"Arkeolog Liza tidak ikut?"
Andrew yang semula terfokus pada data dokumentasi bawah laut rekaman tempo hari, kini beralih memandang seseorang beratribut angkatan laut lengkap yang mengajaknya bicara, "Hari ini bukan jadwalnya terjun ke lokasi."
Lelaki pemilik bordiran nama 'Peter Han' di bagian dada itu tersenyum singkat, "Oh, kalau begitu beri tahu aku sebelumnya saat Arkeolog Liza akan bertugas."
"Kenapa? Kau tertarik padanya."
Peter tertawa, "Tidak perlu ku katakan, sudah kelihatan jelas ya?"
"Dasar!"
"Tapi ngomong-ngomong kalian kelihatannya sangat dekat. Aku khawatir kedatanganku menjadi pengganggu—" ucapannya terpotong kala Andrew mengangkat telunjuk.
"Dia sudah ku anggap adikku sendiri, karena kami selalu bersama sejak kecil."
Samar-samar Peter terlihat menghembuskan napas lega. Padahal dalam hati ia ingin bersorak ria seperti baru mendapat jackpot harapannya, "Ah, syukurlah. Kalau begitu aku boleh mencoba mendekatinya, sebagai calon kakak ipar, kau harus mendukungku."
Andrew mengangguk seraya memakai properti kaki katak untuk membantunya berenang di dalam laut, "Boleh saja, asal jangan macam-macam," lelaki itu sekilas melirik genangan air biru kehijauan, seketika membuatnya teringat pada seseorang pemilik warna iris serupa, "Sea.."
Peter mengernyitkan dahi mendengar hal yang digumamkan, "Ada apa?"
"Ah tidak," Andrew kembali terdiam, 'Warna mata Sea persis dengan bayangan dari dalam air yang waktu itu.'
Tak mau pikiran aneh tentang gadis yang baru ia kenali beberapa saat, Andrew segera terjun ke air, diikuti beberapa orang angkatan laut dan kamerawan. Mereka telah siap dengan drysuit masing-masing ditambah properti tunjangan berupa tabung oksigen, kacamata renang, kaki katak, dan jenis pelindung lainnya.
Ketika yang lain sibuk mengitari lokasi penemuan artefak emas itu, Andrew menyelam lebih jauh, berusaha mencari hal menarik lainnya jika kebetulan ia dapati.
Dan benar saja, sebuah kilatan kecil dari benda yang terkubur pasir menarik perhatiannya. Ia menggali dangkal, dan mendapati sejumlah sisik ikan berukuran besar, 'Sisik ikan apa yang sebesar ini?'
---
Lelaki itu menyembunyikan tangannya ke dalam saku jaket sambil berjalan tergesa menuju tempat penjualan barang antik terdekat yang pernah didatang, ia tersenyum ramah saat menyadari si penjual masih mengingatnya, "Permisi, selamat sore."
"Kau yang membeli kamera waktu itu 'kan? Ada yang kau butuhkan?"
"Sebenarnya aku kemari hanya mau bertanya," Andrew mengeluarkan kepalan tangannya dari saku, sekaligus menunjukkan benda mengkilap tersebut, "Apakah ini sisik ikan asli? Atau barang imitasi untuk hiasan? Ku pikir ini bagian dari properti barang antik, makanya aku kemari."
"Sebelumnya, aku tidak pernah menemukan barang antik dengan unsur sisik ikan, karena jenisnya kurang awet. Coba saja tanyakan pada penjual ikan hias di seberang, dia mungkin lebih tahu," ia memberi usul setelah sekian lama mencoba menamati kepingan tersebut, "Di mana kau mendapatkannya?"
"Kebetulan aku menemukannya saat menyelam di dasar."
Pria itu melirik sekitar sebelum berujar dengan suara bisikan, "Mungkin milik... Siren, tapi orang-orang dulu bilang sisik mereka berwarna gelap, jadi sepertinya bukan."
Andrew tertawa kecil mendengarnya, itu tidak logis.
Ia kemudian menuju toko bertuliskan 'rumah ikan' di depan stan barang antik. Mengetuk etalase dengan jemari seraya menunggu pemilik menyapanya, "Permisi."
"Selamat datang, silahkan jika ingin melihat-lihat, kami punya berbagai jenis ikan hias," sambut wanita paruh baya tersebut dengan ramah.
"Ah, maaf sebelumnya. Aku kemari hanya untuk bertanya," Andrew menunjukkan kepingan yang bersembunyi dibalik telapaknya, "Apakah anda tahu ikan dengan jenis sisik seperti ini?"
"Ini seperti emas asli," ujarnya seraya meraba kalung dan anting emas yang melekat di tubuh, "Menurutku ini bukan sisik ikan, mungkin saja emas asli yang memang dicetak serupa dengan sisik."
Merasa tak dapat jawaban yang sesuai harapan, Andrew hanya bisa mengangguki, "Tapi, apakah ada ikan yang sisiknya mirip dengan ini? Mungkin ukuran dan bentuknya?"
"Hanya ada beberapa jenis ikan, terutama ikan hias yang memiliki sisik. Kalau diutarakan, ikan pemilik sisik ini ukurannya pasti sebesar lumba-lumba atau lebih. Tapi hewan laut yang besar hampir tidak ada yang punya sisik. Atau mungkin saja jenis ikan baru yang belum diketahui."
"Jadi belum ada jawaban pastinya ya?"
Wanita itu tiba-tiba memandang penuh selidik, "Memangnya kau dapat dari mana?"
"Dari dasar laut."
Rautnya berubah lebih santai, "Kalau begitu pasti jenis ikan yang masih asing, yang jelas dia bagian dari ikan hias."
'Ikan hias ya? Siren juga ikan?'
---
"Uwah! Benda apa itu?" Andrew sontak memasukkan sisik emas temuannya ketika Liza bersorak dan hampir merebutnya.
Ia membalas ketus, "Jangan ikut campur."
Sementara gadis itu hanya bisa mencibir.
Andrew mengulurkan tangan, memukul kecil kepala Liza menggunakan pena, "Urus saja kerjaanmu. Dapat apa selama aku pergi tadi?"
Kini gadis bersurai sebahu itu menatap lebih serius, ia mulai menjelaskan, "Oh iya, tenggat waktu ditemukannya sudah jelas melebihi usia penemuan koin emas di mesir, jadi pasti usia benda itu lebih tua. Joseph masih memastikan lebih jelas, dia pergi ke kantor berita setempat untuk mencari tahu lagi terkait kecelakaan kendaraan laut dan udara yang pernah terjadi di perairan ini. Dan yah, sampai sekarang belum kembali."
Belum sempat Andrew menanggapi ucapan Liza, ponselnya berdering. Melihat nama kontak yang terpampang, ia sontak mengangkat dengan wajah memerah, "Ada apa lagi?!"
Yang diseberang berjengit kaget, "Woo! Jangan galak-galak kakak tercinta. Aku hanya mau memberi tahu kalau ibumu sakit. Cepatlah pulang, jangan merepotkanku!"
To be continued...
Han Jisung
As
Peter Han
(Navy)Aduh, karakternya AL tapi potonya malah pake seragam
KAMU SEDANG MEMBACA
History Song Of The Sirens [] Lee know
FantasyCOMPLETE Tatapan mata anggun bersiluet biru kehijauan seperti samudra, ekornya mengkilap layaknya timbunan emas diantara bebatuan karang, surainya hitam legam segelap malam. Sekalipun digambarkan sebagai sosok yang rupawan nan menawan, makhluk itu t...