- 20 -

5.9K 403 14
                                    

Clandestine Promise

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Clandestine Promise

Gwen tengah menjemur pakaian saat Amè datang dengan mangkuk berisi sup di tangannya. Keduanya bertukar senyum dan berakhir duduk bersama di meja makan.

"Maaf, kau pasti kaget sekali kemarin. Aku benar - benar tak menduga kau berasal dari Normandia..."

Gwen menunduk, "Tidak apa - apa." jawabnya pendek, mencoba mengerti posisi Amè.

"Saat aku pertama kali mendengar cerita tetangmu, aku sangat senang. Alaric yang dingin akhirnya bertemu seorang gadis, aku sempat khawatir ia tidak akan pernah menikah." Amè mengusap wajahnya, "Oh, mengapa kau harus berasal dari Normandia?" Amè meringis pelan.

Gwen menatap keluar rumah, "Mungkin Alaric tidak perlu tau..." Gwen menoleh ke arah ibu mertuanya, air mata mulai berkumpul di kelopak matanya, "Ia juga tidak ada disini, jadi... Ia tidak akan tau jika aku pergi, ya kan?" Ujar Gwen pelan.

Amè menggelengkan kepalanya cepat, "Alaric akan mencarimu, bahkan jika ia harus menyebrangi lautan. Ia akan mencarimu kemanapun dan bertanya alasan kau pergi. Aku tau sekali tabiatnya." Amè mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Gwen, "Apa kau benar - benar menyayangi Alaric?"

Gwen mengangguk cepat tanpa ragu, setetes air mata jatuh ke pipinya.

"Maka biarlah ini menjadi rahasia kita."

Gwen menyeka air matanya, "Kau yakin?"

Amè mengangguk cepat, "Aku belum pernah melihatnya sebahagia ini, aku mohon simpan rahasia ini untuk kita berdua..."

"Tapi bagaimana jika nanti Alaric tau?"

Amè menghela nafas, "Entahlah, sesungguhnya aku tidak tau bagaimana nanti jika ia tau semuanya. Tapi... Apa kau sungguh - sungguh mau meninggalkannya?"

Gwen menyeka kedua matanya dan menggeleng, ia sudah sangat menyayangi suaminya itu.

"Aku janji tidak akan meninggalkanmu, kita akan menyimpan rahasia ini bersama."

Gwen mengangguk, "Baiklah..."

"Sekarang habiskan sarapanmu, kau terlihat lesu sekali."

"Terima kasih Amè."

Amè mengangguk lalu berjalan keluar rumah.

Di dalam rumah, Gwen mencoba memikirkan semuanya lagi, ia ragu membohongi Alaric adalah pilihan terbaik. Tapi ia juga tak tau harus bersikap seperti apa. Setelah menghabiskan sarapannya, Gwen mengambil kain yang kemarin ia cuci, ia ingin menambahan kain itu ke dipan yang bisa ia gunakan sebagai bantal. Ia juga hendak mengganti beberapa tirai.

 Ia juga hendak mengganti beberapa tirai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yours, Truly.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang