Satu-satunya cara menyelamatkan Sea adalah dengan membunuh semua orang di laboratorium. Tapi masalahnya, mereka punya penjagaan dari angkatan laut, akan sulit baginya melawan puluhan orang sendirian. Namun Luke tak lagi berminat melakukan susunan rencana tersebut, ia akan datang ke gedung seperti biasa sebagai Prof. Luke Tyson. Lalu memanfaatkan waktu untuk mengeluarkan Sea, dan hidup kembali di lautan bebas tanpa harus berurusan dengan manusia.
Sebab itu ia memasukkan dua pistol ke pinggang untuk berjaga, kalaupun ada manusia yang mati juga tak masalah, ia sendiri tidak begitu mengenal rekan-rekannya, lagipula setelahnya akan meninggalkan dunia daratan yang telah dijalani kurang lebih tujuh puluh tahun. Tidak ada polisi yang bisa menemukannya.
Sapaan Jill membuat Luke kembali fokus pada jalanan, matanya melirik rekan perempuan yang sudah duduk di salah satu bangku dalam bus. Dia melambai ringan sambil menyuruh Luke segera masuk sebelum kehabisan kursi kosong.
"Bagaimana harimu?" Tanyanya membuka obrolan.
"Baik."
"Kebetulan sekali kita berpapasan begini, sebelum-sebelumnya tidak pernah sama sekali," Jill memandang intens postur Luke dari atas sampai bawah, "Memang ya, ternyata sikapmu yang pendiam tidak terlalu buruk. Kalau kau bisa lebih ramah lagi, pasti banyak yang nyaman di dekatmu, terlebih kau tampan."
Luke membulatkan mata atas kalimat terakhirnya, sontak membuat Jill menggelengkan kepala, "Hehe, aku hanya memuji, Profesor Luke Tyson."
Ia terdiam seraya menunduk, 'Walau kehidupan ini kejam, tapi tidak semua manusia bersikap buruk. Hanya saja, entah bagaimana jika mereka tengah memandang kami, sebagai siren. Bukan perempuan atau lelaki rupawan.'
---
"Andrew, kau gila?!"
"Penelitian itu salah, mereka hanya akan menyakiti siren, bukannya malah menolong. Pikir saja bagaimana kalau yang semula dari lautan, harus dipaksa berkembang biak di air tawar. Keturunannya justru mengalami perubahan, yang paling sering terjadi adalah pemangkasan usia, seperti masalah lumba-lumba sirkus."
Joseph mencengkeram erat bahu rekannya, seraya mengguncang pelan, "Lalu apa yang akan kau perbuat? Menculiknya?"
Masih fokus melipat lengan snelli, Andrew bergumam, "Bukan menculik, tapi membantunya lepas dari sana."
"I can't think 'bout your brain! Crazy!" Joseph mengusak surai kasar. Entah siapa yang telah mampu mengetuk hati nurani Andrew, hingga membuatnya senekat ini. Urusannya bukan sekedar dengan pihak swasta, melainkan pemerintah langsung. Kalau sampai ketahuan, Andrew bisa di pidana.
"A-aku setuju pada Andrew," sahut Liza, suaranya bergetar tampak ragu. Namun ia berusaha menyangkal, "Meski belum melihat sendiri bagaimana bentuk siren itu, ungkapan Andrew tidak ada yang salah. Mereka juga makhluk hidup yang butuh kebebasan."
Joseph mengangkat kedua tangan, "Terserah kalian kawan, asal kalau ada apa-apa aku tidak ikut campur. Anggap saja telingaku hilang beberapa menit lalu, aku tidak dengar apapun."
"A-aku juga, aku tak mau berurusan dengan atasan. Mereka pasti sudah bekerja sama dengan pemerintah," celetuk Ella. Ia menatap Andrew tak enak hati.
Liza bertanya, "Apa kita perlu memulainya dengan rencana?"
'Apa kita perlu memulainya dengan rencana?' Sementara itu, di salah satu lab gedung oseanografi. Luke tengah berdiam diri di depan akuarium yang ditempati Sea. Sebenarnya ia sedang mengobrol menggunakan cara komunikasi mereka ketika berada di air.
KAMU SEDANG MEMBACA
History Song Of The Sirens [] Lee know
FantasyCOMPLETE Tatapan mata anggun bersiluet biru kehijauan seperti samudra, ekornya mengkilap layaknya timbunan emas diantara bebatuan karang, surainya hitam legam segelap malam. Sekalipun digambarkan sebagai sosok yang rupawan nan menawan, makhluk itu t...