_22 Where is The Siren?

347 110 7
                                    

Bukan tentang bertindak menjadi pahlawan di siang bolong untuk mencari ketenaran semata, yang Andrew pikirkan sebatas kepeduliannya terhadap keseimbangan ekosistem laut. Jika ditanya mengapa nekat menentang orang-orang yang lebih bermartabat hanya untuk mengembalikan salah satu makhluk laut yang terdampar, ia terus terang menyatakan rasa kasihan dan kepedulian, bukan bermaksud untuk hal lain. Lantas mengapa sebelum-sebelumnya, Andrew tak berusaha mengeluarkan para lumba-lumba di sirkus, perburuan hiu atau nelayan nakal yang menggunakan bahan peledak demi mendapat lebih banyak ikan.

"Siren itu berbeda, mereka tampak punya akal seperti kita," entah benar atau tidak perkataannya, tapi bagaimana dengan si lumba-lumba, meski mereka tak memiliki akal, namun tetap mempunyai perasaan. Haruskah hanya siren yang diperjuangkan? "Setiap kali ada yang berkunjung ke akuarium, siren itu justru terlihat tenang. Apalagi kalau ada yang bicara, dia seolah ikut mendengarkan dan memahami ucapan kami."

Liza mengangguk, ia kesulitan mencari kepercayaan diri. Ingin menolak ajakan Andrew, rasanya tak enak hati, seharusnya waktu itu, ia berpikir dengan matang terlebih dulu sebelum berbicara, Andrew pasti kecewa jika tiba-tiba ia mengundur diri, "Dan, tentang rencana yang kau harus segera lakukan? Bagaimana?" Jemarinya menggerus pasir lalu merematnya, kebiasaan lama yang mendadak dilakukan jika sedang khawatir, "Mengatasi musuh itu tidak sulit, tergantung siapa dan seberapa pengaruhnya terhadap masyarakat. Karena itu juga, sebenarnya aku takut, orang-orang yang kita lawan sebagian besar dibawah kuasa pemerintah."

"Ini negeri demokrasi, rakyat bebas memilih termasuk berpihak termasuk dalam hal seperti ini. Aku punya koneksi dengan pemberontak, mereka bisa kita jadikan sekutu selama bersembunyi di balik topeng. Kita orang baik yang menyetir para penjahat untuk melakukan hal benar demi kebaikan," balas Andrew tenang. Rencananya sudah disusun sejak awal, melibatkan orang-orang yang berada di kapal pengedar nerkoba kala itu, sebab jika ada kesalahan lagi, merekalah yang akan menanggungnya.

Katakanlah Andrew kejam dengan caranya mengumpankan orang lain, namun para penjahat itu sudah diyakini lepas dari pidana karena uang. Jadi sebaiknya membuatkan kesalahan baru untuk mereka agar suatu saat sel tahanan masih senantiasa terbuka.

Senyumnya tersungging ketika melihat Liza mengernyit, diam-diam hal itu membuat si gadis terpaku sesaat sebelum kembali berusaha kembali mendengar ceritanya, "Erick, aku yakin dia dan geng perompaknya akan dibebaskan, tapi tetap punya catatan peringatan di kepolisian. Mereka pengedar narkotika dengan banyak anggota, kita bisa jadikan kaki tangan."

"Erick? Narkotika?" Beo Liza, matanya membulat terkejut, "Tapi berurusan dengan para penjahat berarti kita harus mempersiapkan ekstra tip. Ini merugikan, Andy."

Andrew terdiam sejenak, "Mereka tidak akan berani melakukannya karena gelar kita, tenang saja. Aku akan mulai negosiasi dan pastinya kesepakatan harus menguntungkan kita. Erick akan jadi pendengar yang baik dan bisa mengarahkan kawanannya."

"Tapi waktu kita di sini tidak banyak," tenggat waktunya hanya dalam hitungan hari saja. Liza juga khawatir jika hal ini malah mengganggu pekerjaan nantinya.

Andrew tentunya sudah mencantumkan hal itu juga, yang jelas, siren itu harus diselamatkan sebelum peneliti mulai menyentuhnya dan sehari sebelum ia pulang ke kota asal.

Sehingga malam itu juga, ia putuskan bertemu dengan Erick serta rombongannya. Duduk melingkar di sebuah gedung bekas, tempat itu merupakan markas bandar narkoba wilayah setempat. Andrew memastikan mereka mau bekerja untuknya, tentu dibayar tapi tunduk dengan ancaman, "Aku menjamin keselamatan kalian. Bukannya mau mengancam, tapi Louis Cardelon, kau pernah lolos dari kasus pelecehan, kalau melapor kembali, hukumanmu akan semakin berat. Komisi perlindungan anak dan perempuan tidak akan diam saja untuk hal seperti itu," ia menatap pria berkumis yang sontak menggebrak meja karena ucapannya.

Beralih memandang pria setengah baya yang terlihat berwibawa, Andrew tersenyum sinis, "Aku juga dengar tentang penyewaan tempat perjudian di rumah Mac Thomus, tempat tinggalmu itu memang jauh dari perkotaan, ide bisnis yang bagus. Yang jelas skandal pengedaran narkoba kalian bisa ku perparah."

Mac Thomus lekas berdiri menghampiri Andrew dengan tangan mengepal. Namun Erick segera menengahi mereka, sambil menatap nyalang yang lebih tua, "Kak! Kau ini apa-apaan!"

"Mau tahu lebih banyak? Oh, atau ladang ganja seluas dua hektar di tengah-tengah tanaman jagung milik William Cutten?" Pria bertubuh gempal yang sedari tadi menutup mata tak minat, kini ikut bangkit. Wajahnya memerah di puncak emosi.

William Cutten berseru, "Ah, sudah-sudah! Cukup! Apa maumu?!"

"Aku butuh bantuan kalian, mari bernegosiasi dengan baik tanpa menggunakan nada suara yang tinggi. Pertama-tama, aku butuh kelengkapan anggota kalian. Ini misi rahasia, aku menjamin tidak bersangkutan dengan polisi."

---

Sementara Liza dan Ella, pukul enam pagi mereka sudah menaiki taksi menuju gedung oseanograf untuk menemui makhluk yang disebut siren itu. Ella sudah pernah melihatnya sekali bersama Joseph, tapi kali ini ia kembali untuk mengantar Liza.

Liza berargumen heboh selama perjalanan, sesekali terlihat panik, takut, tapi juga penuh percaya diri, "Aku tidak yakin dengan apa yang akan kulakukan. Kami menentang pemerintah, dan Andrew justru meminta bantuan dari para pemberontak."

"Kalau begitu kau juga jangan ikut campur, hanya karena kau menyukainnya, bukan berarti harus setuju dengan apapun tindakannya. Ini berbahaya, Andrew bisa dipenjara atau lebih dari itu," usul Ella.

Liza mendengus, ia tidak mau membuat Andrew kecewa. Tapi juga takut jika terus mengikuti keinginan lelaki itu, "Yang ku pertanyakan sekarang, kenapa dia sepeduli itu. Apalagi sampai mau berurusan dengan kejahatan. Ini bukan Andrew yang ku kenal sebagai pria rasional yang mengutamakan kewarasan dan kehidupan normal."

Ella membulatkan mata, "Aku pernah dengar, tatapan siren bisa membuat manusia gila. Andrew sudah beberapa kali mengunjungi gedung oseanograf, dia jelas menatap makhluk itu."

"Tapi... hanya dia yang gila?" Balas Liza tak yakin, kini mendadak sikapnya seolah bertukar dengan Andrew. Ia lebih ingin menjadi rasional dan logis, "Jadi, gila yang dimaksud bukan merujuk pada sikap kehilangan akal. Itu mustahil!"

"Tapi nyatanya begitu," Ella mengangguk, "Mungkin."

Kendaraan beroda empat tersebut berhenti tepat di depan gedung besar dengan logo khusus di atasnya, Liza menatap waspada dua pria penjaga yang tengah mengobrol di depan gerbang, "Bagaimana kita masuk, apa mereka akan mengijinkan?"

"Tentu, kita arkeolog yang bertugas di penelitian artefaknya," balas Ella setelah membayar taksi. Ia berjalan menuju pos satpam untuk menunjukkan identitas miliknya, juga milik Liza.

Pria itu bergumam, "Nona Marcella Limpton dan Nona Elizabeth Rompero. Kalian diizinkan masuk, sebelum itu, tolong temui Nona Jill Stewart dari departemen 1. Dia yang akan memandu kalian."

Keduanya mengangguk, lalu mulai berjalan menyusuri lorong panjang. Beruntung Ella sudah pernah kemari sebelumnya, jadi ia tahu ruangan Jill Stewart tanpa harus bertanya-tanya. Liza berkomentar terhadap sikap penjaga di gwrbang tadi, "Memandu? Seperti wisatawan saja."

Membuat Ella sontak mendesis, "Diamlah, bersikap sopan di sini. Ku dengar, mereka pembenci orang-orang tak beradap."

"Nyatanya mereka yang tak beradap. Apa dipikir mengurung siren itu hal bagus? Menakjubkan, begitu?"

"Tolong jangan bahas hal itu denganku, Liza. Kalau mau kena masalah, jangan menyeretku."

Ella dan Liza sampai di ruangan paling ujung, di lantai lima. Jill Stewart keluar dari ruangan tersebut setelah mereka menekan tombol di depan pintu. Wanita itu tersenyum ramah, "Halo, perkenalkan, Jill Stewart. Aku menerima panggilan dari lobi. Kalian arkeolog peneliti artefak yang hilang itu kan? Mau berkunjung menemui makhluk yang kami temukan?" Ia menuding pintu ruangan di sebelahnya, "Tepat sekali akuarium siren itu disamping ruanganku."

Liza mendadak menutup mulut merasa mual ketika pintu dibuka oleh Jill. Siren rupanya jauh lebih buruk dari yang ia ilustrasikan.

To be continued...

History Song Of The Sirens [] Lee knowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang