Kecemburuan Acha

1.2K 37 0
                                    


Semenjak mengetahui perasaan Ravano yang sebenarnya kepadanya, membuat Acha menjadi canggung seperti ini.
Acha yang berkutat dengan buku diatas meja belajarnya, sebenarnya fikirannya melayang jauh dari semua itu.

Ceklet.

Pintu kamar mandi terbuka, dan hadirlah suaminya yang baru selesai mandi. Acha kembali untuk fokus belajar karena besok masih jadwal ulangan harian.

"Cha, kamu enggak mandi?" tanya Vano
Seraya membuka lemari mencari baju ganti.

"Besok aja, udah malem banget ... lagian belajar aku nanggung," balas Acha

"Hn" Vano hanya berdehem singkat.

Pintu kamar mandi kembali tertutup menandakan Vano berada didalam sana. Acha meraba dadanya terasa didalam sana sedang ada konser jedag-jedug!

"Ada apa ini? kenapa seperti ini? padahal ... dia tidak meminta haknya, eoh! aku sudah gila," dengus Acha.

_

Vano menatap aneh Acha yang seperti menghindar darinya. Memang, selama ini mereka tidur dalam ranjang yang sama tetapi pembatas tidak pernah hilang. Namun pergerakan tubuh Acha seperti risih siapapun bisa merasakan nya.

Vano mendekatkan wajahnya mengarah pada telinga Acha. Beruntung Acha dalam posisi membelakangi saat ini.

"Kamu jangan takut, saya tidak akan meminta hak saya jika kamu belum siap," bisiknya seperti menusuk kedalam jantung Acha.

Bukannya membuat Acha merasa tenang. Justru hal itu membuat bulu kuduknya berdiri, sebisa mungkin Acha harus bisa bersikap normal

"I-iya," jawab Acha pelan.

"Aku boleh memelukmu?" tanya Vano

Acha membolakan matanya. Dia tidak mengatakan iya atau pun tidak, entah mengapa malam ini dia mendadak menjadi seorang yang pendiam. Tidak tau harus mengatakan apa.

"Jika kamu tidak mau, baiklah ... aku tidak memaksa," kata Vano sedikit menggeser tubuhnya

"Boleh!" seru Acha seperti mencegah Vano untuk mengurungkan niatnya. Acha juga tidak sadar atas apa yang telah mulutnya lakukan fikiran dan tindakan nya seolah bertolak belakang.

Hap!

Vano memeluk tubuhnya dan ia mencium aroma tubuh istrinya, walaupun jarang mandi namun wewangian itu selalu melekat di badannya.

"Kau wangi," bisik nya

"Jangan macam-macam," peringat Acha

"Saya bukan pria brengsek, tidurlah sudah malam"

Acha melegah dan mulai tidur dengan tenang.

___________________________

Acha merenggangkan otot lengannya, dan juga kepalahnya. Matahari sudah menyambutnya, ia merasakan ada benda berat menimpa perutnya.

Oh, rupanya tangan Vano masih berada disana. Dengan pelan-pelan Acha melepasnya dan hendak turun dari ranjang.
Tetapi dua tangan Vano memeluk pinggangnya seolah menahan dia untuk pergi

"Apa?" tanya Acha sembari menoleh pada si pelaku.

Vano mengatur posisinya menjadi duduk dan tangannya beralih menuju kedua pundak Acha.

"Morning kiss?" tagih nya

"Hah?

"Wajib !"

"T-tapi ?"

Vano menarik kedua bahu Acha mendekat lalu ia mengecup b*b*rnya lembut.
Hanya kecupan sehingga berlangsung hanya beberapa detik.
Acha masih dengan wajah bingung nya. Mmebuat Vano gemas dengan mukanya.

"Kita ini suami istri, kamu tidak perlu merasa takut seperti itu ... mandilah dulu, " suruh Vano

Acha segera beranjak dari kasur dan berlari ke kamar mandi.

_

"Berangkat bersama atau tidak usah kesekolah sekalian?" tanya Vano

Sedari tadi Vano begitu memaksa dirinya untuk pergi kesekolah bareng. Namun, Acha ada saja alsan untuk menolak sehingga Vano tidak segan mengancamnya.

"Baiklah, " Acha mengalah dan masuk kedalam mobil. Bergitu pula dengan Vano

____________________________

Ulangan Fisika, berjalan dengan mulus. Mereka hanya menunggu hasil siapa yang mendapat nilai tertinggi didalam kelas.

"Ini adalah hasil ulangan kalian didalam pelajaran saya. Saya akan memberikan kebebasan untuk yang mendapatkan nilai tertinggi bisa meminta apa saja kepada saya seharian ini, bagaimna?" tanya Vano

Semua para gadis yang ada dikelasnya bersorak gembira. Mereka berharap mereka bisa mendapatkan nilai tersebut walaupun kenyataannya sudah dipastikan hanya satu orang.

"Ara Arbelia mendapatkan nilai tertinggi didalam kelas, jadi Ara kanu ingin apa hari ini akan saya kabulkan," ujar Vano

"Yes!" Ara nmpak girang, bagaimana tidak sudah lama ia menaruh hati pada Gurunya si Vano itu, dan kesempatan bagi nya sudah tiba.

Senyuman Acha prrlahan memudar karena melihat Ara dengan Vano sedang berbincang, mungkin membahas apa saja yang Ara inginkan dalam seharian penuh.

Bel pulang berbunyi.

Vano mengajak Ara pulang, karena memang itu yang Ara inginkan. Selain itu, Aranjuga memintanya untuk pergi jalan-jalan dan tidak lupa mengabadikan moment berdua mereka dan mengaplodnya di ig.

_

"Kenapa sakit baget rasanya, apa aku cemburu?" batin Acha sembari melihat postingan Ara.

Dalam satu foto ada yang sangat menyajikan hati Acha karena Ara memeluk Vano.

Ceklet!

Vano baru pulang dan jam sudah menunjukkan pukul 20:15.

"Kenapa pintu tidak kamu kunci, untung saja rumah kita aman," ucap Vano

"Seru banget keliatan nya sampai pulang malam begini, kaya pacaran aja" sindirAcha

Vano merotasikan matanya dan dapat mengerti isi dari sindiran Acha ia tersenyum dan duduk di sebelahnya. Acha bruu-buru menutup ponsel.

"kamu cemburu?"

"Cemburu? Enggaklah, ngapain cemburu!"

"Eh, kok sewot begitu ... keliatan cemburunya diatas level tertinggi "

Vano terkekeh dan Acha menatapnya tajam namun cairan dalam matanya berdemo ingin keluar. Acha terpaksa harus mendongak keatas agar air matanya tidak jatuh begitu saja. Ia gengsi harus menangis didepan suaminya, dia tidak boleh kedapatan cengeng karena cemburu.

Vano menghentikan kekehannya dan menatap instens Acha tangannya terulur untuk memegang tangan Acha namun dengan cepat Acha menepis nya.

"Mau kemana?"

Acha tidak menjawab ia hanya berlalu dari kamar. Dan Vano sempat mendengar pintu utama tertutup cukup keras. Dan di pastikan Acha keluar rumah.

"Ya, Acha ini sudah malam, untuk apa kamu keluar ?" teriak Vano dari balkon kamar. Bukannya kembali kerumah.
Acha justru berlari keluar tidak ada cara lain, Vano harus mengejarnya.

Bersambung

My Husband Is A Teacher [ TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang