"Hai, Jill."
Wanita itu menoleh sekilas, sambil melempar senyum, "Oh, selamat pagi Luke. Tumben sekali datang awal, biasanya kau selalu terlambat."
"Aku mencoba mengubah kebiasaan buruk, berhenti mengomel."
"Aku hanya berusaha menyampaikan pernyataan fakta," Jill melirik sinis, "Lagipula aneh juga, kenapa kau tiba-tiba menyapaku?"
"Sudah ku katakan, sedang mengubah kebiasaan buruk, aku mau terlihat lebih ramah," kata Luke penuh penyesalan. Ia kemudian berfokus di kursinya sambil membaca rangkaian kegiatan yang terlewati karena urusan lain di dalam samudra tentunya, Luke mendesah gusar karena hal itu, ia kecolongan trisula peninggalan dewa kaumnya, "Jill, apakah ada kegiatan di pesisir akhir-akhir ini?"
"Ada, para arkeolog sedang melakukan penelitian."
"Penelitian?—Astaga! Jadi artefak itu..." salah satu tanggal di kalender yang dilingkari, menyebutkan jadwal pertemuan bersama para peneliti bidangnya dan badan kelautan yang bersangkutan untuk berdiskusi mengenai persetujuan pengangkatan artefak, 'Jadi benda bersejarah yang mereka maksud adalah trisula kaumku. Sialan! Harusnya aku tidak melewatkan pertemuan waktu itu!'
"Iya, waktu kau izin tidak ikut. Kami membahas pengangkatan artefaknya, bersama jajaran arkeolog dan tim angkatan laut."
Luke menaruh kalender meja dan kembali berdiri, "Jadi sekarang, artefaknya ada di mana?"
"Tentu saja sedang melalui masa penelitian. Di laboratorium umum dekat kota."
'Jadi para arkeolog pelakunya.'
---
Usai panggilan telepon tersambung, Andrew segera mendekatkan benda persegi panjang itu ke daun telinga. Menyembur dengan pertanyaan bahkan sebelum yang diseberang menyapa, "Halo? Ibu baik-baik saja kan? Jawab aku, apa benar ibu sakit? Erick yang bilang, aku tidak bisa percaya karena dia selalu berbohong padaku."
Andrew berhenti mengoceh saat terdengar hembusan napas tak teratur, "Tidak, hanya agak lelah. Jangan khawatir, ibu masih bisa beraktivitas seperti biasanya."
"Tapi kedengarannya tidak begitu. Apa Erick dan pria itu merawatmu dengan baik?"
"Mereka menjagaku, tenang saja. Lanjutkan pekerjaanmu, jangan menjadikan ibu beban pikiranmu, nak."
"Bagaimana aku bisa tenang. Kita sedang saling berjauhan," meski mendengar langsung ucapan sang ibu yang berkata baik-baik saja, ia tetap khawatir. Ayah tiri tukang kelayapan dan adik tiri bodoh yang tidak jelas pekerjaannya itu, mereka sama sekali bukan orang yang tepat untuk diberi amanah, apalagi untuk menjaga ibunya.
"Hanya seminggu, kan? Setelah itu kau pulang. Ibu masih bisa menahan rindu untuk itu, lagipula sudah terlewati tiga hari, tinggal empat hari lagi. Jaga dirimu baik-baik, sudah makan?"
Usai lebih jauh dari pasar, ia mencari tempat nyaman untuk mengobrol lewat ponsel dalam keadaan hening, "Ya.., aku sudah makan. Ibu sendiri? Ibu masak apa hari ini?"
"Sup ayam, Erick yang membuatkan," nada bicara sang ibu terdengar bahagia,"Dia semakin menunjukkan perubahan jadi lebih baik."
"Baguslah, harusnya memang seperti itu," Andrew segera mengakhiri sambungan ketika Letnan Peter mendekat sambil melambaikan tangan yang memegang secarik kertas, "Bu, kita lanjutka nanti ya..."
Anggota angkatan laut itu terduduk, meneguk minuman isotoniknya beberapa kali sebelum mulai bicara, "Bagaimana?"
"Apanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
History Song Of The Sirens [] Lee know
FantasyCOMPLETE Tatapan mata anggun bersiluet biru kehijauan seperti samudra, ekornya mengkilap layaknya timbunan emas diantara bebatuan karang, surainya hitam legam segelap malam. Sekalipun digambarkan sebagai sosok yang rupawan nan menawan, makhluk itu t...