_39 Straight On Time

265 78 5
                                    

Sea menutup matanya, menghirup air laut dalam-dalam yang merasuki insang. Sayang sekali kesegaran air itu mendadak tercemar dalam hitungan sepersekian detik setelah suara tembakan menggema.  Warna merah pekat beraroma amis mulai menyebar tepat saat tubuh Andrew ikut tercebur bersama puluhan peluru, orang-orang di atas sana tampak tidak mempedulikan sasaran, mereka hanya berusaha menembak.

Punggung Andrew terluka parah, massa tubuhnya memberat hingga turun menubruk Sea yang berada di bawahnya.

Tak mau keduanya semakin terluka, Sea yang sudah lama tidak berenang kini kesulitan membawa pria itu berenang lebih dalam sekaligus lebih jauh dari kapal di atas sana, sebelum para bedebah itu mengirimkan penyelam untuk menangkapnya kembali.

Beruntung Luke mendadak muncul dari dasar laut, mengalihkan kaitan lengan Andrew pada bahunya sendiri. Sesuai perkataan Andrew, dia pasti sudah menunggu di bawah, "Sea, kau harus pergi sekarang, ini kesempatan terbesarmu untuk lepas dari daratan."

Gadis itu menggeleng ribut seraya menggenggam erat lengan Andrew, "Apa? Apa maksudmu? Bagaimana dengan Andrew?"

"Aku bisa mengatasinya sendiri karena jati diriku sebagai siren sama sekali belum terungkap. Sementara kau... wajahmu bahkan telah muncul di mana-mana. Mereka segera mencarimu melalui siaran televisi dan brosur yang disebarluaskan, orang yang berhasil menangkapmu akan mendapat bayaran sebagai balasan." Luke mulai berenang menjauh, Ia tidak bisa membiarkan Andrew semakin lemas karena tak bernapas. Namun Sea menggagalkan keterburuan itu.

"Ta-tapi Andrew bahkan terluka parah, mana mungkin aku meninggalkannya begitu saja," ujarnya sendu, disertai pupil mata yang bergetar.

Luke bimbang namun prioritasnya sekarang adalah Andrew, nyawanya mungkin sedang diambang batas. Belum lagi setelah kehilangan Sea, para bedebah itu pasti akan menghancurkan Andrew, "Aku akan sampaikan ucapan terima kasih dan permintaan maafmu, aku juga akan tetap di sini menunggunya sampai sembuh sebelum menyusul koloni ke palung. Jangan mengkhawatirkannya, dirimu sendrilah yang jadi sasaran kejahatan manusia, dan asal kau tahu, jika tidak kembali ke palung sekarang, Andrew akan jauh lebih banyak terluka ketimbang saat ini."

Sea mulai mengerti, dirinya adalah sasaran segala anak panah yang melesat sementara Andrew berusaha menjadi tameng agar ia tidak terluka. Semakin dekat dengan pria itu, maka semakin banyak pula marabahaya yang akan mereka terima, dan Andrew jelas tidak akan membiarkannya terluka, sampai pertahanan tubuhnya sendirilah yang roboh.

Namun ia juga tidak mungkin meninggalkan Andrew begitu saja setelah apa yang mereka lalui selama ini. Ia ingin berada di dekat pria itu sampai telinganya dapat mendengar segala permintaan maaf dan rasa terima kasih. Tapi semuanya terdengar egois untuk diri sendiri, Sea terlalu mencintai Andrew bahkan tidak peduli sekalipun mereka saling terluka.

Luke membuang napas hingga menghasilkan gelembung-gelembung kecil—yang sontak menyadarkan gadis itu pada kenyataan, "Pergilah Sea, maaf aku tidak bisa membantumu, kau harus berjuang sendiri. Aku percaya siren sepertimu sangat handal, lupakan kelemahanmu dan berenang cepat terus hingga ke dasar palung, oh juga jangan berhenti di perjalanan, satu kalipun."

"Luke," panggilnya sebelum pria itu kembali membawa Andrew menjauh, "Pastikan dia sembuh."

"Tentu saja, sekarang bergeraklah cepat, hindari air dangkal."

---

Membiarkan seseorang diambang kematian tanpa menghubungi satu pun keluarga bisa membuat Luke menjadi tersangka, ia tidak bisa berpikir lebih panjang untuk menghubungi ibu kandung Andrew, dan mengatakan rentetan peristiwa sesuai kenyataan.

Ia sudah memantapkan hati apabila seseorang berusaha menyalahkannya meski tanpa bukti, apapun yang terjadi hubungan antara kaum siren dengan Andrew perlu berakhir sekarang, pastinya menggunakan cara yang baik.

"Andrew, kau baik-baik saja 'kan?" Sahut panik suara dari sambungan telepon seberang.

"Maaf Ny. Ini aku, Luke Tyson rekan bekerja Andrew. Putramu terluka saat membantu Sea, dia sekarang sedang menjalani perawatan di rumah sakit pusat."

Tanpa diduga, wanita itu langsung menutup sambungan telepon. Dia tidak banyak bicara atau bertanya apapun seolah sudah siap akan hal apa yang hendak dihadapi, "Aku akan segera ke sana."

Disisi lain, dugaan Luke sebenarnya salah. Herlinda berlari panik menuju mobil yang terparkir di jalan menuju pelabuhan. Dirinya, Liza, dan Joseph sudah hampir 30 menit berada di tempat itu untuk memeriksa keadaan, tempat penyewaan speedboat berkata seseorang sudah meminjam salah satu properti mereka, namun belum kembali sampai sekarang.

Ketiga orang itu langsung menduga jika 'seseorang' yang dimaksud adalah Andrew.

Joseph dan Liza ikut berlari menuju mobil saat melihat Herlinda melambaikan tangan. Liza mengungkapkan ketidak percayaannya, "Sejujurnya aku masih tidak bisa percaya kalau Sea bukan manusia, maksudku—dia kelihatan sama saja dengan kita semua. Dan lebih parahnya lagi, mengapa kalian membuatku berada di tenga-tengah situasi kebohongan, kenapa bibi tidak memberitahuku?"

"Aku sudah berjanji pada Sea, dan sekarang aku melanggarnya pada kalian. Ku harap orang-orang dewasa dan berpendidikan tinggi sepertimu bisa menjaga rahasia dengan baik," balas Herlinda, segera memasuki mobil.

"Sebenarnya aku sudah tahu," Joseph memotong ketika ia hendak menjalankan kendaraan tersebut, tatapannya terlihat kosong dan penuh penyesalan, "Aku merasa bersalah setelah melakukan ini semua, tapi bi, tolong maafkan aku."

Keduanya sontak mengernyit khawatir, "A-apa yang kau perbuat?"

"Aku mendapat uang karena menguntit Andrew dan Sea, informasi itu juga ku setor pada salah satu dari pegawai oseanograf yang bersangkutan. Kami sama-sama mendapat bayaran."

"Itu artinya kau termasuk salah satu orang yang membuat Andrew terluka!" Liza kesulitan mengontrol emosi setelah rekannya mengakui sebuah kebenaran. Ia juga merasa paling bodoh karena tidak tahu apa yang sedang terjadi.

"Aku minta maaf, aku salah." Joseph menunduk sembari meremat kedua telapaknya.

Namun hal itu justru semakin menyulut emosi, Liza sontak menarik karah bajunya dan melemparkan beberapa kali pukulan.

"Aaa! Sudah... sudah..." Lerai yang paling tua mencoba menghentikan keributan, "Ayo ke rumah sakit sekarang!"

"Bibi, lalu bagaimana dengan Sea? Jika dia masih di sekitar kita artinya Andrew akan semakin dalam bahaya," ujar Liza.

To be continued...

History Song Of The Sirens [] Lee knowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang