_23 The Pretties on A Glass Bead

320 101 8
                                    

Andrew hanya menatap datar Mac Thomus yang tengah mengotak-atik laptop modifikasi, terdapat perangkat-perangkat keras yang tertempel di beberapa sisi, bahkan juga tersambung pada benda kubus besar. Pria itu tengah mencoba melacak seluruh kamera pengintai yang berada di gedung oseanograf. Beruntung Andrew punya banyak koneksi di sana, sehingga tidak kesulitan kode akses.

Usai menjalankan perintah, Mac menjauh dari meja, lalu pergi mengambil botol mineral yang menggelinding di bawah sofa tempat Andrew duduk, "Aku masih tidak bisa percaya seratus persen kalau mekhluk yang ada di akuarium itu benar-benar siren yang dikisahkan buku cerita anak-anak. Bisa saja peneliti di sana melakukan eksperimen untuk membuat gempar publik."

Telunjuk Andrew mengarah ke sudut ruangan, di mana sang adik tiri tengah melakukan sosialisasi terhadap peta gedung oseanograf, Erick akan mencari jalan keluar yang paling sempurna selagi pekerja di sana akan abai, "Kalau masih tidak percaya, tanyakan saja pada temanmu. Sebelum siren itu tertangkap, Erick lebih dulu melihatnya."

Mac tersenyum sinis, "Orang-orang berilmu memang cukup menakutkan, sebenarnya apa tujuanmu melakukan hal nekat begini? Sampai mau menjamin kelompok berbahaya seperti kami."

"Sederhana, siren itu harus dilepaskan sebelum peneliti bisa mengendus keberadaan koloninya. Mereka semua bisa tertangkap sampai yang di laut habis tak tersisa."

"Hanya itu?"

"Yang jelas aku hanya ingin menjauhkan mereka dari tangan-tangan kotor manusia gila harta sepertimu," sindir Andrew seraya melirik cincin permata batu mulia yang dipakai hampir diseluruh jari Mac.

Pria itu sontak menyembunyikan tangan di balik punggung, "Ya sudahlah, kau mengancam kami masuk penjara dengan banyak bukti. Lagi pula ini juga dibayar, walau tidak seberapa dibanding biaya kerja kami sehari-hari. Dari pada masuk buih."

Jika dipandang lebih dekat, sebenarnya para pengedar narkoba yang berada satu tim dengan Erick kebanyakan bukanlah orang-orang yang murni jahat, mereka melakukan demi pemenuhan ekonomi mengimbangi kehidupan kelas atas. Termasuk Erick pun begitu, "Karena itulah, coba rasakan perbedaan uang yang kalian pakai nanti. Uang hasil penjualan narkotika, dengan gaji dariku. Pastinya, halal lebih nikmat," Andrew menarik telapak Mac, lantas memaruh selembar uang kertas bernominal kecil di atasnya. Ia mengumpamakan, "Melepaskan burung dari sangkar yang dipelihara ayah kita bukanlah kejahatan, kalian berada di pihak kebenaran bersamakeber

Erick menghentikan kegiatan sejenak, ia teringat masa remaja Andrew yang melepaskan belasan burung milik ayah tirinya dengan alibi yang cukup menusuk, 'Mereka punya sayap untuk terbang dan mencari makan, bayangkan jika kaki ayah ku ikat lalu dimasukkan sangkar agar tidak bisa cari makan,' setelah berkata seperti itu, wajahnya penuh lebam karena bogeman ayah.

Andrew melengos keluar dari markas para pemberontak tersebut, sebelum benar-benar pergi, ia berpesan pada Mac dan Erick dengan suara pelan, "Oh iya, ingat. Apapun yang terjadi, kabar keberadaan siren itu hanya kita bertiga yang boleh tahu. Rekan-rekanmu melakukan tugasnya tanpa harus tahu kalau tujuan utama kita pada makhluk langka, mereka bisa saja jadi licik, dan justru menggemparkan berita ini ke publik."

---

"Mac, ready?" Punggungnya menyandar pada pohon oak yang tumbuh subur di dekat gerbang utama gedung oseanograf, tempat yang sempurna untuk bersembunyi sebab jauh dari kawasan pos penjaga. Andrew kembali mendekatkan ear in saat mendapati jawaban.

"Okay, seluruh kamera pengintai diarahkan ke atas, kecuali ruang pengawas luar gedung," ruang pengawas yang dimaksud merupaka pos depan yang tentunya dijaga beberapa security, CCTV di sekeliling tempat itu tidak boleh diotak-atik agar tak menimbulkan kecurigaan.

Erick menyela saat Andrew mulai berjalan, "Kak, jangan melewati gerbang samping karena ada dua anjing penjaga. Sebaiknya lewat pagar sudut tenggara, tidak ada CCTV di sekitar sana, hanya saja pagarnya tinggi."

Andrew mengangguk, lalu berputar arah menuju kawasan yang dimaksud adik tirinya, "Terus pantau, aku akan mencoba memanjat."

Pagar itu terlampau tinggi, sesuai dengan yang dideskripsikan Erick. Apalagi permukaannya halus, tidak bisa dipanjat tanpa barang penyokong. Andrew berkeliling sejenak, mencari sesuatu yang bisa membantunya. Dengan pakaian gelap dan tertutup menyisakan segaris potongan untuk mata, membuatnya hampir tak terlihat di tengah malam yang begitu sunyi.

Seakan semua orang berpihak padanya, sebuah potongan dahan yang cukup besar tergeletak di dekat mesin pemotong rumput, "Niat baik selalu diberi kemujuran," Andrew segera memposisikannya secara horizontal, lalu mulai menaikinya tanpa kendala.

Dua orang berpakaian hitam tiba-tiba menghampiri, Andrew hampir saja merobohkan dahan itu untuk menghantam keduanya, sebelum mereka menahan, "Jangan lupakan sapu tangan dan korek api untuk menghilangkan bekas sidik jari juga alas sepatu," dilemparnya kedua benda itu, spontan Andrew menangkapnya dari atas pagar."

"Dari mana dahan pohon ini? Biar kami kembalikan."

Andrew menuding ujung utara, "Taruh di dekat mesin pemotong rumput di belakang sana. Aku pergi dulu, jangan membuat kekacauan, sebaiknya pergi dari sini biarkan aku yang terjun langsung."

Keduanya menunduk merasa bersalah, "Maaf, Erick yang menyuruh kami melakukan ini demi melindungi privasimu. Kalau begitu kami pergi dulu, teruslah waspada."

Andrew berguling ke bawah, menjatuhkan diri perlahan agar tidak menimbulkan bunyi. Diam-diam bibirnya menyunggingkan senyum kecil, "Anak itu..."

---

Karena ia datang ke lokasi tengah malam, maka petualangan berputar ke segala lorong demi keamanan dan manipulasi jejak menghabiskan waktu satu jam, Andrew baru sampai di tempat tersimpannya akuarium siren itu saat dini hari tiba.

Matanya membulat sempurna, melihat seorang gadis cantik bersurai panjang dengan mata terpejam di dalam akuarium itu, bukan siren bermata besar yang mengerikan.

Gadis itu terbangun, dan mereka sama-sama terkejut tanpa bisa dibendung.

Andrew segera menumpahkan sekantung darah binatang yang ia bawa dari rumah, lalu membuat jejak abstrak dari lantai bawah akuarium menuju jendela tanpa kaca. Kemudian membuat retakan di tengah akuarium perlahan agar tidak menimbulkan bunyi yang dapat mengundang kecurigaan, "Kau bisa keluar, aku tidak bermaksud melukaimu, aku ingin melepaskanmu."

Siasat yang bagus, seolah siren itu memecahkan kacanya dan menyeret tubuh keluar melalui jendela yang terhubung langsung dengan kebun sawit.

To be continued...

History Song Of The Sirens [] Lee knowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang