[21+]
"Terima kasih sudah datang menyelamatkanku..." Ujar Gwen sambil perlahan menengadahkan wajahnya dan menatap wajah Alaric.
Aku siap menebas leher siapapun yang berani mengikatmu seperti tadi, Gwen. Ujar Alaric dalam diam.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Make amends.
Pagi itu Gwen bangun pagi seperti biasanya, dan meski ia sudah cukup sering terbangun sendirian tanpa Alaric, tapi hatinya terasa berat dan tidak bersemangat. Ia bangkit perlahan, meneguk air minum di sisi kasurnya dan berganti pakaian dengan gaun sederhana. Bersiap untuk segera menuju kapel dan berdoa, berharap hatinya akan lebih ringan.
"Aku akan ke kapel, tolong minta Jeschke siapkan sarapan seperti biasa untukku dan Raja. Lalu bawakan ke kamar." Ujar Gwen ada penjaga istana
"Baik, Yang Mulia."
Gwen berjalan pelan menuruni tangga, sebelah tangannya berpegangan pada pegangan tangga, sementara tangan yang lain mengelus perutnya.
"Selamat pagi jagoan kecil."
Bayi kecil di dalam perut Gwen membalas dengan tendangan kencang sampai membuat Gwen berhenti melangkah.
"Oh, kau bayi kecil yang kuat ya. Woop... kau menendang lagi? Iya, iya... Mama juga senang melihat respon darimu. Nanti kita mengobrol lagi ya. Mama harus fokus menuruni tangga ini dulu, mengerti? Jika tidak akan sangat berbahaya untuk kita berdua."
Gwen menghela nafas saat kedua kakinya menyentuh lantai paling bawah kastil. Ia menyapa beberapa penjaga dan berjalan keluar.
"Sekarang mama akan berdoa di kapel. Biasanya Mama hanya membaca doa pagi harian, lalu dilanjutkan dengan membaca manuskrip yang ada di kapel." Ujarnya menjelaskan kebiasaan paginya pada anak di dalam perutnya.
Gwen tengah berjalan melewati jalan setapak di halaman kastil saat melihat jendela cahaya dari jendela menara Alaric.
"Setelah berdoa kita akan mengunjunginya, okay?"
Gwen memasuki kapel dan langsung duduk di kursi terdepan. Merapalkan doa yang sudah sangat ia ingat, lalu berjalan ke sisi altar dan mengambil sebuah manuskrip dan membacanya.
Suaranya yang lembut dan lirih mengisi ruangan temaram itu, sampai terdengar langkah kaki mendekat dan Gwen menutuo manuskripnya.
"Selamat pagi Nak."
Gwen menoleh dan melihat pastor mendekat dan tersenyum, "Selamat Pagi, Pastor." Jawab Gwen pelan. Meski merasa malu karena Pastor mungkin saja sudah mendengar yang terjadi, tapi Gwen tetap melangkah mendekat.
"Jika Yang Mulia butuh seseorang untuk mengobrol, kau tau kan aku dimana?"
"Terima kasih Pastor." Gwen mulai mengangkat wajahnya, sedikit terhibur karena ucapan sang Pastor. "Aku harus membawakan Alaric sarapan. Mungkin kita bisa bertemu sore ini?"
"Ya tentu. Aku akan menunggumu."
Gwen tersenyum lebar, ia pikir semua orang di Habsburg akan membenci atau mengucilkannya. Tapi tidak.
Gwen berjalan keluar dari kapel dan melewati jalan yang sama, ia kembali mengintip ke jendela menara dan kali ini Alaric ada disana. Rambutnya tampak berantakan dan kelelahan tergambar jelas di wajahnya.