Showing Attention
Setelah menjemur pakaian, Nina dan Gwen menuju pasar untuk membeli sayuran, daging dan roti. Di dapur, Nina langsung mulai memasak, sementara Gwen menontonnya dengan mata berbinar.
"Hidup sungguh tak adil. Kau cantik, semua orang menyukaimu dan kau pandai memasak."
Nina tersenyum lalu menoleh ke arah Gwen, tangannya dengan lincah memotong buncis dan memasukkan ke wadah tanah liat. "Hidupku terlihat mudah ya kan?"
Gwen mengangguk cepat, belum menyadari perubahan ekspresi Nina.
"Kehidupan orang lain seringkali terlihat kebih indah dibanding hidupmu sendiri ya kan?"
Senyum Gwen memudar perlahan, "Masa lalumu pasti berat ya?"
Nina mengambil roti panjang dan memotongnya dalam posisi menyerong, "Itulah mengapa aku bertahan di rumah bordil."
Gwen menyeka rambut Nina ke balik punggungnya, "Kau bebas sekarang."
Nina mengangguk dan mengangkat pot tanah liat itu dari atas bara api ke meja. "Ini, coba Mortrew buatanku." Nina menyendokkan sup kental itu dengan sepotong roti dan menyuapkannya pada Gwen. "Hati - hati, masih panas."
Gwen meniupnya cepat - cepat, tak sabar ingin segera memasukkan makanan yang aromanya begitu nikmat itu ke dalam mulutnya. Ia menggumam panjang sambil menyeka sudut bibirnya dan mengunyah, "Ini enak sekali."
"Seenak itu?"
Gwen mengangguk dan mencuri sisa potongan roti yang ia gigit, lalu mencelupkannya ke sup. Sup buatan Nina sama enaknya dengan sup yang dibuat juru masak istana.
"Finn pasti senang sekali jika kau memasakkan untuknya setiap hari."
"Aku sempat berpikir begitu, kau tau... Untuk membalas kebaikannya." Nina tersenyum malu lalu teringat sesuatu, "Sudah lewat tengah hari, ayo kita bawa makan siang untuk Finn dan Alaric."
Nina membungkus panci tanah liat itu dengan kain dan mengikatnya, sementara Gwen memotong roti sesuai petunjuk Nina dan membungkusnya dengan kain. Setelah selesai, keduanya langsung keluar.
Gudang persediaan panganan berada di sisi timur istana. Saat kedua gadis itu sampai, gudang tampak sepi. Hanya ada beberapa orang yang baru keluar dari gudang.
"Hei, kau lihat dimana Finn?" Tanya Nina pada seorang squire yang berjalan kearahnya.
"Di dalam, bersama Alaric dan dayang dari istana."
Langkah Gwen melambat. Dayang dari istana itu, pasti Clementine.
Nina melirik ke arah Gwen, lalu tersenyum. Ia memperbaiki posisi panci tanah liat di pelukannya dan mendekati Gwen.
"Jika kau menyukai Alaric, kau harus menunjukkannya."
Gwen terdiam, ia belum pernah memikirkan soal perasaannya pada Alaric. Tapi ia merasa bisa mempercayai Nina, jadi ia tersenyum dan mulai membuka dirinya
"Sejelas itu kah sikapku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yours, Truly.
Historical Fiction[21+] "Terima kasih sudah datang menyelamatkanku..." Ujar Gwen sambil perlahan menengadahkan wajahnya dan menatap wajah Alaric. Aku siap menebas leher siapapun yang berani mengikatmu seperti tadi, Gwen. Ujar Alaric dalam diam. ...