Pria berpangkat letnan itu meringkus seluruh peralatan pribadinya ke dalam sebuah kardus, membiarkan Andrew sebagai penumpang ilegal menempati ruangan lebih nyaman. Peter lantas menumpuk barang-barang bawaan Andrew yang hanya berupa ransel medium ke atas kardus miliknya, "Semuanya aman, kalau atasanku tanya, jawab saja kau akan ikut penelitian di ibu kota."
Andrew mengangguk seraya mendudukkan diri di sofa single, pandangannya terus terarah pada layar ponsel, "Hanya ada para angkatan laut di sini, tidak begitu tegang."
Melihatnya, Peter dibuat mendengus, "Iya juga, kau yang menyusup tapi aku yang panik," mendadak volume ponsel Andrew yang diatas rata-rata menarik perhatiannya, "Apa itu?"
"Rekaman tempo hari, kau harus mendengar ini," pria itu akhirnya menyerahkan benda kotak tersebut, kemudian menyuruh Peter mendekatkan speaker ke telinga.
Sang letnan membeku sejenak, "Suara binatang menyanyi?"
"Selama ekspedisi, tidak pernah mendengar yang seperti ini?"
"Tidak," ia menggeleng pasti, suara yang terdapat dalam rekaman video lautan itu terdengar jelas, namun rasanya begitu asing karena baru pertama kali mendengarnya, meski begitu lantunannya membuat Peter bergikdik karena terasa sendu hingga seolah menusuk jantungnya, "Laut yang ada di video ini masih perairan sekitar kan?"
Berbeda dengan reaksi Peter, Andrew justru merasa biasa saja saat mendengarnya, memang indah, tapi tak sampai seperti tubuh Peter yang langsung bergetar, "Iya, waktu itu symphoni ini terdengar jelas, aku merekamnya. Aneh di tengah laut ada yang bersenandung selantang ini."
"Itu pasti binatang yang sangat unik. Kau harus segera menemukannya, aku juga ingin lihat."
---
Sambutan kedatangannya begitu ramah, meski hanya beberapa angkatan laut menyapa, sebab yang lain tengah sibuk dengan urusan masing-masing, seperti mereka yang sedang berusaha menaikkan trisula berpelindung kaca besar, menggunakan katrol, "Oh, Tn. Luke Tyson. Aku dengar kau yang akan terjun memantau kali ini."
"Iya, aku harus menggantikan Tn. Charles, memantau, mengevaluasi, dan pelaporan untuk misi penyebrangan. Salam semuanya, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik," Luke ikut bersikap seramah mungkin agar tidak menjadi kecurigaan nantinya. Setekah cukup lama berbincang bersama para pria bersegaram loreng, ia kembali turun dan menghampiri Sea yang berdiri tak jauh dari kapal berlabuh.
"Sea, siap?"
"A-ah, sebenarnya agak gugup. Aku harus secepatnya menuju palung agar manusia kehilangan jejak. Entahlah, Luke, rasanya mustahil kalau aku tak terkejar."
"Tidak akan ada masalah selagi kau melakukannya dengan tenang, jangan gegabah," Luke menatap kaki Sea penuh harap, "Ekormu pasti sudah sembuh sepenuhnya. Kejadian itu berlalu lama sekali, manusia tidak begitu peduli lagi dengan siren."
Sea menatap bagian bawahnya sendiri. Selain karena sering diserang sesama siren, ekor belakangnya pernah ditusuk tombak oleh manusia, kejadiannya sekitar dua ratus tahun lalu. Karena itu cara berenangnya juga tak sebaik dan secepat yang lain, ia hanya seekor siren cacat.
Luke melirik jam tangan sekilas, "Nanti saat aku memberikan kode, menyelinaplah ke ruangan pintu biru di pojok lantai bawah, keluarkan trisulanya lalu lempar ke laut."
"Keluarkan lewat mana?"
Ia menunjuk bodi kapal, mengarahkan sekat-sekatnya seolah kelihatan dari luar, "Kembali ke lantai atas, lalu pergi ke gladak belakang. Aku akan mengalihkan perhatian semua orang selagi kau beraksi."
KAMU SEDANG MEMBACA
History Song Of The Sirens [] Lee know
FantasyCOMPLETE Tatapan mata anggun bersiluet biru kehijauan seperti samudra, ekornya mengkilap layaknya timbunan emas diantara bebatuan karang, surainya hitam legam segelap malam. Sekalipun digambarkan sebagai sosok yang rupawan nan menawan, makhluk itu t...