- 10 -

6.3K 487 7
                                    

Being Protective

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Being Protective

Gwen mencuri - curi pandang kearah Alaric yang tengah berpakaian, meski ia sudah melihat seluruh tubuh Alaric, ia merasa tak bisa menahan diri untuk terus memandangi tubuh kekar dan kokoh itu.

"Ibumu berpesan agar kau ikut berdoa di Gereja."

Alaric tersenyum kecil, seakan pesan yang disampaikan Gwen adalah lelucon. Ia lalu duduk di sebrang Gwen.

"Mengapa tertawa?"

"Amé tau persis aku bukanlah Katolik yang baik." Jawabnya masih tersenyum.

"Aku pikir semua ksatria itu katolik yang taat."

Alaric tertawa, "Aku agak mengantuk, bagaimana jika aku melewatkan ibadah lalu nanti kita bisa makan bersama di kastil."

Gwen langsung terbayang makanan nikmat yang dulu sering Ayahnya sajikan untuk para Ksatria, air liur mengalir deras di mulutnya "Tentu..."

Alaric merebahkan diri di atas dipan, sementara Gwen menyusuri rak kayu dan merapihkan baju zirah Alaric. Memandangi satu persatu pelat besi yang dihias relik indah. Tak lama terdengar suara dengkuran halus dari arah dipan. Gwen duduk perlahan di kursi makan sambil memandangi tubuh besar Alaric diatas dipan, sebelah kakinya menggantung di udara, dipan malang itu tak sanggup menopang seluruh tubuh sang Ksatria.

Gwen tersenyum menatap Alaric yang tertidur, ia sedikit mengingatkan Gwen pada kakak pertamanya, Henry. Kuat, dingin dan tegas. Menceritakan kisahnya pada Alaric mengingatkannya pada keluarganya. Ia sangat ingin mencari tau apa yang terjadi pada Ayah dan kakak - kakaknya, tapi ia khawatir itu malah akan mengungkapkan identitasnya.

Gwen berjalan ke pintu samping dan menatap kain kain yang tersusun rapih, seakan tak pernah dipakai.

Banyak sekali yang harus diatur di rumah ini.

Gwen menarik salah satu kain dsri tumpukan teratas dan mengibaskannya, seketika debu halus beterbangan ke udara. Gwen cepat - cepat menutupi hidungnya dan berjalan menjauh. Ditengah - tengah pergelutannya dengan debu Gwen mendengar Alaric mengerang, tangan dan kakinya bergerak kaku, lalu erangannya berubah menjadi ringisan. Gwen berjalan mendekat dan melihat kedua mata Alaric tertutup.

"Alaric..." ujar Gwen takut, tapi Alaric masih menutup matanya, kedua alisnya menyatu dan ia tampak tegang "Alaric..."

Alaric tiba - tiba membuka matanya dan menoleh ke arah Gwen, "Gwen, ada apa?"

Gwen mengerjapkan matanya berkali - kali, tampak bingung dengan apa yang baru saja terjadi pada Alaric. Dan Alaric juga tak sadar dengan apa yang baru saja terjadi padanya. "A-aku l-lapar..." Ujar Gwen cepat.

Alaric mendudukkan tubuhnya, lalu meregangkan lehernya, "Ayo kita ke Main Hall."

Gwen berjalan ke dapur dan membawakan gelas untuk Alaric. Alaric menerima gelas itu dan meneguknya sampai habis, lalu bangkit dan memakai sepatunya. Seakan tidak merasa ada yang aneh mengingat ia berbicara dalam tidurnya.

Yours, Truly.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang