- 42 -

6.6K 437 35
                                    

Labour.

Henry berjalan bolak balik mengelilingi maket dari tanah liat yang menyerupai tata letak kerajaannya. Menatap setiap celah yang sudah dikuasai oleh tentara kepercayaannya. Selama hampir sebulan terakhir ia, Alaric, Finn dan beberapa orang pilihan lain mencoba mematangkan rencana untuk menangkap Vermont tanpa harus melumpuhkan Normandia secara besar - besaran. Henry sebagai penguasa yang sah tidak ingin ada pertumpahan darah kecuali darah Paman yang sudah membunuh keluarganya.

"Apa Gunthër sudah kembali?" Tanya Henry pada salah satu penjaga.

"Seharusnya ia datang sebentar lagi untuk laporan terakhir." Jawab Alaric. "Finn, bagaimana status terakhir tentara kita?"

"Kita memiliki cukup tentara. Mereka semakin mahir menggunakan pedang dan akurasi panah mereka juga lebih baik."

"Tim medis?"

"Cukup, beberapa pendeta muda juga ingin ikut."

Alaric menghela nafas, "Itu bagus ya kan?"

Henry lalu mendekat sambil tertawa kecil, menghabiskan banyak waktu dengan Alaric selama beberapa waktu terakhir membuat keduanya lebih dekat.

"Kau bukan gugup karena penyerangan ya kan?"

Alaric menoleh ke arah kakak iparnya dan tanpa sadar meletakkan tangannya ke depan dada. "Apa terlihat jelas?"

"Aku yakin semua bisa melihatnya." Ujar Henry sambil menepuk bahu Alaric dan melirik Finn.

"Harusnya kita menyerang Vermont berhari - hari yang lalu sebelum Gwen mulai merasakan sakit karena kontraksi."

"Kita belum matang saat itu." Balas Henry cepat, "Kita tidak bisa mengambil resikonya."

Alaric menganggukkan kepalanya, "Kau benar."

Tak lama terdengar langkah kaki dan ketukan kencang di pintu kayu, kedua raja menoleh kesana dan begitu lega saat Gunthër memasuki pintu bersama satu orang baru yang dikenal sebagai informan mereka di Normandia.

"Yang Mulia." Ujar Gunthër dan lelaki di sebelahnya pada Alaric dan Henry.

"Semua titik sudah dikendalikan, kita seharusnya bisa langsung memulai penyerangan besok atau lusa. Lebih cepat lebih baik, sebelum salah satu tangan kanan Vermont mulai mencurigai kita."

"Bagus, kita sudah siap." Ujar Henry sambil melirik Alaric.

Sementara Alaric masih terlihat bingung.
Seumur hidupnya, ia sudah menantikan untuk bertemu orang yang menghabisi keluarganya. Tapi waktunya sungguh tidak tepat karena Gwen juga sudah memasuki fase kelahirannya dan Alaric tidak mau meninggalkan Gwen sendirian di momen paling traumatis dalam hidupnya.

"Apakah mungkin jika kita menunggu beberapa hari lagi? Seminggu?"

"Bisa saja, tapi aku dan Drew harus kembali dulu ke Normandia untuk pengecekkan ulang dan memastikan utusan kita masih di sana dan Vermont belum curiga."

Alaric menyeka wajahnya dan terlihat belum bisa mengambil keputusan.

Ditengah - tengah pergulatan di dalam kepala Alaric, seseorang kembali mengetuk pintu dan langsung masuk setelah pintu dibuka.

Yours, Truly.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang