Falling from grace
Suara langkah kaki yang berat terdengar jelas dari dalam ruang arsip. Guinevere segera melepaskan tatapannya dari perkamen di tangannya, ia bisa menebak siapa yang datang hanya dari suara langkahnya saja.
"Gwen, tidakkah kau punya kegiatan lain yang lebih menyenangkan dari ini?" Seorang laki - laki berrambut coklat emas dengan pakaian rapih muncul di pintu. Nada suaranya tenang tapi ekspresinya meledek.
"Tentu ada, tapi aku akan lebih senang lagi, jika bisa menemukan alasan untuk menolak perjodohan Ratu." Guinevere menyelipkan tangannya ke lengan kakak nomor duanya itu dan berjalan bersama.
Lelaki itu tersenyum, "Kau anak dari seorang raja--"
Guinevere memotong kalimat Kakaknya dengan gumaman, "Anak haram seorang Raja, kau lupa bagian yang penting itu Norman." balasnya sambil tersenyum.
Norman ikut tersenyum, entah bagaimana adik tirinya itu bisa membuat hal hina seperti itu layak untuk dijadikan lelucon.
"Tapi tetap saja, ada darah bangsawan mengalir di tubuhmu. Kau harus mengorbankan dirimu untuk kerajaan."
"Kirim saja aku untuk berperang."
Norman tertawa, suaranya menggema di lorong temaram, "Dengan apa kau akan melawan?"
Guinevere tidak menjawab dan hanya terkekeh.
"Perang itu mengerikan kau tau? Kau bisa saja terluka, cacat atau terbunuh. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Ayah jika kau..." Norman tidak dapat melanjutkan kalimatnya.
"Ya, ikut berperang adalah ide yang buruk." Guinevere menggoyangkan tangannya yang bersandar di lengan Norman, menenangkan kakaknya yang ikut khawatir.
"Dengar, perjodohan tidak terlalu buruk. Apalagi kau dijodohkan dengan seorang putra mahkota. Apa yang bisa lebih buruk dari itu?"
"Entahlah... Aku merasa itu sangat tidak alami dan tidak romantis."
Norman menggelakkan tawa, "Kau terlalu banyak mendengar cerita dari dayang"
"Tapi itu benar kan? Apa kau tidak mau merasakan jatuh cinta secara alami dengan istrimu?" Guinevere menengadah menatap kakaknya.
Norman tersenyum, "Gwen, orang seperti kita tidak menikah karena cinta." kalimat Norman cukup membuat Gwen terdiam sampai keduanya tiba di ruang makan.
Raja dan Ratu sudah menduduki tempatnya, begitu juga dua kakak laki - laki Guinevere yang lain dan adiknya yang kecil.
"Your highness..." sapa Guinevere sambil membungkuk, memberi penghormatan pada Raja dan Ratu. Lalu ia tersenyum dan mendekati ayahnya yang membuka kedua tangan untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yours, Truly.
Fiksi Sejarah[21+] "Terima kasih sudah datang menyelamatkanku..." Ujar Gwen sambil perlahan menengadahkan wajahnya dan menatap wajah Alaric. Aku siap menebas leher siapapun yang berani mengikatmu seperti tadi, Gwen. Ujar Alaric dalam diam. ...