Bab 12

12.9K 1.5K 235
                                    

Sore harinya, Aji sudah berada di rumah. Sedang bersantai sambil menikmati kue buatan Mel yang nasih hangat. Sofa ruang keluarga lantai atas terasa begitu nyaman.

"Aji! Asik makan aja, nih." Zachra datang dengan sebuah kotak berisi mobil mainan.

Sejak dulu, Aji memang suka sekali mengoleksi beberapa jenis mobil mainan mini.

"Ini, dari Opa." Gadis itu memberikannya.

Aji melirik kotak itu dan mengangguk. "Makasih. Taruh aja."

Zachra meletakannya di atas meja. Ia ikut duduk di samping sepupunya. "Pinjem hape."

"Ambil aja."

Gadis itu mengambil gawai di atas meja dan mulai memainkannya. "Liat-liat boleh, ya?"

"Boleh," ucap Aji yang masih fokus menghabiskan kuenya.

Sambil bermain gawai, Zachra berkata, "Besok aku balik ke Medan sama Opa."

"Alhamdulillah."

Refleks, Zachra memukul Aji. "Ih! Kok gitu?"

"Kakak kayak yang gak tau aja." Aji menenggak gelas berisi air di atas meja. "Kak Zachra tau, gak? Kaela beli tiket pake uang siapa?"

"Katanya dibeliin Kakek. Baik kali kakek kamu itu."

Laki-laki itu mengangguk. Merasa bersyukur masih memiliki kakek yang baik, mau mengeluarkan uang untuk cucu-cucunya.

"Opa juga baik," lanjut Zachra.

"Tapi mulutnya pedes."

Tiba-tiba, Zachra meletakan gawai milik Aji di atas meja.

"Aji?"

Yang dipanggil namanya menoleh. "Iya?"

"Fanya pacar kamu?"

Aji mengangguk.

"Cinta pertama kamu?" tanya gadis di sebelahnya dengan serius.

"Ini pertama kali aku pacaran." Raut wajah laki-laki itu berubah. Merasa cemas dengan apa yang akan dibahas oleh sepupunya.

Zachra menghela napasnya. "Aku bukannya mau ngelarang kamu pacaran atau putus sama dia."

Kening Aji mengkerut. "Eh? Kenapa?"

Gadis itu menatap kedua mata sepupunya dengan lekat. "Dalam sebuah hubungan, harus saling komunikasi, mengerti, dan percaya. Harus berjuang sama-sama."

"Maksudnya?"

Senyum di wajah Zachra terlihat. "Coba kamu pikir sendiri. Jangan bodoh karena cinta. Aku tau kamu pasti akan ngerti apa maksudnya."

Aji terdiam. Mencoba mengerti apa maksud dari perkataan kakak sepupunya. Harapnya hanya satu, semoga Zachra mendukungnya dalam hal berpacaran.

"Loh, Papa Gio udah pulang?" Tiba-tiba, Zachra menoleh ke arah tangga. Dilihatnya pria yang memiliki wajah mirip seperti Aji.

Menyadari kehadiran Gio, buru-buru Aji masuk ke dalam kamarnya. Rasanya ia masih malas jika harus berinteraksi dengan pria itu. Rasa kesal bercampur kecewa masih menguasai dirinya.

*

Ada yang berbeda dalam suasana makan malam kali ini. Selain kehadiran Keluarga Alvarendra, juga ada kedua orangtua Mel di kediaman rumah Gio.

Kini, mereka semua sedang berkumpul di ruang keluarga lantai bawah.

"Aji, besok kamu daftar jadi Tentara, ya," ucap Opa tiba-tiba.

WasanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang