Alaric bergegas berlari dari kamar pribadinya menuju ke kamar anaknya saat mendengar tangisan Ander. Alaric tau, selalu ada pelayan yang menemani anaknya di kamar, tapi ia tak dapat menahan diri untuk mendekat setiap kali mendengar suara tangisannya yang menggelegar. Anak balita yang sudah mulai berdiri itu berpegangan pada boks kayunya dan memasang wajah sedih, gigi kecilnya mulai terlihat di bagian depan gusinya.
"Halo pangeran kecil." Sapa Alaric cepat.
Bayi kecil itu langsung menghentikan tangisnya saat melihat wajah yang familiar.
"Oh, kau merindukan Ayah?"
Bayi berrambut pirang itu meletakkan kepalanya di dada Alaric, masih meringis sedih.
"Tidak? Kau tidak merindukan Ayah?" Alaric menimang - nimang anak lelakinya itu dan berjalan ke balkon, membiarkan angin segar menyapu keduanya. "Apa kau merindukan mama? Huh?"
Ander mengangkat kepalanya dan menatap ayahnya, "Mam... Mam... Ma..."
"Oh, jadi kau merindukan mama?"
Ander memainkan motif di tunik Alaric, "Mam... Ma..."
"Ayah juga merindukan Mama nak."
Tak lama terdengar pintu terbuka, "Aku hanya pergi beberapa jam saja dan kalian sudah rindu?"
Alaric langsung membalikkan tubuhnya menuju arah suara, Ander yang sangat mengenali wajah Gwen langsung mengulurkan tangannya, kembali mengulang satu dari sepuluh kata yang baru ia kenal.
"Mam... Ma..."
"Oh, pangeran kecilku. Kemarilah..." Gwen berjalan mendekat dan langsung menggendong bayi gemuk itu, "Oh ya ampun, sebentar lagi Mama akan sangat kesulitan menggendongmu. Kau cepat sekali bertambah besar."
"Ia akan tumbuh lebih tinggi darimu saat mendapatkan pelatihan sebagai squire." Ujar Alaric sambil tertawa.
"Atau mungkin sebelum itu."
Alaric mengangguk, "Bagaimana pertemuanmu?" Tanya Alaric sambil menggamit pinggang istrinya.
"Menyenangkan. Aku tak menyangka banyak orang masih mengenaliku setelah sekian tahun..." Gwen tersenyum lebar sambil mencium anak lelakinya. Ia sangat menyukai aroma keringat ciri khas bayinya.
"Kau akan selalu dikenang Gwen, terutama karena kau tak perlu lagi bersembunyi sekarang."
Gwen tersenyum lebar, "Itu berkat kau." Ujar Gwen sambil berjinjit untuk memberikan ciuman pada suaminya.
Setelah Alaric dan Henry berhasil menangkap Vermont dan kaki tangannya, Henry bertahan di Normandia sementara Alaric langsung kembali ke Habsburg untuk melanjutkan tugasnya dan memperbaiki nama baik keluarga besar Gwen di Habsburg.
Sejak saat itu tak pernah lagi terdengar berita mengenai pembantaian keluarga kerajaan Habsburg oleh Raja Normandia, melainkan nama Vermont yang dikenal sebagai penghianat Raja Normandia.
Sementara di Normandia, Henry memperbaiki segala kerusakan yang dilakukan Pamannya. Ini termasuk membangun kembali tempat peribadatan, membangun pos penjagaan untuk mengurangi tingkat kriminalitas, sampai mengembalikan beberapa peraturan ke peraturan awal yang sebelumnya di sahkan oleh Raja William, ayahnya.
Dan hari ini adalah pertama kalinya Gwen menunjukkan kembali wajahnya di lingkungan kerajaan Normandia. Ibunya mengadakan acara minum teh bersama para wanita ningrat dan dengan resmi memperkenalkan Gwen sebagai anaknl tirinya.
Tak ada lagi rasa cemburu yang dirasakan Ratu Mathilde pada Gwen. Selain karena ia akhirnya sadar rasa itu tak lagi perlu, ibu Suri juga akhirnya sadar Gwen memang sudah seharusnya memperoleh sorotan yang layak ia dapatkan sebagai anak Raja yang membantu menyelamatkan Kerajaannya.
Ia pergi sebagai anak haram dan kembali sebagai Ratu yang terhormat.
"Jadi, apa kau sudah siap untuk anak kedua?"
Alaric mengerutkan keningnya, "Kau ingin anak lagi?" Tanyanya dengan nada tinggi.
Gwen tertawa saat melihat reaksi Alaric, "Aku hanya bertanya."
"Aku masih belum siap, maksudku... Melihat kau kesakitan saat persalinan, aku sungguh tidak tega."
Gwen tersenyum, "Sepertinya kita bertiga akan bertahan cukup lama."
"Itu benar. Aku masih belum siap jika harus berbagi dirimu dengan lelaki lain."
Lagi - lagi, Gwen tertawa. Ia tak menyangka suaminya yang galak memiliki sisi lembut seperti ini.
"Mungkin saja anak kedua seorang perempuan."
Alaric menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Oh, itu artinya pekerjaanku akan bertambah ya kan. Bayangkan berapa banyak pasukan yang harus aku kerahkan untuk menjaganya saat ia bertambah besar."
"Alaric, kau berpikir terlalu jauh." Gwen gak dapat menahan tawanya, "Selain itu, I'm all yours, Your Highness. Yours, truly."
Alaric mengangguk, "All mine." mengecup bibir istrinya dengan lembut.
----
Terima kasih kepada teman² onlineku yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca ceritaku. Juga kepada setiap vote dan komen yang datang, you all are whole-heartedly appreciated.
Untuk komentar dan saran. Selalu dibuka lebar - lebar ya, aku malah suka kalo ada yang mau kasih saran dan komentar mengenai ceritaku.
Again, I'm nothing without you guys.
Sampai jumpa di lapak sebelah.
Yuk geser ke cerita mba Davina dan Mas Deacon yang abis putus cinta dan mau liburan bareng di kapal pesiar keliling Karibia.See you there!

KAMU SEDANG MEMBACA
Yours, Truly.
Fiksi Sejarah[21+] "Terima kasih sudah datang menyelamatkanku..." Ujar Gwen sambil perlahan menengadahkan wajahnya dan menatap wajah Alaric. Aku siap menebas leher siapapun yang berani mengikatmu seperti tadi, Gwen. Ujar Alaric dalam diam. ...