- 31 -

4K 334 26
                                    

Frightened

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Frightened.

Hari berganti bulan dan kehamilan Gwen semakin terlihat. Pipinya sedikit membulat, dan meski tubuhnya tidak terlalu bertambah besar, tapi benjolan di perutnya terlihat semakin jelas, terutama saat ia berdiri. Kehamilannya juga semakin kuat, tak ada lagi rasa mual yang sering kali muncul di pagi hari, hidungnya tak lagi terlalu sensitif jika mencium aroma yang kuat, kini ia juga bisa mengajar anak - anak dari desa tanpa kesulitan.

Alaric merapatkan jubah berbulu panjangnya. Musim dingin ini berlangsung cukup lama, tapi ia berhasil menyelesaikan masalah - masalah yang muncul sepanjang musim dingin  kemarin, terutama di puncaknya. Saat beberapa penduduk desa sakit dan tidak memiliki tempat tinggal yang memadai, Gwen memiliki ide untuk menggunakan gudang kosong di samping kapel untuk dijadikan tempat tinggal sementara. Saat suhu udara kembali naik, beberapa warga desa langsung kembali ke rumahnya masing - masing.

"Semua baik - baik saja?" Tanya Gwen sambil menyelinap ke dalam pelukan Alaric. Keduanya menatap keluar jendela dimana hujan salju sudah berhenti sejak dua hari yang lalu dan kini langit terlihat sedikit cerah.

"Uhuh. Bagaimana kabarmu? apa ia sudah menendang hari ini?"

Gwen tersenyum, "Dua kali, dan sangat kencang."

"Anak lelaki ku yang kuat."

Gwen mengangguk, "Yeah, ia sangat kuat." Lalu Gwen teringar sesuatu, "Oh ya, aku jadi teringat sesuatu." Gwen melepaskan diri dari dekapan Alaric dan berjalan ke meja riasnya. Ia menarik laci meja dan mengeluarkan sebuah kertas, "Aku menulis ini untukmu."

Alaric menerima kertas itu, senyumnya mengembang, "Apa ini? Surat?"

Gwen mengangguk, "Semacam surat wasiat."

Alaric menghapus senyuman lebar itu dari wajahnya dengan melempar kertas itu ke meja, "Guinevere, aku tidak suka jika kau melakukan ini."

Gwen dengan cepat mengambil surat itu kembali dan meletakkannya di telapak tangan Alaric, "Aku mohon simpanlah. Untuk berjaga - jaga jika aku tidak selamat saat proses melahirkan." Ujar Gwen, suaranya bergetar karena ia menahan tangis, mata birunya yang indah kini mulai kemerahan.

Alaric hendak menolak untuk menerima surat itu, tapi berhenti menolak saat melihat istrinya hampir menangis. Itu artinya isi suratnya begitu penting untuknya.

"Aku tidak ingin meninggalkan kalian, tapi jika keadaanku tidak memungkinkan, setidaknya jagoan kecilku memiliki sesuatu dariku." Gwen meledakkan tangis, dadanya naik turun karena nafasnya tak stabil.

Alaric langsung memeluk istrinya, sebelah tangannya mengelus punggung kecil Gwen dengan tangan besarnya. Tubuhnya bergoyang ke kanan dan kiri secara perlahan, seperti menimang anak kecil. "Kau akan baik - baik saja."

"Aku takut..." Ujar Gwen pelan.

"Aku tau." Balas Alaric, Aku juga. Tapi Alaric tak mungkin menunjukkan ketakutannya. Pertama, karena ia seorang Raja. Kedua, karena jika ia menunjukkan kelemahannya ia khawatir akan memengaruhi psikologis Gwen.

Yours, Truly.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang