_40 Thank You and Good Bye

281 77 6
                                    

Tembakan terus dilesatkan, padahal kondisi permukaan laut sudah cukup tenang. Cairan gelap darah yang tadinya menguar pada sebagian genangan kini lenyap digulung ombak, bersama Andrew dan Sea yang terjatuh.

Tidak bisa mengharapkan keadaan yang telah terlanjur berakibat buruk, pria yang sedari tadi menembak tidak terkontrol hanya bisa duduk frustasi sambil memegangi kepala, "Ah sial, siren itu menghilang!"

Sementara pria lain segera menghubungi atasan. Ia lebih baik mendapat amukan sekarang ketimbang harus menunda-nunda lagi, paling tidak mereka bisa mengirimkan bantuan sebelum siren itu berenang menjauh.

"Bagaimana dengan si River?" atasan kembali bertanya, segera membuatnya menggigit bibir ragu.

"Dia pasti sudah mati tenggelam, aku menembaknya," sahut si rekan yang kini dirundung penyesalan, pistolnya bahkan sudah terkapar di lantai. Dia terlihat sudah pasrah jika harus dihadapkan dengan amarah dan hukuman berkat kecerobohan.

Tujuan mereka memanglah untuk mengambil kembali siren itu agar diteliti oleh pekerja oseanograf—yang kemudian mendapat bayaran dari pihak swasta. Karena bersembunyi dibalik nama pemerintah, orang-orang ilegal tidak boleh sembarang melanggar aturan apalagi sampai melibatkan nyawa.

Andrew adalah pegawai resmi di bawah naungan pemerintah sebagai arkeolog senior yang sudah menjalani tugas kesana-kemari, informasi yang dia dapatkan sudah lebih dari cukup untuk membuat pemerintah terus membutuhkannya selagi mencari generasi penerus.

Kematian arkeolog itu tidak dapat diterima damai, baik oleh keluarganya, rekan, dan mungkin sebagian besar masyarakat yang peduli. Gedung oseanograf akan ditutup paksa dan masuk daftar hitam sebagai lembaga terburuk, para karyawan kemudian menuntut atas hilangnya sumber uang mereka, dan pihak ilegal adalah sumber paling dirugikan dari semua itu—mereka mungkin telah meminta izin pada pemerintah untuk menjalankan sistem selama masa kontrak, namun pemerintah sendiri tidak akan turut campur karena telah dilepas kendali.

Kerugian yang dipastikan besar, membuat suara helaan napas dari seberang terdengar berat seperti gemuruh, "Bodoh! Sudah ku bilang jangan sampai ada pertumpahan darah! Polisi bisa ikut campur!"

"Aku minta maaf Direktur Horles, tapi ternyata Andrew River jauh lebih gila ketimbang dugaan kita, dia menyerahkan nyawa sendiri agar siren itu bisa lepas ke laut," ujarnya, mencoba menyangkal kali ini yang terjadi bukan karena kecerobohan penjaga melainkan tekad tanpa takut si pria bermarga River.

Direktur Horles membentak, "Halah, sudah jangan banyak bicara! Perhatikan saja perairan lokasi kalian, jika siren itu baru saja terjun maka artinya belum jauh, beberapa peneliti bilang tulang ekornya tidak begitu bagus, gerakan berenangnya lambat."

"Anda akan mengirimkan pasukan kemari?"

"Tentu saja bodoh! Kau pikir aku rela kehilangan triliyunan uang begitu saja?!" Serunya tak bosa bersabar lagi, "Jika siren itu tidak berhasil ditemukan, kepala kalian akan ku penggal sebagai bela sungkawa di kematian Andrew River."

Sambungan telepon kemudian diputus begitu saja, bukannya lega para perompak yang kini terombang-ambing di laut lepas justru ingin segera menceburkan diri ke dalam sana, berharap hiu menerkam mereka hidup-hidup ketimbang menghadapi Direktur Horles.

Manusia memanglah makhluk terburuk yang pernah diciptakan, mereka melukai sesama, membunuh makhluk lain, menyakiti yang lebih lemah bahkan menganggap hal seperti itu adalah hiburan.

---

Lorong utama rumah sakit tampak gaduh berkat kedatangan tiga orang yang sama-sama memendam perasaan khawatir nan panik untuk seseorang yang tengah dituju. Terutama Liza, dia berkali-kali menabrak seseorang karena tidak fokus, beruntung langkah ringkih tersebut berhasil membawanya ke ruang instalasi gawat darurat.

Seorang pria bertubuh kekar dengan bahu lebar berdiri cemas di depan pintu yang senantiasa tertutup. Ia baru menoleh saat menyadari keributan kecil di belakang.

"Kau orang yang meneleponku tadi? Luke Tyson?" tanya Herlinda memastikan tidak salah ruangan.

Luke segera mengangguk, sedetik kemudian membungkuk penuh rasa bersalah. Wanita paruh baya itu mungkin tidak pernah tahu jika ia adalah orang yang membuat putranya terlibat masalah siren sejauh ini hingga terluka, namun Luke tidak berniat menjelaskan siapa dirinya dan mengapa meminta maaf.

"Kenapa kau meminta maaf? Bukankah kau orang yang menolong Andrew? Aku ucapkan terima kasih banyak untuk hal itu. Tapi apa kau tahu penyebab putraku terluka?" Herlinda tidak tahu apakah Luke pria jahat atau baik, namun ia berusaha tidak menyebutkan siren sama sekali meski penasaran dengan keberadaan Sea juga apa yang terjadi sehingga keduanya terpisah.

Lain dengan pemikiran wanita itu, Luke berniat mengatakan semuanya secara jujur—tapi menyadari dua muda-mudi lain, ia enggan mengatakannya di depan mereka.

Sampai akhirnya dokter yang menangani Andrew keluar dari bangsal beserta senyum sumringah, "Pasien beruntung, pelurunya tidak mengenai organ dalam. Tapi kita harus tetap waspada jika sewaktu-waktu terjadi infeksi."

Herlinda bertanya, "Kami boleh menjenguknya?"

"Untuk sekarang dibatasi dua orang sepuluh menit saja, jangan terlalu lama karena dia butuh oksigen yang harus dihirup sendiri."

Segera mengangguki ucapan si dokter, ia pun memasuki ruangan—yang kemudian menjadi kesempatan Luke untuk menjelaskan segala hal yang harus wanita itu ketahui.

Mengabaikan tatapan bingung Joseph dan Liza, Luke tetap mengikuti wanita itu.

"Nyonya kita harus bicara," ujar pria itu tanpa berbasa-basi, suaranya pelan seperti bisikan namun masih terdengar jelas di dalam ruangan, "Sebelumnya perkenalkan, aku saudara Sea, sebangsa dengan gadis itu."

Menanggapi keterkejutan wanita itu menutup mulut sambil memandang kaki Luke dengan mata membulat sempurna, "K-kau juga siren?"

"Andrew terluka karena menyelamatkan Sea, dan sekarang dia sedang berenang menuju persembunyian kami di kedalaman laut tertentu, ku harap kau mengerti jika tidak ada kalimat perpisahan antara kalian terlebih dulu, jadi aku kemari juga ingin menyampaikan rasa bersalah dan terimakasih dari Sea."

To be continued...

Thanks for 2k readers and bye on the next chapter

History Song Of The Sirens [] Lee knowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang