- 2 -

8.5K 575 15
                                    

Hiding from Grace

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hiding from Grace

Alaric berjalan menyusuri bukit lapang yang menjadi saksi kekejaman teman - teman satu pasukannya. Ia menatap korban perang satu persatu, memeriksa apa mereka masih bergerak atau tidak. Jika itu tubuh lawan, ia akan langsung menebasnya, memastikan tak ada satu pun yang bisa lolos dari perang ini. Jika itu tubuh kawan, ia akan mengecek lukanya, jika parah, ia akan memberi penghormatan terakhir dan menyelesaikan penderitaan mereka dengan sayatan dalam di leher. Persamaan dari keduanya, Alaric akan mendoakan arwah mereka kepada para Dewa, lawan maupun kawan.

"Aku sudah menyusuri bagian sana" Ujar Ansel, temannya yang datang dari ujung lain bukit.

Alaric memasukkan pedang besar ke sakunya, meski ia tak merasa lelah tapi ada rasa kaku di lengan dan bahunya. Pertempuran kali ini benar - benar berat. Pasukannya kalah jumlah, yang membuat mereka harus bekerja lebih keras dari biasanya.

Alaric dan kedua temannya meninggalkan bukit yang penuh darah itu dan kembali ke tenda.

"Sial, aku masih sangat kesal karena mereka tidak mengatakan pasukan yang harus kita bantai sebanyak itu" Finn bicara saat ketiganya duduk diluar tenda

Ansel tampak termenung, "Aku tidak bisa mengatakan pada Ruth, bahwa Aaron tidak selamat."

"Ruth sedang mengandung, ya kan?" Tanya Alaric cepat.

Finn menganggukkan kepalanya berkali kali, "Aku mungkin tidak akan ikut berperang lagi jika sudah menikah."

Ansel menggelakkan tawa, sementara Alaric menyunggingkan senyum miring yang menjadi ciri khasnya.

"Lalu apa yang akan kau lakukan? Bertani? Memerah susu? Kau bahkan tidak bisa membersihkan kandang babi" Ansel kembali menggelakkan tawa.

"Mau dengar saranku?" Tanya Alaric cepat, diikuti lirikan Ansel dan anggukan kepala Finn, "Jangan pernah menikah."

Kini Finn dan Ansel yang kompak menertawakan Alaric.

"Kau bahkan tak tau apa yang kau lewatkan Alaric." Finn terus tertawa sampai lupa ia sedang kelelahan.

"Tunggu, kau tidak suka laki laki kan?" Bisik Ansel sambil memajukan tubuhnya.

"Kau mau kehilangan sebelah tanganmu, hah?" Ujar Alaric datar, ia meneguk habis air di kantung minumnya.

Finn masih tertawa, "Jangan samakan Alaric dengan bajingan sepertimu. Ia Ksatria yang sopan"

Ansel terkekeh, "Tapi Finn ada benarnya, kau tak tau apa yang kau lewatkan. Setiap perjamuan makan selesai kau selalu pergi dan melewatkan bagian terbaiknya. Anggur di tangan dan para wanita di pangkuan."

"Bagian terbaiknya adalah saat kepingan emas itu mendarat di tanganku."

Finn menatap sahabatnya itu, "Kau bekerja lebih keras dari kami, mendapatkan uang lebih banyak dari kami. Tapi rumahmu tetap seperti kandang tua."

Yours, Truly.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang