_36 It's Okay Wanna Be Okay

291 77 7
                                    

Musik hip hop menarik seluruh pribadi yang ada di sekitar untuk bergerak, terlalu asik menikmati sampai tidak sadar jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Seluruh insan bersenang-senang terkecuali satu gadis bergaun hitam selutut, sejak datang ia hanya mengobrol singkat dengan beberapa orang lalu melamun lagi saat tidak ada yang lain pergi.

Ella mendekat seraya menyodorkan secangkir minuman hangat ketika menyadari kawannya sama sekali tidak bergerak dari tempat, "Ada masalah?"

Tanggapan Liza hanya menggeleng, namun saat Ella hendak kembali pergi, ia berceletuk, "Menurutmu Seanna itu bagaimana? Apa dia lebih cantik dariku?"

Si surai cepak awalnya mengernyit, "Siapa Seanna? Wanita yang kehilangan barang-barang itu? Kenapa tiba-tiba membicarakannya?"

"Sepertinya Andrew suka padanya," kelopak mata Liza kembali sayu memperlihatkan kepasrahan, "Aku lihat sendiri, tatapan mata yang tulus sekaligus terpesona."

"Kalian bertemu lagi?"

Liza mengangguk, "Dia datang ke rumah Andrew saat makan siang, dan cara bicaranya seperti sudah sangat akrab dengan Bibi Herlinda. Berarti mereka sudah lama saling berhubungan 'kan?"

"Kalau begitu kau sudah kalah," balas Ella, sontak membuat lawan argumennya menjerit tak terima.

"Apa maksudmu?!"

Seperti apa yang ia pahami mengenai perasaan antara dua insan, gadis cepak itu mulai menduga, "Apa dia banyak membicarakan diri di depan Bibi Herlinda?"

"Tidak, seperti saat kita bertemu, dia sangat pendiam."

"Atau dia melakukan hal yang bisa membuat orang lain memuji? Seperti membersihkan piring sehabis makan," hal tersebut diduga sesuai pengalaman Liza sendiri saat bertemu ibu kekasihnya. Bahkan sampai sekarang, ia masih melakukannya karena perempuan yang pandai urusan rumah akan dianggap baik apalagi kalau tahu gelarnya sebagai arkeolog.

Biasanya ketika wanita menyukai seseorang, hal-hal baik akan dia tunjukkan di depan orang itu untuk menarik perhatian dan mendapat lebih banyak pujian.

Namun balasan Liza kembali berupa gelengan, "Tidak juga, dia hanya akan melakukan sesuatu jika disuruh."

"Polos sekali. Kalau begitu sepertinya aku sudah salah sangka, setiap gadis tak boleh bersikap polos dan hanya menurut dengan calon mertua, mereka seharusnya punya inisiatif untuk memikat dan senang mendapat pujian. Apa yang dilakukan Seanna tidak seperti kebanyakan orang, justru bisa dijadikan bahan ejekan kalau calon menantu terlalu pendiam pada ibu mertuanya."

"Tapi Bibi Herlinda yang lebih perhatian, padahal Seanna tak melakukan apapun."

Sebenarnya Ella hanya meyakini satu hal jika kenyataannya Seanna punya rupa fisik yang sangat memukau, hal itulah yang membuat banyak orang menyukainya. Meski begitu ia tak mungkin mengatakan langsung pada Liza, dia bisa semakin frustasi dan sakit hati, "Pasti ada sesuatu, cari tahu sendiri dan kalau kau masih mengharapkan cintamu, yaaa cobalah jauhkan Seanna dari lingkungan Andrew."

"Aku tidak mungkin melakukannya, Andrew bisa marah."

"Kalau begitu kau yang harus lebih dekat dengan Andrew, ubah sikapmu jadi wanita dewasa bukan sekedar berstatus teman dan tetangga. Ajak dia kencan agar kalian bisa saling dekat. Sebenarnya aku sangat prihatin, perasaanmu belum juga terbalas sejak bertahun-tahun, dan sekarang harus dihadirkan penghalang," Ella melanjut dalam batin, 'Tapi penghalangnya seperti bidadari.'

---

"Ayahmu pasti sangat ketakutan, dia refleks menyerang ekor siren. Karena temanku juga merasa terancam, dia memanggil rombongan termasuk aku. Kami melukai ayahmu sampai..."

Perkataan terakhir Sea yang Andrew simpan lekat-lekat dalam benak. Sejak beberapa menit berlalu, mereka masih saling terdiam di tempat, sama-sama meratapi kebenaran. Sea kembali membuka pembicaraan, "Kau harus pergi, orang-orang jahat itu akan menangkapmu," Bibirnya terkatup sejenak karena Andrew tak kunjung menjawab. Sea membatin penuh sesal, 'Aku janji akan membalas perbuatan baikmu padaku.'

"Ayo kita pergi," Celetuk pria itu setelah beberapa saat tampak memikirkan sesuatu, Sea dibuat lhawatir karena ucapannya, "Kalau kakimu kembali, kau tak perlu kesulitan bersembunyi. Mereka tidak mengenalimu. Sementara lautan ini masih berbahaya, kemungkinan mereka melakukan pencarian siren sampai ke tempat ini, Luke juga belum bisa dihubungi."

"Aku mungkin sudah bisa melakukannya lagi," balas Sea yakin, yang lantas menenggelamkan seluruh tubuh sampai beberapa detik berlalu, ia kembali muncul ke permukaan dengan bentuk tubuh yang sudah berbeda dari sebelumnya, yaitu dua kaki selayaknya manusia.

Andrew segera membawa siren itu kembali ke boat, lalu mengendarainya kembali ke daratan.

Usia mengarungi lautan, keduanya menjalankan mobil. Sea pikir kendaraan beroda ini akan membawanya ke tempat persembunyian yang baru dan jauh dari semua orang yang membahayakannya. Namun Andrew justru pulang ke rumah di mana ibunya berada, dan para petinggi menaiki mobil mewah berjajar di depan pagar, "Kita tidak bisa kabur karena mereka sudah mendatangi ibuku. Jadi yang diperlukan hanya sandiwara, kau perlu mempraktikannya dengan baik."

Sea tak bisa mengucapkan apapun karena pikirannya terasa berat, ia hanya menuruti rencana gila yang sedang dilakukan pria itu.

Andrew turun dari mobil dengan lagak santai, ia bahkan menyapa beberapa orang yang dikenali, "Ada apa ini, oh—Nona Jill Stewart 'kan?" Sikapnya yang kelewat tenang semakin membuat beberapa orang curiga terutama Jill, "Apa kabar, semang bertemu kalian. Tapi sebelumnya tujuan rombongan ini kemari dengan sebab apa?"

"Kau harus ikut kami ke kantor cabang untuk pemeriksaan," balas Jill datar.

"Pemeriksaan mengenai?"

Gadis itu merotasikan bola mata, "Tersangka hilangnya siren di akuarium oseanograf."

Tak segera menuruti perintah, Andrew malah bersidekap dada sambil menyandarkan punggung pada salah satu mobil mewah milik rombongan tersebut. Ia sesekali melirik Sea yang terus mengikuti, "Kenapa kalian berpikir aku pelakunya?"

"Sebaiknya katakan sendiri pada atasan saat kita sampai di kantor cabang," Jill melirik Sea dengan tatapan tajamnya, "Siapa perempuan ini?"

Andrew menarik pergelangan Sea lantas menunjukkan genggamannya pada Sea, "Pacarku. Jangan bawa-bawa dia, gadis ini tak tahu apapun."

"Sebenarnya aku merasa tak asing dengan wajah kekasihmu Tn. River, dan ku pikir kau bersama Nona Elizabeth."

"Kau tahu mitos kalau setiap manusia punya tujuh kembaran di setiap belahan dunia? Banyak wajah-wajah serupa dengannya, jadi jangan terlalu dekat!" Andrew menjauhkan jangkauan kedua perempuan itu.

"Ow, posesif boyfriend," sindir Jill.

"Ayo pergi," Andrew segera bangkit dan mengikuti perintah mereka, ia berniat bersandiwara sampai akhir. Namun Sea tidak mau melepaskan tangannya, malah semakin erat, ia pun berbisik seraya melepas pelan cengkeraman gadis itu, "Tak akan ada yang terjadi padaku."

Sea terisak sembari mendekati ibu yang sedari tadi hanya diam di depan pintu, "Bagaimana ini... harusnya aku yang ditangkap, bu. Dia tak bersalah, Andrew menolongku."

"Percayakan saja padanya," ibu merengkuh seraya mengusap rambut Sea, "Ibu juga khawatir, tapi ibu tahu siapa anak itu, dia akan segera kembali. Sebaiknya kau perhatikan dirimu sendiri, apa aman terus bersembunyi di rumah ini?"

"Aku tidak mungkin bersembunyi selagi Andrew dibawa orang jahat!"

Peristiwa itu tertangkap oleh pandang mata gadia muda yang tak sengaja lewat di depan trotoar, 'Siapa Seanna sebenarnya?'

To be continued...

History Song Of The Sirens [] Lee knowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang