Ribuan tahun yang lalu, sebelum awal mula tahun masehi dicetuskan. Keberadaan siren dan para makhluk mitos lainnya sudah lebih dulu menempati bumi. Mereka berbaur bersama manusia, dan dekat dengan para dewa-dewi.
Tidak ada yang saling memburu untuk kepentingan pribadi, namun seiring berjalannya waktu semuanya berubah. Banyak makhluk mitologi seperti griffin, cyclops, dan masih banyak lagi, mulai punah karena perburuan yang dilakukan manusia.
Termasuk siren pun juga menjadi incarannya.
Tapi berkat jenis alam yang ditinggali siren berbeda, manusia menyerah untuk menangkap mereka. Siren bersembunyi di laut dalam, dan keluar sesekali untuk melihat matahari terbenam atau terbit.
Persembunyian itu sangat aman, hingga beribu-ribu tahun tak ada lagi yang menganggap keberadaan siren, mungkin masih ada namun tidak banyak. Terlebih di zaman sekarang, teknologi mulai dikembangakan dan mitologi mulai ditinggalkan. Tidak ada lagi manusia yang berlomba-lomba menangkap makhluk setengah ikan tersebut.
Riak ombak lautan tampak bergerak lebih banyak, disusul penampakan ekor besar berwarna emas penuh kilau dari sisiknya. Tak lama kemudian bagian atas berupa surai hitam pekat yang panjang itu muncul dari dalam air, bermata lebar dengan pupil biru kehijauan, sangat melambangkan kalau dialah penguasa laut.
"Matahari kembali tenggelam di lautan."
---
Andrew dan Joseph siap dengan drysuit sekaligus masker selam milik masing-masing. Keduanya adalah orang pertama yang masuk ke dalam air, disusul beberapa orang, diantaranya ada dua kamerawan.
Di kedalaman 23 meter, tampaklah sebuah benda besar dengan bagian ujung meruncing menjadi tiga. Bentuknya memang tidak seperti pedang, tapi kegunaannya mungkin masih sejenis. Yang jelas, mirip seperti senjata jarak dekat.
Sebelum di angkat dari dasar laut, dokumentasi dilakukan untuk diserahkan kepada atasan dan badan pemerintahan yang menaungi agar dapat akses publikasi meluas sesuai bukti fisiknya.
Andrew berenang lebih dekat menuju benda tersebut, ia menyentuh permukaannya yang terlapisi ganggang laut berwarna hitam kehijauan. Saat telapak jarinya menyentuh, sensasi dingin seketika menjalar ke seluruh tubuh.
Ia mengernyitkan kening, jelas ada yang aneh dari senjata purbakala tersebut. Seperti menunjukkan kalau benda itu tidak untuk dikuasai manusia.
---
Selagi para anggota mulai melakukan penelitian terkait senjata yang termasuk dalam artefak tersebut, Andrew hanya memandang dari jauh sambil bersidekap dada. Keningnya terus mengernyit heran, enggan sekali menyentuh benda itu.
Joseph selesai dengan kegiatannya, membersihkan benda tersebut dari kotoran dan ganggang laut, sejak tadi ia mondar-mandir, Andrew hanya melamun sambil bersantai, Joseph pun menghampiri, lantas tiba-tiba memukul kepala rekannya, "Arkeolog Andrew, tolong jangan melamun di saat yang lain sedang sibuk ya, tidak profesional sekali!"
"Aku tidak melamun, hanya sedang berpikir."
"Hei! Sekarang giliranmu melakukan penelitian, kerja sana!" Sentak Joseph, membuatnya spontan bergegas menjalani tugas.
Artefak senjata tersebut selesai dibersihkan, rupanya bagian dalamberwarna emas, bukan hanya warnanya, tapi memang emas asli.
Liza yang baru selesai mencuci tangan pun berceletuk, "Ketua bilang ini emas asli, dari warnanya saja sudah kelihatan, karena tidak berkarat."
Mendengar perkataan Liza, Andrew semakin penasaran, ia melihat benda tersebut dengan sangat intens, hampir tidak ada sejengkal pun sudut yang ia lewati, "Apa sebelumnya kau pernah melihat benda berbentuk seperti ini? Apakah ini termasuk senjata purbakala yang belum sempat terekspos, tapi sudah lenyap lebih dulu?"
"Aku pernah melihat bentuknya di beberapa film kartun dan film fantasi, ini mirip seperti trisula milik dewa penguasa laut," bukan Liza yang membalas, melainkan Joseph. Lelaki itu datang sambil membawa sepotong sandwich yang entah dia dapat dari mana.
Andrew menatapnya malas, sementara Liza berteriak girang, topik seperti ini merupakan kesukaanya dari kecil, "Kau benar Joseph! Dewa laut, Poseidon memang diceritakan mempunyai trisula. Walaupun tidak digambarkan bentuknya, tapi... ini bisa menjadi illustrasinya."
"Lalu? Menurutmu ini milik dewa laut, begitu? Fiktif sekali. Poseidon, Hades, Zeus, mereka hanyalah cerita mitos dari masyarakat terdahulu hanya untuk hiburan. Lagi pula, tidak mungkin kan, trisula Poseidon masih ada sampai sekarang?" Ujar Andrew dengan nada bicara sangat sinis. Dua orang di hadapannya sampai menaikkan sebelah alis.
"Aku kan hanya berpendapat," Liza berucap lirih sambil menunduk. Ia memang tahu, Andrew tidak suka hal fiktif sejak kecil. Tapi selalu nekat bercerita seperti itu di hadapan lelaki tersebut.
Joseph menyentak membela Liza, "Ih! Sensitif sekali! Liza hanya berpendapat tuan River!"
---
"Manusia sudah menemukan letak trisula dewa Poseidon! Saat ini mereka berencana membawanya ke daratan."
"Kita harus mengambilnya, para siren saja tidak diperbolehkan sembarangan menyentuh benda itu. Apalagi manusia rendahan."
"Jangan pergi! Orang zaman sekarang lebih berbahaya dari sebelum-sebelumnya. Mereka bahkan bisa membunuh tanpa menyentuh kita."
"Tapi trisula itu, adalah satu-satunya kekuatan untuk para siren. Kita tidak bisa membiarkannya lepas dari lautan."
"Lalu siapa yang mau pergi merebutnya kembali? Daratan sangat berbahaya bagi kita."
"Aku! Aku akan ke daratan dan berjuang mengembalikan trisula itu!"
To be continued...
Trisula poseidon kayak di spongebob pas episode yg ada dewa neptunus itu😂
KAMU SEDANG MEMBACA
History Song Of The Sirens [] Lee know
FantasyCOMPLETE Tatapan mata anggun bersiluet biru kehijauan seperti samudra, ekornya mengkilap layaknya timbunan emas diantara bebatuan karang, surainya hitam legam segelap malam. Sekalipun digambarkan sebagai sosok yang rupawan nan menawan, makhluk itu t...