang terbaik." Gio berusaha meyakinkan sang anak.

Gadis itu tertawa puas. "Mau tau kenapa aku minta Papa liburan di sini?"

"Apa?" tanya Gio.

"AKU WISUDA!!!"

Fiqa berteriak histeris. Gio dan Mel saling berpelukan. Di tempatnya, Aji menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara.

"Sebenernya, waktu Fiqa wisuda, aku udah tau kalau akan wisuda tahun ini juga. Tapi sengaja aku baru kasih tau sekarang." Qila tertawa puas.

"Kamu ngeselin! Bahkan kamu gak ngasih tau aku." Fiqa ikut tertawa lepas, seolah lupa bahwa sejak siang tadi ia telah menangis tanpa henti.

"Aku masih ada urusan. Teleponannya udahan dulu, ya?"

"Iya, Qila. Besok kita teleponan lagi, ya!" Fiqa tersenyum.

Si lawan bicara mengangguk. "Oh iya, Papa."

WasanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang