Liza mempercepat langkah ke halaman rumah yang baru saja lenggang sesudah kepergian para 'orang-orang penting'. Matanya membola saat melihat kilauan sisik yang menempel di kaki Sea, tidak banyak, tapi terlihat jelas kalau benda itu menyatu lengket dengan permukaan kulitnya.
Herlinda sontak menyembunyikan Sea dibelakang tubuhnya kala menyadari kedatangan seseorang yang sangat dikenali.
"Siapa sebenarnya Seanna?" Liza bertanya datar, ekspresinya pun suram.
---
Ruangan redup serupa auditorium mini tersebut membawa aura buruk yang membuat rambut lengan Andrew sontak berdiri, meski begitu ia tetap tak dibuat gentar oleh ancaman apapun.
Terdapat wajah-wajah tak asing menyapa, entah itu tatapan emosi Mac Thomus dan rekan-rekannya, Erick sang adik tiri yang pasrah, Luke Tyson dengan mata sayu namun masih menyiratkan perjuangan, dan satu orang lagi yang keberadaannya membuat Andrew mengerutkan kening berkali-kali, dia Joseph, kawan sekaligus rekan kerjanya.
"Kau melanggar janjimu, Tn. River," celetuk Mac.
Andrew menghela napas, "Kita semua akan segera keluar dari tempat ini."
"Kenapa kau percaya diri sekali?!" Sahut salah satu antek Mac, dia pria berkulit tan yang membantunya memanjat pagar gedung oseanograf kala itu, "Waktu menawarkan jasa ini pada kami, kau bipang kita semua tidak akan berurusan dengan polisi."
"Pelankan suaramu, kalau mau bebas jangan membongkar kebusukan sendiri," Andrew mendesis pelan, "Mereka bukan polisi, orang-orang di sini bekerja untuk pemerintah dan pihak swasta pendukung sepertiku. Tidak ada polisi, jadi tak akan ada hukuman penjara atau eksekusi."
"Lalu apa yang kau rencanakan? Lakukanlah, jangan sampai aku harus mendekam di buih lagi," bisik Mac.
"Kita tinggal menunggu, biarkan waktu yang menyelesaikan semua ini," pandangannya mengedar ke arah Joseph yang duduk di kursi ujung, mata tajamnya tak teralih dari Andrew sekalipun.
Luke mendekat, "Bagaimana keadaannya?"
"Baik," balasnya singkat, mengerti yang dimaksud adalah Sea, "Sebaiknya kita semua tidak saling berbisik-bisik seperti ini, mereka akan semakin curiga. Atau barangkali tempat ini dipantau."
"Ya, mereka memang memantau sejak tadi."
"Sudah ku duga."
Andrew beralih menatap lurus, namun sudut matanya yang runcing mampu melihat siluet Joseph yang memandangnya penuh rasa ingin tahu. Dirinya maupun lelaki itu tak ada yang saling sapa, membiarkan rasa penasaran terus menggerogoti keduanya.
Satu-satunya pintu di ruangan tersebut, tak lama kemudian terbuka, menampakkan sosok asing bertubuh gempal dan cukup tinggi. Ia mengusap rambutnya yang tidak menutupi kepala secara keseluruhan seraya mendesah panjang, "Bocah tak tahu diri, kalian berdualah yang memunculkan masalah ini. Apa yang sebenarnya kalian rencanakan?" Tatapan emosinya fokus pada Luke dan Andrew.
"Mereka masih pekerja dibawah naungan lembaga kita, Luke Tyson dari departemen satu di oseanograf dan Arkeolog Andrew River, anggota dari ibu kota," jelas salah satu bodyguard yang ikut berjajar di belakang pria gempal itu.
Andrew mulai angkat bicara, "Aku memang pelakunya," Luke sontak menoleh dengan mata melotot. Ia sudah berusaha bungkam selama ini walaupun hidupnya penuh teror dan ancaman, tapi Andrew dengan enteng seolah tidak ada rahasia, benar-benar membahayakan Sea begitupula dirinya sendiri, "Sekarang, terserah apa yang mau kau lakukan padaku, tapi lepaskan mereka semua. Orang-orang ini tidak tahu apapun, mereka mengikuti kemauanku karena ancaman. Biar aku sendiri yang bertanggung jawab."
Mendengar jawaban Andrew—yang terdengar kukuh memperjuangkan keputusan tanpa keraguan sedikitpun, membuat Luke seolah ikut dipukul oleh semangat. Ia adalah seorang pemimpin, yang bertanggung jawab penuh atas kaumnya, apalagi jika salah satu dari mereka dalam bahaya. Namun untuk saat ini, ia membiarkan Andrew melancarakan rencana dengan menyatakan keinginannya untuk menanggung sendiri semua perbuatan ini.
Luke, Erick, Mac Thomus dan pengikututnya pun dibolehkan pergi, namun tentunya masih tetap dalam pengawasan agar tidak kehilangan jejak jika suatu saat nanti kebenaran dari mereka kembali dibutuhkan.
Andrew tersenyum tipis saat melihat kepergian Luke yang kelihatannya berat hati. Namun pandangannya segera beralih pada sosok Joseph yang tak bergerak sama sekali dari tempat, entah apa yang dia lakukan sehingga bisa berada di tempat ini bersamanya, atau kemungkinan besarnya, Joseph adalah salah satu mata-mata dari atasan.
Pria gempal tadi duduk diantara keduanya, "Yang ku tahu, kalian dari departemen yang sama, berteman baik, dan sangat akrab. Sekarang pun sama-sama bermasalah denganku."
"Sebelumnya," Andrew menyela, "Siapa kau? Aku sering melihat orang-orang tangan pemerintah yang berkeliaran di gedung oseanograf ibu kota, dan kau... aku tak pernah menemuimu di sini."
"Bodoh," maki pria itu, "Pusat oseanograf memang berada di naungan pemerintah, tapi dipegang langsung oleh pihak swasta."
"Tidak pernah ada informasi seperti itu sebelumnya."
Ia bersidekap dada, "Memang sengaja dirahasiakan agar terjaga dari tangan-tangan usil sepertimu, Tn. River yang gemar mengganggu bisnis orang lain. Kau bawa kemana siren itu?"
"Dia sudah kembali ke laut, ku jamin kalian tak akan menemukannya lagi."
"Oh ya? Lantas haruskah aku membiarkan ibu dan kekasihmu hidup tenang atas perbuatan tak terpujimu?"
Andrew mendecih, "Tolong berkaca dengan baik sebelum kau menyebutku tak terpuji. Untuk apa kalian menangkap makhluk hidup tak bersalah dari laut dan sembarang memindahkannya ke daratan? Jadi anggota baru sirkus atau sekedar pajangan di kebun binatang?"
"Aku benar-benar menahan emosi di depanmu Andrew River," Pria itu menekan remot kecil di genggamannya, membuat layar di sudut ruangan sontak menyala, menampakkan dua perempuan yang sama sekali tidak asing di mata Andrew tengah tersekap di dalam ruangan yang gelap, "Bawalah siren itu padaku, maka mereka akan selamat."
Andrew membelalak, tak berbeda jauh, reaksi Joseph juga tampak terkejut. Mereka saling pandang sejenak sebelum Andrew akhirnya berlari keluar dari tempat tersebut.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
History Song Of The Sirens [] Lee know
FantasyCOMPLETE Tatapan mata anggun bersiluet biru kehijauan seperti samudra, ekornya mengkilap layaknya timbunan emas diantara bebatuan karang, surainya hitam legam segelap malam. Sekalipun digambarkan sebagai sosok yang rupawan nan menawan, makhluk itu t...