- 12 -

6.5K 471 7
                                    

Harrassed

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harrassed


Trigger warning!
Part ini mengandung adegan pelecehan yang mungkin mengganggu bagi sebagian pembaca.


"Kau yakin mau membawa itu semua sendiri?" Ujar Alaric, menatap Gwen tak percaya disamping tumpukan baju kotor yang cukup menggunung.

"Aku tak yakin, tapi aku harus mencoba. Kau tau, tubuhku kecil tapi aku kuat." Alaric hanya tersenyum mendengar kalimat Gwen.

Lalu terdengar ketukan di pintu, Gwen dan Alaric menoleh. "Sir, kau siap?" Rowan tampak berdiri di pintu.

"Hai, Rowan" sapa Gwen.

"Selamat pagi Lady, mari... Aku bantu bawakan ini ke sungai." Ujarnya, tanpa aba - aba mengangkat ember kayu dan pergi.

"Waw, Rowan sangat baik ya kan?" Ujar Gwen  melintas di hadapan Alaric dan mengikuti Rowan.

"Hei, Aku sudah menawarkan padamu, kau yang menolak." Alaric menggaruk kepalanya kebingungan, sementara Gwen hanya tersenyum sambil berusaha mengejar Rowan.

Rowan meletakkan ember itu di pinggir sungai, lalu ia dan Alaric pamit untuk menuju kastil.

Gwen menatap sekeliling, hari itu tak banyak yang mencuci di sungai. Tadi pagi, Amè menjelaskan panjang lebar mengenai cara mencuci. Ada yang diinjak dengan kaki, memukulinya dengan tongkat kayu, mencampurnya dengan abu kayu dan yang paling aneh adalah mencampurnya dengan air kencing basi. Gwen masih merasa geli setiap kali mengingat cara terakhir itu.

Gwen melepas sendal kulitnya dan mengangkat gaunnya sebelum mencelupkan kedua kakinya ke sungai, ia duduk di batu dan mulai mengambil satu persatu cuciannya. Pilihan Gwen jatuh pada cara alami, menguceknya dan dibantu oleh arus sungai. Selain itu, bajunya dan baju Alaric tidak terlalu kotor.

Gwen terus menggosok sampai buku - buku jarinya terasa panas dan lengannya sakit. Ia mengambil waktu istirahat berkali - kali, tapi tak menyerah. Ia terus memulai lagi setelah beristirahat sejenak, menguceknya kembali sampai setiap noda tanah hilang. Setelah selesai mencuci, Gwen menatap sekeliling. Hanya ia satu - satunya orang yang maish mencuci di sungai.

Gwen menghela nafas dan merangkak menuju rerumputan, ia merebahkan dirinya disana sambil merasakan rasa hangat yang menjalar ke kedua tangannya yang keriput karena kedinginan.

Aku tak dapat membayangkan yang para tukang cuci lakukan di kastil Ayah, entah berapa banyak pakaian yang mereka cuci setiap hari.

Yours, Truly.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang