"Kebetulan sekali, kami sedang makan malam bersama," sambut ibu, membukakan pintu lebar-lebar untuk si tamu.
Ia sontak mengernyitkan kening, Liza hampir tidak pernah menjumpai wanita itu di aparteman putra sulungnya yang berada di lantai lima—karena alasan kesulitan mencari arah juga naik lift, "Rupanya bibi di sini, sebenarnya aku datang kemari untuk membicarakan masalah pekerjaan dengan Andrew, di mana dia?"
Langkahnya terhenti didekat meja makan yang menjadi satu dengan ruang utama. Seolah tengah menggelar acara besar, mereka mempersiapkan banyak sajian terutama ayam goreng. Padahal Bibi Herlinda akhir-akhir ini menghindari makanan berlemak, sementara Andrew tidak begitu suka daging ayam.
"Ada apa?" Lelaki yang ia cari muncul dari salah satu ruangan, "Kalau mau membahas masalah pekerjaan ini bukan tempatnya, mau bergabung bersama kami dulu?" Tudingnya pada meja makan.
Sementara di belakang, Sea berteriak tanpa suara, "Andrew! Jangan habiskan ayam gorengku," yang rupanya diabaikan.
Liza mengangguk seraya tersenyum. Ia tak mungkin membicarakan perihal pekerjaan di depan Bibi Herlinda, terutama karena topiknya menyeret jauh pada keberadaan makhluk mitologi yang akhir-akhir ini membuat dadanya sesak. Sebab Andrew kelihatan lebih mempedulikan siren itu ketimbang keselamatan dan karirnya sendiri.
Mereka akhirnya menghabiskan sejenak waktu dengan makan bersama, tanpa Liza membuka pembicaraan mengenai melimpahnya pangan di meja terutama daging ayam. Padahal Andrew mewanti-wanti akan pertanyaan tersebut jika sesekali terlontar, rupanya Liza tampak tak peduli dan hanya berusaha menikmati kebersamaan.
Usai makan malam yang tenang disertai selipan obrolan ringan, Liza membawa Andrew menuju taman olahraga di depan apartemen. Keduanya duduk berjajar di bangku putih dekat kolam ikan.
Liza berceletuk tanpa basa-basi, "Kau mengenal Luke Tyson?"
Andrew sigap menggeleng.
Namun hal itu justru membuat Liza semakin curiga, "Orang itu disidang anggota tertinggi gedung, dan akan dipermasalahkan dengan polisi karena kasus keberadaan siren mulai disebar ke publik. Apa kalian bekerja sama?"
'Semuanya semakin runyam,' Andrew menatap kolam ikan dihadapannya, menatap makhluk berekor itu-- mengingatkannya pada sosok Sea yang jelita. Ada perasaan mengganjal, seolah membisik hatinya untuk terus melindungi koloni siren, terutama Sea, "Dia tidak ada sangkut pautnya, orang itu hanya karyawan biasa dari departemen 1 yang sedang ada jadwal piket malam saat aku melepaskan siren itu."
Jawaban yang belum bisa membungkam, Liza memiringkan posisi duduk hingga dapat melihat side profil Andrew dari dekat. Mengkesampingkan jantungnya yang berdegup kencang, ia kembali bicara, "Sejujurnya aku masih tak yakin. Makhluk itu sangat besar dan bersirip tajam, bagaimana caramu melepasnya? Tidak mungkin dengan menggendongnya sendirian kan?" Ia menunduk, "Begini Andrew, aku tahu semuanya. Kau, Luke Tyson, dan siren itu sempat dikejar petugas jaga sesaat setelah mereka mendengar keributan akuariumnya dipecah. Apakah logis jika kau berlari ke pantai sambil membawa makhluk sebesar itu?"
"Aku memang melakukannya."
"Lalu kemana tetesan airnya?!" Tanya gadis itu mulai terpancing emosi, namun matanya berair, "Kau tidak mungkin sempat mengeringkan tubuh siren itu."
"Liza, aku—" ucapan Andrew terputus kala menatap teman perempuannya yang kini mulai terisak.
"Apa kau tidak memikirkan perasaan orang disekitarmu?! Mereka akan menangkap dan membunuhmu jika tahu kau pelakunya. Itu akan terjadi... meski entah kapan," Liza mengusap wajah dengan telapak, "Aku khawatir..."
Kebohongan terasa berat bagi orang tulus seperti Andrew, terutama pada teman baiknya yang sudah terjalin tiga windu lebih. Namun ia tak mungkin mengingkari janjinya pada Sea, keselamatan siren itu seolah membuatnya harus terus diprioritaskan, "Maaf, karena kau sendiri tidak ikut campur, ku jamin kau aman. Apapun yang terjadi aku akan bertanggung jawab, tidak perlu khawatir lagi. Mereka tak akan menuduhku, atau bahkan membunuhku."
KAMU SEDANG MEMBACA
History Song Of The Sirens [] Lee know
FantasiCOMPLETE Tatapan mata anggun bersiluet biru kehijauan seperti samudra, ekornya mengkilap layaknya timbunan emas diantara bebatuan karang, surainya hitam legam segelap malam. Sekalipun digambarkan sebagai sosok yang rupawan nan menawan, makhluk itu t...