Meeting the Cousins.
Setelah beberapa hari berada di Habsburg, Gwen mulai memiliki rutinitas. Setiap hari Gwen dan Alaric selalu bangun pagi, Alaric akan memulai hari dengan menemui para Ksatria, sementara Gwen akan berdoa di chapel. Setelah berdoa, Gwen akan ke dapur untuk mengecek menu makanan hari itu, setelah itu ia akan membersihkan diri, berganti pakaian, menemui orang dari desa yang hendak menemuinya dan meminum teh bersama para dayang dan Nina setelah mengecekz main hall istana.
"My Lady, anda harus bersiap untuk jamuan minum teh Viscountess Sofia." Ujar Jeschke. Terpaksa menyela obrolan seru calon Ratunya dengan juru masak istana.
"Ah, ya benar. Aku harus pergi dulu, terima kasih Albert." Ujar Gwen, lalu ia dengan cepat keluar dari dapur dan menuju kamarnya untuk membersihkan diri.
Gwen memasuki ruang mandi yang bersebelahan dengan kamar tidurnya dan mulai melepaskan pakaiannya dibantu Jeschke. Setelah seluruh pakaian Gwen lepas, dayang itu mengambil kain basah dan menyeka seluruh tubuh Gwen, lalu dengan cepat mengeringkan kembali tubuh Gwen agar tidak kedinginan.
"Jeschke, ini gaunku? Aku tidak ingat aku memiliki gaun ini." Ujar Gwen sambil menyentuh gaun itu, terbuat dari bahan sutra yang tebal dengan hiasan yang cantik. Kilauan warna emas di ujung gaun itu begitu mempesona, Gwen belum ernah melihay warna emas hang begitu menyala seperti itu.
"Betul sekali My Lady, Grand Prince Alaric memesankan gaun ini pada juru jahit istana sebelum kau datang"
Gwen menggaruk kepalanya, sedikit agak bingung dengana begitu banyaknya nama panggilan untuk suaminys. Ada yang memanggilnyanArchduke, sebagai calon penguasa; Lord, karena ia sebelumnya adalah ksatria; sekarang Grand Prince, semua anak dan cucu penguasa Habsburg dipanggil seperti ini.
"Oh, begitu."
"Mari, aku bantu."
"Jeschke, kau pernah bertemu Viscountess Sofia?" Tanya Gwen saat Jeschke membantunya mengenkan pakaian dalam.
"Ya, beberapa kali. Viscountess Sofia decara tehnis masih bersaudara dengan Pangeran Alaric, kakeknl buyutnya adalah sepupu dari kakek buyut Pangeran Alaric."
"Oh, bagaimana dengan yang lainnya? Kau kenal siapa saja yang biasa diajak ke perjamuan minum teh?"
Jeschke menggelengkan kepalanya, "Maaf aku tidak tau My Lady. Tapi kemungkinan tidak akan terlalu banyak orang."
"Kenapa?"
"Viscountess Sofia sangat selektif dalam memilih orang - orang yang berada di dalam pergaulannya."
Gwen terdiam, jika saja ia tau aku hanya anak haram, ia pasti tidak akan mau mengajakku minum teh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yours, Truly.
Historical Fiction[21+] "Terima kasih sudah datang menyelamatkanku..." Ujar Gwen sambil perlahan menengadahkan wajahnya dan menatap wajah Alaric. Aku siap menebas leher siapapun yang berani mengikatmu seperti tadi, Gwen. Ujar Alaric dalam diam. ...