[Pasutri Jail ]

4.4K 100 0
                                    


_______________________

____________________________

Tepat sekali punggung kaki Acha berhasil mematuk benda berharga milik Vano.
"Argh!" teriak Vano penuh kesakitan, seperti wanita yang hendak melahirkan. Sungguh ya kamu lebay juga Vano !
Rasanya tulangnya putus dari tempatnya.
Vano tersungkur kelantai, sambil meringis kesakitan.

Acha hanya menatapnya dengan rasa stroberi,mangga, dan apel. Eh salah , maksudnya rasa penasaran. Acha menutup mulutnya yang sedang menganga lebar, kan sayang nanti masuk lalat kedalam mulut. Iyakan? iyalah, he-he

"Vano, a-aku e-enggak s-sengaja, e-emang s-sakit ya?" tanya Acha sedikit gelagapan.

"Sakit lah! pakai ditanya !" Protes Vano dan berhasil menetralisir rasa sakitnya.

"L-lagian kamu si, kenapa tadi deket-deket ... a-aku kan' jadi takut, di p-perkosa s-sama k-kamu," lirih Acha

"Makanya otakmu jangan mikir kesana, saya cuma ingin mengambil handuk di belakang kamu, bukan apa-apain kamu, sekarang liat ... gimana caranya saya buat mandi sekarang ?! selangkangan saya sakit begini, untung-untung gak pecah telur puyuh punya saya," omel Vano, sungguh Warbiaza, Vano bisa semarah itu pemirsa.

Perasaan Acha ada yang janggal dalam Omelan Vano, Acha yang memang masih rada polos harus menanya'kan nya.

"Telur puyuh? apa maksudnya ?" tanya Acha

Vano mengusap kering wajahnya.

"Tanya ke google, mending sekarang kamu bantu aku berdiri, cepatlah ...!" Vano mengulurkan tangannya.

Acha segera menerima uluran tangan itu, dan membantu Vano berdiri dengan pelan-pelan.

"Kamu berat banget, dosa kamu banyak ya?" celetuk Acha

Tak!

"Aduh," ringis Acha setelah jidatnya dijitak oleh Vano. "Sakit tau !" sambung Acha dengan sedikit merengek kesal.

"Yang ikhlas nolonginnya, saya suami kamu lho Cha, kalau kamu tidak ikhlas kamu bisa masuk neraka nanti, " ucap Vano menakut-nakuti

"Huh, iya-iya !" dengan rasa terpaksa Acha memapah tubuh Vano ke kamar mandi.

_________________________

"Jadi, gimana semalam ? lancar'kan ?" tanya Papi pada Acha dan Vano yang sedang ikut sarapan

Vano dan Acha belum mengerti apa yang sedang ditanyakan, sehingga mereka cuma senyum-senyum saja.

"Kalau seperti itu, artinya lancar Pi, harus rajin itu, biar bulan depan langsung kedatangan tamu," sambung Mami

"Uhuk," Vano terbatuk, merasakan geli ditenggorakannya. Otaknya sudah berhasil mencerna kandungan ucapan mertuanya itu.
Sementara Acha, tidak perduli ya, memang Acha otaknya lagi enggak ada, :v
Maksudnya Acha males mikirin hal yang susah untuk ia fikir.

"Acha, kasih minum dong suami kamu, kamu nya malah enak-enakan makan doang, dimana bentuk perhatian kamu untuk suami kamu," peringat Mami

Acha tersenyum paksa dan mengambil gelas minuman bekas punyanya, "nah, ini minum ... Halal kok," kata Acha

Vano melotot kearahnya, dan matanya seolah berkata 'tidak  menerima minuman bekas '
Sementara Acha tidak menggubrisnya, ia terus melahap roti lapis berselai strowberry kesukaannya. Mau tidak mau karena tenggorakan semakin sakit, Vano meneguk air minum itu, walau denhan perasaan jengkel.

"Acha, kamu harusnya ngasih minum yang bener, tuangin gitu ...!" peringat Mami

"Aduh, repot banget si Mi, jadi istri ...!" omel Acha dan mau tidak mau mengikuti peringatan.

Bersamaan pula dengan kedua orangtuanya bergegas dari meja makan karena mereka sudah selsai.

Saat Acha sedang menuangkan air minum untuk Vano, dengan jailnya Vano mengambil roti  milik Acha yang sudah berselimut dengan strowberry kini sudah berganti dengan roti berselimut sambal, kebetulan mereka sama-sama merah merekah, jadi tidak akan mudah di curigai.

"Ini minum nya, lain kali ... jangan manja ya! jangan mentang jadi suami terus kamu manja gitu sama aku, o-gah ba- amphh" Acha memasukkan roti tersebut kedalam mulutnya dan tiba-tiba matanya mengeluarkan air, beserta mulut bergetar, lidah bergoyang  ... cintamu seperti sambalado eh...eh rasanya cuma di mulut saja, o.. oh..oh !

(Ampun ya, humor ku lagi tinggi  :v)

"Kenapa sayang?" tanya Vano denhan menahan tawa

"Huwa! Pedes! Ahh !" desah prustasi Acha dan menepuk mulutnya yang mangap-mangap

"Kasian, mau minum?" Vano menunjuk gelas berisi air minum dan Acha hendak meraihnya tetapi Vano menyingkirkan nya dari Acha.

"Tu, minum bekas punya ku, halal kok sayang, minum tuh," suruh Vano seperti apa yang dikatakan oleh Acha tadi.

"Hiks, pedes banget huwa... aku, gak suka ... Ah! pedes! Hiks," Acha melompat-lompat dari tempatnya ia butuh air namun enggan minum air bekas orang. Rasanya bagi Vano sudah cukup ia menjahili Acha , lalu ia memberikan air minum untuknya. "Makanya jangn suka ngerjain orang, kalau di kerjain balik malah begini," oceh Vano

Glek!

Glek!

"Ngerjain nya aku gak segitunya juga, gimana kalau aku meninggal tadi," tanya Acha setelah rasa pedesnya sudah perlahan menghilang.

"Tinggal kubur, terus saya kawin lagi ," balas Vano dengan santai.

"Mami ! Papi ! Vano mau kawin lagi ! Batalin kerja samanya ! Ma mph!" Teriakan Acha terpotong karena Vano membekap mulutnya dengan tangan.

"Ada apa ? kok rame banget ini," tanya Mami

"Enggak ada apa-apa mi, biasalah pengantin baru, dia manja Mi mau digendong katanya, cuma Vano bilang nanti makanya dia teriak-teriak begitu," dusta Vano

"Hah?" Acha menganga cukup lebar dengan apa yang ia dengar saat ini. Sedangkan Mami tersenyum geli melihat mereka berdua .

"Ya sayang, akan ku gendong ...," Vano mengangkat tubuh Acha dan membawanya menuju kamar.

Bersambung

My Husband Is A Teacher [ TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang