_27 The Bright Momentum

316 101 2
                                    

Usai melepas sepatu dan menaruh di tempat penitipan, Andrew menuju loker untuk menyimpan barang-barang tak penting yang terbawa, "Kita di sauna kering, per-malamnya murah, tidak sampai seratus ribu."

Sementara Sea masih berdiri di depan pintu masuk. Penampilannya dengan lilitan kain putih terlapisi jaket hitam milik Andrew cukup membuat beberapa orang menaruh perhatian padanya, "Ada banyak orang di sini," gumam Sea seraya melangkah menjauh, mengikuti arah arus kebanyakan tamu.

Beruntung Andrew sigap menahannya, "Jangan ikuti mereka, kita hanya butuh tempat untuk tidur."

Sea mengangguk sambil bergumam maaf. Andrew kemudian meminta izin untuk berkutat dengan ponselnya sejenak—yang sebenarnya tengah memberi kabar pada Liza, jika malam ini ia harus berurusan dengan 'makhluk lain', beruntung dari awal gadis Rompero itu sudah tahu segalanya. Liza tidak terkejut, namun tetap khawatir dengan keadaan teman lelakinya. Walaupun dia tak tahu makhluk itu biaa menjadi selayaknya manusia biasa.

Selagi Andrew sibuk dengan benda pintar berbentuk persegi panjang—menelepon seseorang, Sea menghampiri bangku di sudut lorong, duduk termenung sambil mengamati arsitektur sekeliling bangunan elegan bernama sauna tersebut. Tidak lama, lelaki itu pun menghampirinya yang duduk seorang diri.

"Mau makan sesuatu dulu?" Tanya Andrew sambil menyimpan kembali ponselnya, "Apa yang biasanya siren konsumsi?"

Sea menggeleng sebagai balasan tawaran itu, "Sebagian dari kami hanya makan plankton dan ganggang laut, ada juga yang pemangsa daging."

"Kenapa tidak sama? Kalian ini... herbivora atau karni?"

"Siren yang hidup berkoloni hanya memakan plankton, ganggang, dan rumput laut," ujarnya jujur, tanpa merasa khawatir mengenai siapa sosok yang ia ajak bicara, "Tapi ada juga siren yang hidup sendirian, biasanya mereka terpisah dari kelompok karena suatu hal, akhirnya jadi lebih mandiri, brutal dan liar. Pemakan daging termasuk sejenisnya juga."

Andrew terdiam sejenak, "Jadi intinya, makanan yang waktu itu aku berikan... tidak dimakan?"

"Maaf," Bagaimana mungkin Sea akan mengkonsumsi 'saudara-saudaranya', ia tak akan mau berubah jadi siren liar.

Sambil menyamankan duduk, Andrew berusaha menggali cerita dari Sea secara langsung. Walau ia tak berniat buruk, tapi kebenaran tentang makhluk sepertinya terlalu fantastis untuk dilewatkan, "Ngomong-ngomong, kenapa Luke melarangmu kabur sendiri? Maksudku, pulang sendiri? Karena sebenarnya, akan lebih berbahaya kalau berada di daratan."

"Tempat yang ku tuju itu palung, sangat jauh dari sini. Sementara ekorku pernah tertancap tombak, jadinya cacat hingga mempengaruhi gerakan berenangku sampai saat ini."

"Apa.. manusia yang melakukannya?"

"Iya, sudah lama sekali."

"Tertangkap?" Tebak Andrew yang sontak dibalas anggukan.

"Sama seperti yang baru saja terjadi padaku, bedanya manusia zaman sekarang tidak pakai kekerasan."

Salah satu kata yang terselip, mengakibatkan kejanggalan. Andrew bertanya dan tak segan Sea menjelaskannya, "Zaman? Memangnya berapa rata-rata usia siren?"

"Aku sendiri sudah hidup lebih dari seribu tahun, itu masih termasuk muda. Kalau Luke mungkin empat ribu tahun, dia pemimpin kami."

"Seribu tahun, itu tidak... ah, aku sedang mengobrol dengan makhluk purba," tawanya teredam, sambil memalingkan wajah bergumam lirih.

Mengingat hari mulai dini, sebelum kehabisan waktu istirahat, mereka segera menuju ruang sauna kering khusus umum. Sebelumnya, Andrew sempat membeli telur rebus dan ubi, kedua muda-mudi itu berakhir duduk di bangku lebar paling ujung dekat perapian, "Andrew, apa kau tahu Dewa Poseidon?" Celetuk Sea, jemarinya fokus menguliti ubi sambil sesekali melirik bagaimana Andrew mengupasnya, "Dia orang tua kami, ayah dari seluruh penghuni laut. Aku memang belum pernah bertemu dengannya, tapi... trisula yang manusia ambil itu milik kami, satus-satunya peninggalan Poseidon. Kau pasti tahu tentang benda itu kan?"

History Song Of The Sirens [] Lee knowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang